Pagi harinya, Jaemin sudah bangun tetapi pria manis itu masih tiduran disana dengan membuka matanya. Ia memandang jendela yang sudah terang itu masih tertutup tirai. Perutnya kini sangat sakit, entah keram atau apa. Jaemin mengelus perutnya perlahan agar rasa sakitnya berkurang, tetapi tak berhasil. Ia membutuhkan Jeno.Jeno sudah pergi sedari pagi tadi, entah kemana pria itu, Jaemin tak tau dan tak mau tau. Semalam juga Jaemin hanya tidur sendirian, tak ada Jeno. Jaemin meringis ketika perutnya ditendang oleh si jabang bayi. Ia mengelus lagi.
" Baby . . kamu udah bangun ya? " tanya Jaemin kepada anaknya. Sepertinya anaknya sangat semangat pagi ini.
Jam sudah menunjukkan pukul 9 pagi, Jaemin bangkit dari tidurnya dan melangkah maju untuk membuka tirai itu agar kamarnya memiliki pencerahan. Jaemin menuju kamar mandi untuk membasuh wajahnya. Ia melihat kearah cermin untuk berkaca, Jaemin akui selama ia hamil, ia merasa sangat segar apalagi di wajahnya.
Jaemin pun keluar lagi dan keluar dari kamarnya untuk ke dapur, seperti biasa. Jaemin tersenyum tertahan, ada segelas smoothie yang sudah sehari hari ia minum, dan Jaemin tau siapa yang membuatkannya. Ya, Jeno.
Jaemin pun langsung meminum itu tanpa menunggu lama, di dapur itu juga sudah sangat bersih, tak ada cucian kotor yang seharusnya ia kerjakan. Jaemin pun langsung mencuci gelas itu dan menaruk ke rak biasanya.
Ting Tong Ting Tong!
Jaemin menoleh kearah pintu, selama ini sudah tak ada lagi yang bertamu, ia bertanya tanya jadinya. Jaemin memegang perutnya, ia takut, perutnya sudah tak bisa disembunyikan lagi. Dengan langkah takut takut, Jaemin melangkah kearah depan dan membuka pintu itu. Jaemin terkejut. Tamu itu juga sama terkejutnya dengan Jaemin.
Mark disana dengan bayi yang ia gendong. Sepertinya bayinya Haechan.
" Jaemin? kamu hamil? " tanya Mark to the point yang menatap perut Jaemin. Jaemin hanya diam, dia bingung.
" Ada apa, ya? " tanya Jaemin mengalihkan pertanyaan Mark.
Mark yang tersadar itu langsung mengalihkan pandangannya dan langsung berujar. " Maaf Jaemin, bisa aku menitipkan anakku? Haechan sedang dirawat di Canada dan aku tak bisa membawa anakku karena umur yang belum cukup. Ibuku tak mau merawat anakku, tolong aku, Jaemin. "
Jaemin yang mendengar permintaan Mark itu sedikit menimang nimang, Jaemin menatap anak Mark yang juga menatapnya. Anak itu diam. Jaemin menatap Mark, tatapan Mark begitu meluluhkan raganya.
Jaemin pun mendekat kearah Mark dan mencoba menggendong anak mantan suaminya itu. Ia menimang anak lelaki itu, Mark tersenyum melihat itu.
" Namanya Chenle, Lee Chenle. "
Jaemin mengangguk, Chenle mengusak diarea sekitar dada Jaemin. Jaemin tersenyum melihat itu.
" Berapa umurnya? " tanya Jaemin.
" 7 bulan. "
Jaemin mengangguk, Mark pun melihat jam di pegelangan tangannya. Ia pun masuk kedalam mobilnya dan mengambil tas yang berisikan perlengkapan anaknya.
" Ini peralatan milik Chenle, maafkan aku yang terus merepotkanmu, Jaemin. Aku akan men-transfer uang untukmu dan kebutuhan Chenle. " Jaemin yang mendengar itu hanya menggeleng pelan. " Tak apa, tak usah repot. "
" Baiklah Jaemin, pesawat saya sebentar lagi akan berangkat. Aku titip Chenle. " Mark maju kearah Chenle dan mengecup dahi anaknya.
Mark pun pergi darisana dan segera melajukan mobilnya menuju bandara. Jaemin pun membawa tas bayi itu lalu masuk bersama Chenle. Jaemin keatas menuju kamarnya, ia menidurkan Chenle diatas kasurnya. Jaemin melepas kain yang membekap Chenle, anak itu langsung merenggangkan badannya sendiri.

KAMU SEDANG MEMBACA
Mother - Nomin | END. [REVISI]
FantasiaA nomin mature fanfiction. Tentang keluarga Lee dengan sang ayah bernama Mark Lee dan ibu bernama Lee Jaemin serta anak lelaki mereka bernama Lee Jeno. Sejak kecil, Jeno kerap ditinggal oleh ayahnya membuatnya sangat dekat dengan ibunya, baginya ib...