Jeno kini sedang berjalan menyusuri stand stand yang terpasang disana, tangannya sibuk untuk menilai kerapihan dari stand disana. Pria angkuh berkacamata itu terlihat sangat serius saat menilai sendirian, ia pun terus sampai stand disana sudah habis. Ia pun menghitung lagi sampai semuanya benar benar tercatat tak tertinggal, ia pun melangkahkan kakinya menuju sebuah ruangan untuk memberikan data itu.
" Thanks Jen. " ujar Hendery yang diangguki oleh Jeno. Jeno bisa melihat jika masih ada beberapa mahasiswa yang menaruh data stand ke Hendery.
" Gue harus disini sampai selesai kaga sih? "
" Ga juga kok, hari ini cuman pameran kaya biasa. Kalau besok baru ada pertunjukkan, selama 3 hari. "
Jeno yang mendengar itu mengangguk. Sejujurnya ia tidak suka dengan tempat yang ramai orang, itu membuatnya sedikit pusing dan tak nyaman. Lebih baik dirumah bersama ibunya, siapa tau ibunya sedang mabuk dan memberikannya jatah lagi, bukan?
Jeno yang sedang berfikiran kotor tentang ibunya itu disuruh Hendery untuk membantu mahasiswa yang kesulitan membawa barang mereka, Jeno pun mengiyakan dan berjalan menuju dimana stand stand itu berdiri. Jeno pun melihat Renjun membawa kardus yang besar berisikan lukisan lukisan milik Renjun. Ia pun langsung menghampiri pria mungil itu.
" Gue bantu. " ujar Jeno seraya mengambil kardus besar itu dan Renjun membawa plastik yang ia bawa. " Thanks Jen. " ujar Renjun setelahnya.
Mereka berdua pun berjalan menuju dimana stand Renjun berdiri, Jeno pun ikut membantu untuk menata lukisan itu sesuai dengan aturan Renjun. Tak lama setelah itu ada kating yang menghampiri mereka.
" Wih, pacaran mulu nih. " sindir pria yang lebih tua dari mereka itu serta candaannya.
" Apasih, engga kok kak. " elak Renjun buru buru takut jika Jeno tak nyaman.
" Masa? "
" Iya astaga. "
Namanya Guanlin. Pria berdarah china itu selalu saja menggoda Renjun dengan beribu ribu cara, pria itu sangat famous disana. Karena prestasinya dan tampang yang pria itu miliki. Setelah berbincang bincang dengan Renjun dan Jeno, Guanlin pergi untuk melihat stand yang lainnya, siapa tau ada sesuatu yang menarik untuk dilihat.
Renjun pun duduk di salah satu kursi disana sembari meminum minuman yang diberi oleh Jeno. Renjun menatap Jeno yang sedang mengamati lukisan lukisan miliknya, sesekali Jeno memegang lukisan itu.
" Lo pinter ngelukis dari kapan? " tanya Jeno yang melihat Renjun.
" Dari kecil gue suka ngegambar. Terus gue mulai kenal kenal istilah lukisan gitu gitu, eh jadi suka. "
Jeno mengangguk, ia pun melihat jam yang ada di tangannya itu. Jam sudah menunjukkan pukul 2 siang.
" Gue cabut dulu deh, lancar ya. " pamit Jeno kepada Renjun dan diangguki oleh Renjun walaupun Renjun sedikit tak tega.
" Hati hati. "
Jeno yang berlari itu langsung mengasih jempol kearah Renjun. Jeno pun pamit kepada para panitia lain agar tak mencari dirinya, ia pun langsung menuju kearah parkiran untuk pulang.
Saat Jeno sudah sampai di halaman rumahnya, ia bisa lihat jika pintu utama itu terbuka lebar, ia pun yang takut jika ada sang nenek disana langsung saja masuk tanpa menunggu lama. Disana, ada lelaki yang mungkin berumuran sama dengan mamanya sedang mengobrol di sofa itu, Jaemin pun berdiri saat melihat anaknya sudah datang.
" Sayang kenalin, ini Hyunjin. " Jaemin memperkenalkan Hyunjin begitupun dengan sebaliknya. Jeno dan Hyunjin berjabatan tangan, tetapi pandangan Jeno seperti orang tak suka.

KAMU SEDANG MEMBACA
Mother - Nomin | END. [REVISI]
FantastikA nomin mature fanfiction. Tentang keluarga Lee dengan sang ayah bernama Mark Lee dan ibu bernama Lee Jaemin serta anak lelaki mereka bernama Lee Jeno. Sejak kecil, Jeno kerap ditinggal oleh ayahnya membuatnya sangat dekat dengan ibunya, baginya ib...