25.

10.4K 752 13
                                        


5 bulan telah berlalu dengan cepat, kini kehamilan Jaemin sudah memasuki 6 bulan. Dengan hubungannya dengan Jeno juga masih sama, Jeno juga tak berubah, lelaki itu benar benar menepati ucapannya. Kini Jeno sedang berada dirumah sakit, ia sedang duduk diluar ruangan dengan Jaemin yang berada didalam sana. Saat ia pulang dari kuliah tadi, ia sangat terkejut dan panik melihat Jaemin yang tergeletak di lantai dapur. Pria itu pingsan. Dan dengan cepat Jeno langsung menggendong pria itu lalu membawanya ke rumah sakit terdekat.

Pintu itu terbuka dan Jeno langsung berdiri dari duduknya, dengan langsung ia menghampiri dokter yang baru saja memeriksa Jaemin.

" Bagaimana? " tanya Jeno dengan nada yang cukup bergetar.

Dokter itu tersenyum. " Pasien tidak apa apa, ia hanya kelelahan saja dan kandungannya baik baik saja. Memang masih sangat muda usia kandungannya namun stamina yang ia miliki tak cukup, ini juga faktor umur juga. Tetapi itu tak masalah bagi sang bayi, jadi semuanya aman. Anda bisa masuk. "

Jeno pun mengangguk dan berujar. " Terimakasih dok. "

Jeno langsung saja melangkahkan kakinya menuju kamar itu dan masuk. Ia bisa melihat jika Jaemin sudah sadar disana dan ada suster yang memberikannya minum. Suster itupun pergi darisana dengan senyuman. Jeno berdiri disamping Jaemin dan mengusap kepala si manis.

" Ada yang sakit? " tanya Jeno. Jaemin menggeleng " Engga kok. "

Jaemin mengusap perutnya yang sudah menonjol itu, anaknya masih ada. Ia sudah sangat khawatir sedari tadi. " Baby . . gapapa? " tanya Jaemin.

" Ya, baby gapapa  "

Jaemin mengedipkan matanya, tatapannya masih kearah perutnya. Mengelus dengan cinta. " Aku takut. "

" Aku takut baby kenapa kenapa gara gara aku. " ujar Jaemin lagi.

Jeno mengarahkan tangannya ke perut Jaemin, terasa hangat disana. Ia pun mengusap perut itu lalu tangan Jaemin yang berada disana juga. " Aku udah bilang buat nyuruh kamu jangan ngelakuin apapun, kan? "

Jaemin menatap Jeno. " Aku ga ngelakuin apa apa, tadi aku cuman angkat jemuran terus mau ambil minum. Aku gatau . . "

" Kamu bisa nunggu aku pulang. " ujar Jeno.

" Tadi mendung, Jeno. "

Jaemin tak lagi menatap Jeno, nada pria itu terdengar malah seperti memarahinya. Ia tak suka. Jaemin juga tak tau jika ia tiba tiba akan pingsan? itu tak terencanakan.

" Mau makan apa? " tanya Jeno setelahnya.

" Ga. "

" Makan. " tekan Jeno.

Jaemin mendengus mendengar perkataan Jeno, ia tau jika pria itu sedang marah namun ia tahan. " Nanti aja. " ujar Jaemin dengan pelan.

Setelahnya, Jeno pergi dari hadapan Jaemin dan duduk di sofa yang berada didalam kamar itu. Ia tiduran disana, Jaemin menatap sendu kearah Jeno. Padahal ia ingin memakan sesuatu yang manis, tetapi sepertinya Jeno sedang tidak didalam moodnya. Jaemin yang sedang tiduran itu membalikkan badannya membelakangi Jeno.

Ia menatap tangannya yang ada infus disana, ia bisa pulang setelah cairan infusnya sudah habis. Jaemin pun meneteskan air matanya, tapi dengan cepat ia langsung menghapusnya. Takut membekas dan Jeno melihatnya.

Perasaannya kini gusar, hatinya tak tenang, pikirannya juga penuh, dibenaknya juga terasa sangat berat. Jaemin memegang perutnya, ia tak menginginkan ini. Ia sudah mengajak Jeno untuk menggugurkan saja namun pria itu masih kekeh untuk mempertahankan. Jaemin takut jika ia malah sering sakit nantinya.

Mother - Nomin | END. [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang