Jeno telah selesai dengan acara mandinya. Badan pria itu kini sudah segar kembali, Jeno duduk dipinggir kasur sambil mengeringkan rambutnya yang basah itu. Ia melihat ponselnya menyala tanda ada notif yang masuk, ia pun mendekati ponselnya dan ternyata itu transferan dari sang Ayah. Sebetulnya, Jeno tak membenci Ayahnya. Bagaimana pun juga Ayahnya selalu bisa membahagiakannya, namun kelakuannya bikin ia kecewa dan sakit hati. Keluarganya sudah hancur, hatinya semakin hancur saat ia memergoki ibunya menangisi ayahnya itu.Ia pun tiduran dikasurnya, bayang bayang wajah Jaemin saat membantunya tadi masih terbayang. Pipinya memanas, ibunya itu sangat handal ternyata. Dan melebihi ekspetasi Jeno. Terlebih tadi ia menyaksikan sendiri bagaimana ibunya menawarkan diri untuk membantunya. Tetapi, saat ia menawarkan kembali, Jaemin menolak. Ia malah menyuruhnya untuk mandi dan bersih bersih. Jeno pun mematikan semua elektroniknya dan mulai memejamkan matanya.
—
Pagi yang cerah sudah tiba, kicauan burung tak dapat dihindari di pagi itu. Di rumah yang besar yang berisikan dua orang itu kini salah satunya sudah beraktivitas, yaitu Jaemin. Jaemin sedang merawat berbagai tanaman yang ia miliki, ia memakai sarung tangan dan mulai mengganti pupuk itu ke yang baru.
" Yah udah mati. " gumam Jaemin sedih saat salah satu bunganya mati. Ia pun mencabut itu dan membuangnya ke plastik yang sudah ia siapkan.
Jaemin pun melanjutkan aktivitasnya itu sampai semua tanamannya terlihat baru kembali, melihat itu Jaemin tersenyum senang.
" Ma. " Jaemin terjengat kaget dan menoleh kebelakang ada Jeno yang baru saja bangun.
" Kenapa Jen? " tanya Jaemin sambil membawa plastik kotoran itu untuk ia buang. Ia pun menghampiri Jeno.
" Laper, ayo makan. "
Jaemin tersenyum mendengar perkataan Jeno, Jeno-nya masih bayi!
" Biasanya juga kamu buat sarapan sendiri, manja banget. "
Jaemin dan Jeno pun mulai masuk kedalam rumah lagi, Jeno mengikuti Jaemin dari belakang. Ia bisa lihat leher ibunya yang berkeringat itu. Kulit ibunya terlihat eksotis karena terkena panas itu, tetapi nanti kulit itu akan kembali putih.
" Kamu mau apa? " tanya Jaemin saat sudah sampai di dapur, ia membuka kulkas untuk melihat bahan bahan.
" Apa aja, ma. " jawab Jeno seadanya.
Jaemin pun berinisiatif untuk membuat masakan sejuta umat itu, yaitu nasi goreng. Tetapi jika Jeno ia suka dicampuri dengan ayam dan sosis, untung semua bahan masih ada. Ia pun mulai beraksi disana. Jeno menunggu disana, ia bisa lihat bagaimana Jaemin memasak. Jaemin begitu serius disana, ia pun tak melepaskan pandangannya ke ibunya itu.
Ide jahil terlintas di otaknya. Ia pun bangkit dan mendekati ibunya. Ia berdiri tepat dibelakang Jaemin." Kenapa? " tanya Jaemin saat melihat siluet Jeno dibelakangnya.
Jeno semakin mendekat kearah Jaemin, ia menempelkan badannya ke punggung Jaemin. Jaemin sempat berhenti sebentar. Jaemin bisa merasakan penis jeno yang sedikit keras itu di belahan pantatnya. Sudah jadi biasa jika kelaki ereksi di pagi hari.
Jeno juga bisa merasakan belahan Jaemin. Ia pun membuka lemari yang ada diatas Jaemin itu, ia mengambil satu bungkus kopi disana. Tak lupa ia jahil semakin menempelkan tubuhnya ke ibunya.
" Jeno. . " tukas Jaemin merasa jarak mereka sangat dekat. Bahkan ia bisa merasakan nafas Jeno di telinganya.
" Ambil kopi. " Jeno berujar setelahnya.
Jaemin bernafas lega saat Jeno sudah pergi dari belakangnya, ia bisa merasakan harum kopi yang mulai menyeruak. Bertepatan dengan itu, nasi goreng pun sudah siap. Jaemin pun mengambilkan untuk Jeno dan untuknya.
Ia menaruh piring itu didepan Jeno.
" Makan yang banyak sayang. " ujar Jaemin sambil tersenyum.
Di rumah yang besar dan sunyi itu hanya ada dentingan antara piring dan sendok itu. Sebenarnya ia tak ingin makan, namun pasti Jeno akan bertanya, jadi ia hanya makan sedikit. Ia masih canggung dengan Jeno perihal kemaren, padahal ia bisa lihat kalau Jeno biasa biasa saja.
Sekarang mereka sudah selesai makan, Jaemin pun sudah membersihkan itu semua, ia paling tak bisa untuk lihat sesuatu yang kotor. Ia pun teringat jika bahan bahan sudah habis, ia ingin mengajak Jeno untuk berbelanja.
" Jeno. " Jaemin menyembulkan kepalanya di pintu kamar Jeno. Ia bisa lihat jika anaknya itu sedang mengerjakan sesuatu pada laptopnya.
" Lagi belajar ya? " nada Jaemin terdengar kecewa.
" Iya ma, sebenarnya deadline masih lama si, tapi Jeno nyicil. Kenapa? " tanya Jeno, ia menoleh kearah Jaemin.
" Temenin mama yuk, belanja. Bahan bahan dapur udah habis semua. "
" Sekarang? "
Jaemin mengangguk, Jaemin bisa lihat kalau Jeno sedang memikirkannya. Ia jadi tak enak memotong sesi belajar anaknya itu.
" Gausah deh, mama sendiri aja. Kamu lanjut belajar aja. " tanpa menunggu jawaban Jeno, ia langsung menutup itu dan menuju kamarnya untuk salin.
Ia pun hanya menggunakan kaos biasa serta cardigan berwarna pink itu. Ia pun mengambil kunci mobil miliknya dan dompet tak lupa, berkaca sebentar agar penampilannya sedikit bagus.
" Astaga! " pekik Jaemin saat ia keluar kamar, ada anaknya disana. Sudah siap dengan hoodie hitam.
" Yuk. " ajak Jeno seraya menggandeng tangan Jaemin.
Saat di perjalanan, Jaemin melirik lirik anaknya itu. Hanya memakai celana pendek santai serta hoodie hitam tak lupa dengan kacamata yang bertengger disana, ia seperti pacaran saja. Mereka pun mulai memasuki sebuah supermarket di kota mereka, Jaemin turun duluan dan menunggu Jeno.
Kini Jaemin sudah berjalan dengan kertas ditangannya, ia selalu seperti itu takutnya ia membeli barang tak berguna dan malah bahan yang dibutuhkan tidak dibeli. Dibelakangnya ada Jeno yang membawa trolly, tak jarang Jeno memasukkan diam diam jajanan ke troli.
" Ma, Jeno ambil sesuatu di rak sebelah dulu ya? "
" Oke. "
Jeno pun pergi dari ibunya, sedangkan Jaemin masih melihat lihat produk yang ingin ia beli dan tentu saja mencari yang murah. Jiwa keibuan, biasalah.
" Halo, anak manis. " seorang pria yang sedikit tua darinya itu kini sudah berada disampingnya. Jaemin menoleh dan bergidik ngeri.
" Maaf. " Jaemin sedikit menghindar saat pria itu mulai memegangnya.
" Cih, jangan jual mahal anak manis. Hm? kenapa sendirian? "
Pria itu masih saja mendekati Jaemin, ia menengok ke sembarang arah dan sialnya kenapa sepi sekali?!
" Jauh jauh! " sentak Jaemin saat pria itu sudah memegang tangannya, ia pun memberontak.
" Berapa hargamu? aku ingin bermain dengamu malam ini, sepertinya kau sudah sangat handal dengan permainan ranjang, sayang. " cekalan tangan itu semakin kuat.
Jaemin sudah berkaca kaca, jangan sampai kejadian 12 tahun yang lalu terulang kepadanya kembali. Ia sangat trauma. Tak lama setelah itu bisa lihat pria itu tersungkur karena ada yang memukulnya dari belakang, itu Jeno.
" Jangan kurang ajar. " Jeno mengambil Jaemin dan memeluk pinggang mamanya itu.
" Hey bocah tengik, kau tak tau apa apa, menjauh dari pria manis itu. " pria itu tak mengenal kapok rupanya.
Jeno berdecih dan tersenyum remeh. Ia semakin mempererat tangannya pada pinggang Jaemin.
" Pria manis yang kau sebut itu Istri saya Tuan. Jangan beraninya kau menyentuh istri saya. " Jeno pun mengajak Jaemin pergi dari sana dan meninggalkan belanjaan tadi, mood Jaemin sudah buruk.

KAMU SEDANG MEMBACA
Mother - Nomin | END. [REVISI]
FantasyA nomin mature fanfiction. Tentang keluarga Lee dengan sang ayah bernama Mark Lee dan ibu bernama Lee Jaemin serta anak lelaki mereka bernama Lee Jeno. Sejak kecil, Jeno kerap ditinggal oleh ayahnya membuatnya sangat dekat dengan ibunya, baginya ib...