28.

9.8K 671 31
                                        


Jeno sudah kembali dirumah, kini pria itu tengah mengajak Chenle karena Jaemin sedang mengambil pakaian yang sudah kering di jemuran. Sebenarnya, tadi Jeno sudah menyuruhnya untuk bersama Chenle saja, namun pria manis itu selalu beralasan. Setelahnya, Jaemin sudah kembali dengan keranjang berisikan pakaian bersih yang kering itu.

" Dilipet nanti aja, aku bawa ke laundry buat setrika doang. "

" Gausah gapapa. "

" Tolong? "

Jaemin menoleh kearah Jeno yang juga menatapnya memohon. Jaemin pun menghela nafasnya dan menggeser keranjang itu dan mendekat kearah Chenle yang sedang bermain itu. Jaemin merapikan surai Chenle, Jaemin melamun memikirkan kapan Mark akan menjemput si kecil. Apakah Haechan belum sembuh?

" Mikirin apa? " tanya Jeno yang melihat Jaemin sedari tadi hanya diam.

Jaemin hanya menggeleng tanpa mengeluarkan suaranya, tatapannya masih terpaku pada pria kecil didepannya ini. Tiba tiba saja, hujan turun sore ini, Jaemin dan Chenle dengan barengan melihat kearah jendela. Jaemin yang melihat Chenle mau bangkit itu langsung membantunya dan menahan anak itu untuk berdiri.

" Suka hujan ya, dia? " tanya Jeno yang melihat Chenle melihat hujan itu.

Jaemin tersenyum. " Mungkin ya. "

Jaemin pun mengecupi permukaan wajah Chenle yang sangat putih itu. Ia pun langsung mendudukkan kembali Chenle agar anak itu bisa duduk.

" Uh! " seru Chenle menunjuk hujan.

" Kamu mau hujan hujan? " tanya Jaemin kepada Chenle yang hanya dibalas tatapan oleh Chenle.

" Uh uh uh! "

Jaemin terkekeh kecil, melihat Chenle seperti mimpi. Dulu, saat ia remaja ia memiliki mimpi ingin memiliki 3 anak. Namun Mark menolaknya dan ingin memiliki satu anak saja, mau tak mau Jaemin hanya bisa menurut dan Jeno pun lahir ke dunia. Cukup sedih saat Jeno tumbuh dengan cepat, ia jadi tak bisa melihat anak kecil lagi.

Jaemin pun menggendong Chenle dan menuju ke sebuah kaca penghalang itu, tangan kecil Chenle menyentuh kaca yang dingin itu. Manik matanya menatap rintikan air hujan yang terus turun itu, tangannya ia bawa untuk menangkap rintikan hujan yang mengenai jendela.

" Suka hujan? " ujar Jaemin bingung dan menatap Jeno yang juga melihat keduanya.

Jaemin pun kembali duduk disana dan mendudukkan Chenle kembali, tetapi Chenle dengan langsung merangkak menuju kaca itu kembali. Jaemin pun hanya diam ditempat dengan Jeno. Kedua pria dewasa itu melihat Chenle yang masih menikmati hujan di sore ini.

---

Malam kembali menyapa, Jaemin sedang berdiri di balkon kamarnya yang langsung berhadapan dengan jalanan yang sepi dan gelap. Jaemin mengelus perutnya, hanya tinggal 2 bulan lagi ia bisa melihat anaknya dan semoga ia dan anaknya bisa selamat. Jaemin sangat memikirkan ini sedari tadi, ia sangat takut, waktu semakin cepat.

Jaemin tersentak kaget saat ada yang memeluknya dari belakang. Jeno yang baru saja menidurkan Chenle itu menghampiri Jaemin yang berada dibalkon. Jeno mengelus perut Jaemin dan mengecupi pipi Jaemin dari samping.

" Ngapain? disini dingin. " ujar Jeno yang seperti bisikan angin malam.

" Hm . . pengen aja. " jawab Jaemin setelah cukup lama ia mencari alasan. Jeno pun melepas pelukan itu lalu membalikkan tubuh Jaemin.

Jeno tersenyum memandang pria hamil itu, tangannya ia bawa untuk membelai pipi Jaemin lalu membenarkan setiap helaian rambut Jaemin. Ia memajukan wajahnya dan mengecup bibir itu. Kecupan tiap kecupan Jeno layangkan untuk bibir Jaemin.

Mother - Nomin | END. [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang