23.

11.1K 789 30
                                    

Kini Jeno dan Jaemin sedang berada di sebuah area berbelanja untuk membeli beberapa bahan makanan yang sudah habis. Jeno yang dibelakang Jaemin sembari mendorong trolly itu, dan Jaemin yang memegang handphone seraya mengambil produk itu.

" Bagus mana? " tanya Jaemin seraya menunjukkan 2 produk berbeda merk itu.

" Kiri. "

" Oke yang kanan. "

Jaemin tersenyum lalu menaruh produk itu kedalam trolly dan beralih ke rak sebelah untuk mengambil barang selanjutnya sampai trolly itu terisi penuh.

Jeno hanya mendengus mendengar itu, untung ia sayang. Jika tidak? bisa ia pukul pria manis itu. Jeno pun kembali mengikuti Jaemin sampai pria itu selesai dengan dunianya. Terkadang juga mengesalkan namun Jeno hanya diam saja, mengingat kekasihnya sedang berbadan dua.

Jeno sudah beberapa hari ini tak bisa berfikir tenang. Perkataan dokter tempo lalu menjadi lagu tidurnya, ia menjadi labil sekarang.

Jeno tiba tiba menyesal menjadikan Jaemin menjadi kekasihnya.

Jika Jeno tak menaruh hati pada pria manis itu, pasti Jaemin tak merasakan ini semua. Ia menyesal. Haruskah ia pertahankan cintanya atau buah cintanya? Jeno menjadi sangat sangat tak bisa terkontrol juga. Ia masih mahasiswa dan sebentar lagi akan menjadi Ayah.

                                 ---

Jaemin dan Jeno kini sedang berada di perusahaan milik mendiang Ayah Jaemin, dan kini keduanya sedang berada di ruangan Doyoung. Entah kenapa ia rindu kepada kantor ini jadi ia berkunjung.

" Udah besar ya, Jeno. Padahal dulu masih kecil banget terus nakal, diajak kemana mana pasti gamau. " ujar Doyoung seraya melihat Jeno.

Jaemin terkekeh. " Iya, udah besar sekarang. "

" Mau lulus berarti? "

" Belum, masih lumayan lama. " ujar Jeno.

Doyoung mengangguk. " Besok kalau udah lulus, pegang ya kantor ini. Mama kan ga ngerti kaya ginian. "

" Iya. "

Jaemin hanya mendengus mendengar interaksi itu, ia pun hanya memakan cemilan yang Doyoung sediakan. Pria itu merasa lapar sekarang, ia tiba tiba ingin makan sesuatu yang manis tetapi juga pedas. Dimana ia bisa menemukan itu?

Jaemin dan Jeno disana sampai Jaemin merengek meminta pulang, padahal Jeno biasa saja namun Jaemin merengek. Doyoung pun memaklumi adeknya itu dan memperbolehkannya, ia juga harus menemani suaminya dirumah.

" Kamu jadi mau beli eskrim? " tanya Jeno seraya menoleh kesamping yang dimana Jaemin sedang menyemil makanan yang ia beli tadi.

" Mau dong, tapi yang pedes, ada ga? "

Jeno menganga tak percaya. " Ya gaada, lah? kamu aneh deh. "

" Tapi aku pengen itu. " Jaemin berujar seraya mengerucutkan bibirnya, jarinya mempermainkan ujung bajunya.

Jeno yang melihat itu hanya mengusap wajahnya. " Sayang, eskrim pedes itu gaada. Kamu mau sakit? " Jaemin menggeleng.

" Eskrim biasa aja, ya? "

Jaemin menggeleng. Jeno mengusap kepala Jaemin, " Aku beliin eskrim biasa aja. Nanti kamu makan ya? " Jeno berujar tak melihat gelengan Jaemin.

Jaemin tak menjawab perkataan Jeno, ia merajuk. Padahal ia menginginkan eskrim yang pedas, Jaemin yakin jika itu ada. Kenapa Jeno tak percaya? Jaemin pun mendengus dan menatap kearah Jendela sana.

                              ---

Malam tiba, kini Jaemin sedang menonton film di kamarnya sendiri menggunakan tablet miliknya. Sedangkan Jeno, pria itu sedang berada dikamar mengerjakan tugasnya. Jaemin mengelus perutnya yang sudah sedikit menonjol itu, Jaemin masih ragu untuk ini. Bukankah . . ini berbahaya untuknya kedepannya?

Mother - Nomin | END. [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang