Kini Jaemin tengah mencuci pakaiannya dengan pakaian Jeno. Saat ia memasukkan dalaman kedalam mesin cuci ia melihat celana dalam berwarna hitam itu ada sedikit cairan berwarna putih. Matanya memicing, ini bukan dalamannya. Sial! ini milik Jeno. Pipi Jaemin memanas ketika tau bahwa cairan itu adalah Peju. Apakah anaknya mimpi basah atau gimana? memang cairan itu tak banyak namun sangat terlihat karena kainnya hitam. Dia pun dengan segera memasukkan satu satu dan menghilangkan pikiran kotornya.Ia juga pernah melihat Jeno bertelanjang dada setelah ia terakhir kali memandikan Jeno berumur 6 tahun. Anaknya itu memiliki 8 kotak di perutnya dan badan anak itu begitu gagah, Jeno memang sering melakukan olahraga yang berat bahkan ia pintar bermain basket. Ruangan gym kini digunakan oleh Jeno seorang, bahkan ruangan gym itu sudah di desain olehnya agar tidak terlalu monoton.
" Tenang Jaemin, anakmu sudah besar, dia wajar melakukan itu. " pikirannya masih berkecamuk.
Apalagi Jeno pria, bukan? itu hal yang wajar jika Jeno ber-onani. Tapi pertanyaannya adalah, siapa yang ia bayangkan saat ber-onani? sialan, kenapa pikirannya menjadi berkeliaran kemana mana. Jaemin pun segera memasukkan celana itu agar pikirannya tidak terlalu luas.
—
" Kantin? " kelas Jeno telah usai, dan kini Jeno menoleh kesamping karena ada yang menanyai-nya.
Ternyata itu temannya, Renjun.
" Boleh. " balas Jeno. Ia pun menggendong tasnya dan berjalan disamping Jeno, mereka berdua berjalan bersama untuk ke kantin.
Mereka sering sekali berduaan, semua orang menganggap mereka adalah sepasang kekasih padahal bukan. Jeno itu tidak terlalu memikirkan tentang cinta. Ketika ada yang menanyai tentang mereka pun Jeno hanya menolaknya dengan halus bahwa mereka tak berpacaran.
" Ada event, lo ikut ga? "
" Festival ya? "
" Iya, gue sih pengen ikut tapi bingung. "
" Kenapa? " Jeno membuka kaleng soda yang ia beli dan meneguknya. Renjun duduk disamping Jeno.
" Gaada material buat meriahin festivalnya, menurut lo apa yang cocok buat gue? "
Jeno sedikit memikir tentang omongan Renjun. Renjun itu suka sekali dengan melukis, bahkan dia menjual lukisan itu dan laku sekali, dengan harga yang murah hingga mahal.
" Lukisan lo bagus, lo bikin pameran aja tentang lukisan lo. Lo pajang, terus sebelahnya ada deskripsi tentang lukisan lo itu. Lo ga mungkin kan ngelukis tanpa tema? " ujar Jeno memberikan Renjun sedikit ide untuk festival nanti.
" Gue ga pd si. "
Renjun menenggelamkan wajahnya ke celah lengannya, ia bingung. Jeno terkekeh dan mengusak kepala Renjun pelan. See? Jeno selalu memperlakukan Renjun seperti itu, tetapi pandangan Jeno ke Renjun sudah seperti adeknya sendiri.
" Coba aja dulu. Gue pulang dulu ye? kasihan mama dirumah sendirian. " Jeno bangkit.
" Oke, salamin ke tante Jaemin. "
" Pasti. "
Jeno pun pergi dari hadapan Renjun dan menuju kearah parkiran montornya. Ia pun bergegas pergi tetapi sebelum itu ia mampir ke toko roti, ia ingin membelikan mama-nya itu cheese cake. Ia pun memakirkan motornya dan masuk.
" Selamat datang. " sapa salah satu karyawan disana. Jeno pun hanya mengangguk.
" Mau ini satu ya, kak. " Jeno menunjuk kue bunder itu dan langsung dibungkus oleh salah satu karyawan itu.
Jeno menyerahkan uang dan membayar roti itu. Ia pun mengambil dan keluar lagi dari kedai roti itu. Melaju kencang membelah angin siang itu untuk menuju kerumahnya. Saat ia masuk kedalam pekarangan rumahnya, ia melihat ada mobil didepan, ia merasa tak asing.
Samar samar ia mendengar ada orang berbicara didalam, ia menaruh sepatunya dan membuka pintu utama itu. Matanya melebar ketika ibunya menangis dan ada oma-nya disana. Ia dengan cepat menghampiri ibunya.
" Oma. "
Itu ibu Mark. Jeno pun melindungi ibunya dibelakang badannya.
" Pergi kalian dari rumah ini. Kalian tak berhak mendapatkan rumah ini. "
Jeno bisa merasakan badan ibunya bergetar, ia masih memegang tangan ibunya itu. Panas dingin.
" Oma, kita sudah membahas ini sebelumnya. Dan keputusan Ayah sudah bulat, Ayah pun memberikan rumah ini untuk mama dan Jeno. Oma tak punya hak apapun lagi. "
" Heh anak haram, kau itu tak tau apa apa, jangan ikut campur dalam urusan anak dewasa. "
" Yang oma sebut anak haram ini sudah berumur 19 tahun. " tekan Jeno. Ia menatap neneknya itu tak suka.
" Jeno . . . sudah nak . . " suara Jaemin serak.
Jeno pun menggandeng tangan ibu Mark dan menyeretnya keluar rumah. Sungguh, ia tak ingin melakukan ini, tetapi ia tak tega melihat tangisan mamanya.
" Lepas! " pekik ibu Mark.
Ibu Mark terus menunjuk nunjuk Jeno dengan kata katanya yang kasar dan menusuk hati, Jeno pun hanya menatap datar neneknya yang mengoceh itu.
" Terserah, kami sudah tidak berurusan dengan keluarga Lee lagi. " final Jeno.
Jeno langsung menutup pintu utama dan mengunci dari dalam. Ia pun berbalik dan berjalan kearah ibunya yang mematung itu. Ia pun memeluk ibunya dalam, dengan tinggi Jaemin yang lebih pendek, Jeno bisa merasakan dadanya basah karena tangisan Jaemin.
" Mama harusnya nelfon Jeno tadi. "
Jaemin mengusal ke dada Jeno. " Mama, mama tadi juga kaget Jeno, mama takut. Mama takut sama mereka. "
" Jeno selalu sama mama. " Jeno memberikan kekuatan untuk Jaemin. Ia mengelus kepala mamanya itu. Mengecupnya pelan dan tangan satunya ia bawa untuk mengelus punggungnya.
Jaemin melepas pelukan itu dan menghapus air matanya. Ia melihat plastik yang jatuh gara gara Jeno lempar tadi. Jaemin pun mengambil itu dan membukanya. Sudah hancur.
" Yah hancur. " bibir Jaemin mengerucut.
Jeno merasa bersalah. " Mau jeno belikan lagi, ma? "
Jaemin menggeleng dan mendongak menatap Jeno, ia tersenyum dengan mata sembabnya.
" Tak apa, ini masih bisa dimakan. Ayo kita makan! " seru Jaemin.
" Mama aja, Jeno keatas ya. "
Jaemin memasang wajah sedihnya. Jeno pun menotis itu ketika ia lewat didepan mamanya. Sial, Jaemin seperti memohon dan ini kelemahan Jeno.
" Iya iya, Jeno ganti dulu habis itu Jeno temenin ya. "
" Oke! " Jaemin berlari kecil kearah dapur untuk membelah kue yang hancur itu.
Jaemin pun merapikan pakaiannya yang sedikit kusut itu, ia juga cuci muka agar terlihat segar. Ia pun duduk di meja makan sambil menunggu Jeno, tak lama anaknya datang dengan celana pendek dan baju hitam polos. Ia pun tersenyum ketika anaknya itu datang, pandangannya terpaku ke Jeno.
Ugh, badan anaknya itu benar benar idealnya. Ia pernah tak sengaja melihat perut Jeno, otot tangan Jeno, dada bidang Jeno, dan bagaimana nyamannya dada Jeno saat ia peluk tadi. Dan jangan lupakan tangan Jeno yang terdapat urat itu, ia membayangkan bagaimana tangan itu memanjakan tubuhnya.
" Mama? " lamunannya terbuyar ketika suara Jeno sudah dekat.
Jaemin pun tersenyum dan mulai memakan roti yang creamnya sudah hancur itu, tetapi tidak apa, itu masih enak.

KAMU SEDANG MEMBACA
Mother - Nomin | END. [REVISI]
FantasíaA nomin mature fanfiction. Tentang keluarga Lee dengan sang ayah bernama Mark Lee dan ibu bernama Lee Jaemin serta anak lelaki mereka bernama Lee Jeno. Sejak kecil, Jeno kerap ditinggal oleh ayahnya membuatnya sangat dekat dengan ibunya, baginya ib...