35.

8.4K 633 21
                                    


Kerja ternyata seberat ini. Rasanya, Jeno ingin melempar semua kertas yang sekarang berada dihadapannya ini. Kini jam berada di pukul 1 siang, ia belum sempat makan siang karena memang pekerjaannya sangat banyak. Namun memang tak dapat dipungkiri jika uang yang ia terima juga tak kalah banyaknya, mungkin jika Jeno belikan untuk mobil sudah bisa. Jeno pun kembali mengerjakan kertas yang sudah membuatnya pusing itu.

Tok tok tok!

" Masuk! " lantang Jeno. Ini sudah orang kelima yang mengetuk ruangannya, dan ia sangat bosan meladeninya. Sangat berbeda dengan Jeno yang ada dirumah.

Orang yang mengetuk pintu tadi mulai masuk dengan membawa beberapa berkas yang berbeda warna dokumen itu. Pria berkemeja biru itu mulai mendekati Jeno, Jeno hanya mendongak sebentar lalu mengambil kertas itu.

" Ada 10 perusahaan yang ingin menjalin kerjasama dengan perusahaan ini, pak. Dan saya sudah cek semua, saya pastikan jika pak Jeno akan menerima semuanya. "

Jeno mengangguk pelan dan menanda tangani semua kontrak kerja itu. " Tanam 10% di masing masing perusahaan mereka. "

" Baik pak, terimakasih. "

" Ya. "

Setelahnya, pria itu melesat pergi karena tak ingin mengganggu Jeno lebih lama. Jeno pun kembali untuk bekerja, pria itu sebenarnya ingin sekali pulang habis itu tidur sembari dipeluk Jaemin. Namun sepertinya itu sudah tidak bisa karena ia tak sebebas dulu, ia sudah memiliki tanggung jawab yang besar.

Walaupun ia di kantor sering mengeluh karena pekerjaan yang sangat banyak, ia jika dirumah sudah berbeda kepribadian. Pria itu seperti memiliki beberapa kepribadian yang unik. Jika ia sudah dirumah, pastinya, Jaemin seperti memiliki 2 bayi yang harus diurus.

--

" Hati hati, ya. " ucap Jaemin kepada Hyunjin yang ingin pulang. Pria itu baru saja tiba dari Jepang, ternyata, pria itu memiliki sebuah galeri disana.

" Siap, bye Jisung! " pamit Hyunjin sembari melambaikan tangannya ke Jisung, pria kecil yang berada digendongan Jaemin itu hanya diam saja.

Melihat anaknya yang tidak ada respon itu, ia lantas menggerakkan tangan kanan Jisung untuk melambaikan tangan juga. " Bai bai uncle. " ucapnya.

Hyunjin tersenyum lalu pergi dari komplek perumahan Jaemin, Jaemin pun masuk kembali bersama Jisung. Bayi berusia 5 bulan dan tinggal beberapa hari lagi pria kecil itu akan berusia 6 bulan, ia akan menyambutnya dengan senang.

Jaemin pun membawa Jisung ke kamar untuk menidurkan pria kecil itu. Tak lupa ia mampir ke dapur dahulu untuk membuatkan susu berasa vanilla itu, Jaemin pun lantas menggendong Jisung ke kamar dengan lancar tanpa hambatan. Jaemin mengecup pipi Jisung pelan saat bayi yang menggunakan baju bebek itu menggeliyat di kasur.

Jaemin terkekeh. " Aduh, udah umur 41 masih punya bayi. Jelek banget dan ga cocok, harusnya aku udah punya cucu. " Jaemin terdiam. " Eh, kamu kan cucu aku ya? "

Jaemin memberikan dot kepada Jisung, Jisung dengan cepat menghisap puting dari botol itu. Jaemin pun ikut tertidur bersama Jisung, Jaemin merapikan surai hitam Jisung dan menatap pria kecilnya.

" Maaf. " Jaemin menghela nafas dan sedikit menjeda kata katanya. " Maaf jika kau hasil perkawinan diluar nikah. "

" Dan, maaf jika orang tuamu tak memiliki hubungan yang sah. "

                                    ---

Jeno melepas jas hitam yang melekat di badannya, kini sudah jam 7 malam dan ia akan pulang. Ia membersihkan kertas kertas yang berserakan diatas meja lalu membawa tasnya dan meninting jas yang ia gunakan tadi. Jeno pun melepas 2 kancing atasnya agar terasa lega, dengan langsung ia melenggang pergi menuju parkiran dan pulang kerumah. Tak sabar untuk menemui pria manisnya yang pastinya kini sudah menunggunya.

Mother - Nomin | END. [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang