3 bulan kemudian.Jeno kini tengah menggendong bayi kecil berusia 3 bulan itu di pangkuannya. Matanya menatap si kecil yang masih terlelap dan bibirnya yang mengecap kecil, Jeno membawa ibu jarinya untuk mengusap pipi si kecil. Pagi pagi sekali, ia sudah berjemur dengan anaknya di taman rumah sakit. Banyak orang yang menatapnya, namun Jeno acuh saja.
Jeno tersenyum tipis melihat anaknya yang begerak gerak, anaknya sudah boleh dibawa keluar setelah anak itu hanya dikurung didalam ruangan saja karena anaknya lahir premature. Jaemin masih saja diam ditempatnya dan belum membuka matanya, pria cantik itu masih setia didalam mimpinya.
Banyak perubahan didalam diri Jeno, ia semakin kurus, ia juga jarang tidur dan lebih banyak mengonsumsi minuman keras dan rokok. Ia juga tak pernah lagi masuk kelas, Jeno tau jika hari ini adalah hari dimana ia mendapatkan kelulusannya. Ia harusnya berada disana, tetapi sekarang itu sudah tak penting bagi Jeno. Yang terpenting adalah Jaemin yang membuka mata dan ia merawat anaknya.
Anaknya belum juga memiliki nama, Jeno menepati janjinya untuk memberikan nama bersama Jaemin, kekasihnya. Jika anak itu sedang memejamkan mata, akan sangat mirip dengan Jaemin. Jeno memejamkan matanya sejenak, ia sangat rindu kepada pria manis itu. Ia rindu suaranya, amarahnya, dan perintahnya.
Mark dan Haechan pun masih sering mengunjungi mereka walaupun Jeno sering mengusir, Jeno tak ingin melihat keduanya, ia benar benar muak. Jika melihat keluarga aneh itu hatinya berdenyut sakit, mereka bahagia dan ia menderita karena tak mempunyai siapa siapa selain anak dan kekasihnya. Anaknya masih menggunakan pakaian yang disediakan oleh rumah sakit, ia hanya ingin melihat Jaemin yang memakaikan baju baru anaknya. Melihat anaknya, ia seperti baru saja bermimpi. Ia sudah memiliki anak di umur 19 tahun?
" Kapan ibumu sadar, ya? " gumam Jeno mengajak anaknya mengobrol. Ia benar benar rindu kepada pria manis itu.
" Kau rindu ibumu, tidak? aku sangat rindu. Aku merindukannya. "
Jeno tersenyum kecil melihat anaknya, Jeno yang mulai pegal itu langsung saja bangkit dan ingin kembali ke kamar Jaemin. Setiap ia selalu ingin ke kamar Jaemin, ia selalu berdoa agar saat ia datang, pria itu sudah bangun.
Jeno masuk dengan hati yang kembali perih, Jaemin masih berada ditempatnya dan tak bergerak sama sekali. Jeno pun menaruh anaknya ke ranjang kecil dan ia menghampiri Jaemin, ia mengusap rambut Jaemin perlahan lalu ia tersenyum lirih melihat Jaemin. Jeno memegang kedua tangan Jaemin dan memegangnya.
" Hai sayang. "
Jeno mengecup tangan Jaemin. " Aku udah selesai berjemur sama baby, baby tadi kelihatan seger banget, kamu gamau lihat sayang? katanya, baby rindu sama kamu, katanya pengen peluk kamu gitu. Bapaknya juga mau si hehe, aku mau peluk kamu lama banget. "
Jeno membelai pipi Jaemin yang masih halus disana, wajah Jaemin tak berubah, pria itu masih cantik.
" Hey, i miss you. Cepet sadar sayang. "
" Hari ini seharusnya aku udah lulus, tapi aku gamau dateng aku lebih milih kamu. Kamu disini sendirian dan aku harus disini biar kamu ga sendirian. Aku kangen banget sama kamu, udah 3 bulan aku ga denger suara kamu. Kamu mimpi apasih? bagus banget ya mimpinya? "
" Jangan lama lama, ya? aku sama baby nunggu kamu. Tinggalin mimpi kamu, disini lebih indah daripada mimpi kamu. "
--
Dentuman suara begitu sangat keras di salah satu club disana, banyak orang yang sedang meliuk liukkan badannya dilantai dansa itu, tak banyak juga orang yang hanya minum saja seperti Jeno disana. Ia duduk di salah satu sofa disana dan meneguk minuman yang akhir akhir ini ia konsumsi. Rasa perih menjalar di tenggorokannya, rasa perih itu membuat Jeno pening.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mother - Nomin | END. [REVISI]
ФэнтезиA nomin mature fanfiction. Tentang keluarga Lee dengan sang ayah bernama Mark Lee dan ibu bernama Lee Jaemin serta anak lelaki mereka bernama Lee Jeno. Sejak kecil, Jeno kerap ditinggal oleh ayahnya membuatnya sangat dekat dengan ibunya, baginya ib...