Bel rumah kediaman Jaemin berbunyi cukup kencang, Jaemin yang baru saja mandi itu sedikit terganggu. Ia pun dengan cepat memakai bajunya dan mulai turun kebawah, tetapi saat ia membuka pintu, itu juga bertepatan dengan Jeno yang turun. Jaemin pun hanya mengikuti Jeno dari belakang, ia juga kepo siapa yang bertamu. Saat sudah sampai ditengah ia bisa lihat jika Jeno sedang berbicara dengan seseorang." Mau ya nak? adek kamu lagi pengen. " bujuk Mark saat anaknya itu menolak untuk ikut bersamanya.
Jeno menggeleng. " Mama dirumah, gaada temennya, kasihan. "
Jaemin pun menyembulkan kepalanya untuk melihat siapa yang datang, saat tau itu adalah Mark dan Haechan serta Jeno yang menyadari jika ada ibunya itu melebarkan pintu itu. Ia sedikit mendengar pembicaraan antar anak dan ayah itu.
" Ikut aja, Jen. " kata Jaemin yang dihadiahi senyuman oleh Mark.
" Gamau, mama kasihan dirumah sendirian. "
" Gapapa sayang, udah sana ikut. "
Jeno berbalik dan melotot kearah ibunya itu agar tak mengizinkan. Jaemin yang ditatap seperti itu sedikit menciut, tetapi ia juga tak mau jika dicap mendidik anak yang tidak tidak. Jaemin pun tersenyum dan mengelus lengan Jeno, ia pun melangkah untuk berbicara kepada kedua sejoli itu.
" Hai, sesuai yang aku omongin kapan lalu, aku ngizinin untuk bawa Jeno pergi kalau anakku mau. Jadi kalau dia gamau, tolong jangan dipaksa ya. " ujar Jaemin memberi pengertian.
" Jen, mau ya? " bujuk Mark.
" Gamau pa. " tolak Jeno lagi. Tanpa menunggu kata kata lain Jeno akhirnya masuk kerumah tanpa memperdulikan panggil orang tuanya itu.
Jaemin menghela nafasnya melihat kelakuan anaknya itu. Ia pun tersenyum kepada Mark dan Haechan. " Maaf ya, mungkin Jeno lagi ga mood pergi. "
Mark mengangguk lirih. " Its okay, Jaem. Kalau gitu kita pulang dulu ya? aku titip anak kita. "
Anak kita. Jaemin pun hanya mengangguk dan keduanya sudah pulang darisana. Ia pun segera naik menuju kamar anaknya itu yang sudah bertingkah kurang ajar. Saat ia membuka kamar anaknya itu ia bisa lihat jika anaknya sedang memainkan game di komputer.
" Anak nakal! mama gapernah ya ngajarin kamu kaya gitu. " kesal Jaemin, ia pun mencubit cubit lengan keras milik Jeno. Walaupun Jeno tak mengaduh sedikit pun.
Jeno pun melepas headphonenya dan menatap mamanya itu, jujur saja ia paling benci dengan orang yang mengganggu aktivitasnya.
" Kan Jeno gamau, salah mereka lah kenapa maksa aku. "
" Ya tapi kamu gaboleh kaya gitu, jelek banget. Mama gasuka! "
Jeno mendongak menatap ibunya yang sedang menyilangkan tangannya didepan dada itu, sejujurnya ia gemas dengan Jaemin yang seperti ini. Seperti kucing yang sedang marah! Jeno pun mengambil kedua tangan Jaemin dan menarik tangan itu sampai Jaemin duduk dipangkuan Jeno.
" Maafin Jeno ya, ma. " ujar Jeno yang memeluk mamanya itu. Sialan, Jeno sekarang mengutuk perbuatannya sendiri, karena ulahnya ia bisa merasakan penisnya berada di belahan pantat Jaemin.
" Gamau. " ditolak dengan mentah.
Jaemin bergerak gerak untuk melepaskan pelukan anaknya itu, dan itu membuat pantatnya juga bergesekan dengan penis Jeno. Jaemin dapat merasakan itu. Karena ia tak ingin kejadian itu terulang lagi ia pun berusaha melepaskan pelukan anaknya itu, bahkan tangannya dicengkram oleh sang anak sangat kuat.
" J-jenh . . " cicit Jaemin. Jeno menenggelamkan wajahnya di ceruk leher Jaemin, lehernya dihirup oleh sang anak itu.
" Mama wangi. " ujar Jeno.

KAMU SEDANG MEMBACA
Mother - Nomin | END. [REVISI]
FantasíaA nomin mature fanfiction. Tentang keluarga Lee dengan sang ayah bernama Mark Lee dan ibu bernama Lee Jaemin serta anak lelaki mereka bernama Lee Jeno. Sejak kecil, Jeno kerap ditinggal oleh ayahnya membuatnya sangat dekat dengan ibunya, baginya ib...