27.

9.4K 700 68
                                    


Keesokan harinya, Jeno dan Jaemin bersama Chenle sudah bersiap. Ketiga pria itu terlihat seperti keluarga bahagia, dengan Jeno yang menggendong Chenle dan Jaemin yang memilih baju dan peralatan bayi mereka.

" Aku bingung deh, kan kita belum tau kelaminnya? " tanya Jaemin yang sedari tadi sudah memegang keranjang namun belum ada isinya.

" Warna unisex aja. "

Jaemin menatap Jeno. " Apa kita cek dulu ya, Jen? takut boros. "

" Gausah, kamu pilih aja mana yang bagus gitu. "

Jaemin mengerucutkan bibirnya, menatap sendu kearah Jeno. Jeno yang tangan kirinya menggendong Chenle itu ia angkat tangan kanannya untuk ia usap kapala Jaemin. " Sana pilih. "

" Temenin. " rengek Jaemin.

Oh astaga, ingin rasanya Jeno menerkam lelaki yang ada didepannya saat ini juga. Ia juga sudah lama tak bercinta dengan lelaki itu selama Jaemin hamil, Jaemin pasti selalu beralasan.

Jeno yang awalnya ingin duduk saja karena tangannya cukup pegal menggendong Chenle, sedangkan bayi berusia 7 bulan itu hanya mengemut empeng yang biasanya ia emut. Mau tak mau Jeno tetap berjalan untuk menemani kekasihnya itu, Jeno dengan sabar menuruti semua kemauan Jaemin yang terkadang naik turun itu.

" Aku mau yang pink, tapi takut kalau anak aku cowo lagi. " Jaemin memegang gaun berwarna pink yang sangat lucu itu.

" Beli sayang. " entah sudah keberapa kali Jeno mengatakan ini kepada Jaemin yang berdumel.

Akhirnya, Jaemin memasukkan gaun kecil itu kedalam keranjang. Keranjang berwarna silver yang awalnya kosong itu kini sudah terisi cukup banyak, mereka selanjutnya pergi ke peralatan bayi. Jaemin mengambil sebuah dot bergambar karakter anna, ia membelinya.

Sudah bodo amat dengan kelamin anaknya, tetapi Jaemin memiliki firasat jika anaknya ini adalah lelaki lagi. Jaemin tiba tiba memikirkan ini.

Anaknya nanti jika sudah lahir, akan menjadi adek Jeno atau anak Jeno? cukup rumit tetapi semuanya sudah menjadi bubur. Kini ia dan Jeno hanya menunggu waktu sampai anak mereka lahir.

" Totalnya 7.653.000. " ujar sang kasir yang sudah menotal semua belanjaan.

Jeno pun mengeluarkan kartunya dari dompet miliknya lalu mengetikkan pin disana, Jeno juga sudah menabung dari uang yang diberikan oleh Mark. Pria itu mengurangi membeli rokok dan kebutuhannya yang lain. Ia sudah memiliki anak, dan sepertinya setelah anaknya lahir, ia akan bekerja saja.

Jeno pun membawa plastik itu sedangkan Jaemin bergantian mengajak Chenle. Chenle masih berceloteh tak jelas, kini mereka berjalan menuju sebuah restoran karena sudah memasuki jam makan siang. Jaemin dan Jeno pun memilih duduk di pojokan kanan, restoran itu cukup sepi siang ini. Mereka memesan makanan lalu memakannya dengan baik. 

                                  ---

Chenle menangis dengan kencang dirumah yang sangat besar itu, Jeno yang awalnya mengerjakan tugas itu langsung naik membawa Chenle. Jaemin tertidur dan sepertinya tangisan Chenle tak mampu membangunkannya. Jaemin mudah kelelahan, jadi pria itu setelah pulang berbelanja langsung tidur.

Chenle sudah diam dengan dot yang berisikan susu yang dibuatkan oleh Jeno. Jeno pun membawa Chenle ke teras dimana ada beberapa kertas diatas meja yang berserakan. Jeno pun duduk dengan memegang dot untuk Chenle. Tugasnya masih sangat banyak, tetapi Chenle menangis. Ia pun menimang Chenle terlebih dahulu.

" Laper lo? " tanya Jeno dengan ketus kepada Chenle yang juga menatapnya.

" Bikin sendiri dah, ngerepotin gue lu. "

Mother - Nomin | END. [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang