05.

26.4K 1.4K 71
                                        


Jaemin tengah memakan ice cream yang tadi ia beli sebelum pulang, ia tak menginginkannya, namun anaknya itu tiba tiba saja berhenti di kedai ekrim. Saat ingin bertanya, Jeno sudah lebih dulu keluar dari mobil dan kembali lagi dengan plastik yang cukup besar. Jaemin tersenyum saat melihat didalan plastik itu ada beberapa cup ice cream dengan rasa yang berbeda beda. Kini ia sedang berada di ruang tengah menonton televisi yang sedang menayangkan sinetron yang tengah ramai itu. Kadang pria manis berumur 40 itu memaki peran didalam sana. Walaupun umur sudah semakin tua, wajahnya sama sekali tidak berubah itu membuat orang yang baru mengenalinya akan mengira ia bocah, padahal ia memiliki anak usia 19 tahun.

Jaemin sudah menghabiskan satu cup ice cream rasa blueberry itu, ia pun mematikan televisi dan naik keatas mengarah ke kamarnya dan mantan suaminya itu. Terkadang, Jaemin merasa sangat sedih. Ia deja vu, terkadang kenangan manis terputar di pikirannya saat memasuki kamar itu. Jaemin menggelengkan kepalanya dan masuk kedalam kamar mandi. Jaemin sudah segar sekarang, kini ia menggunakan hotpants dengan kemeja putih yang tipis. Ia melihat pintu kamar anaknya itu, sepertinya anaknya sedang tidur atau belajar lagi. Ia pun tak memperdulikan itu dan menuju dapur untuk menghangatkan makanan. Mereka tadi membeli makanan cepat saji.

" Masa kerannya rusak lagi si? " gumam Jaemin saat ia menghidupkan keran, air tak muncul disana. Ia pun mencoba terus akhirnya bisa, sepertinya tersumbat tadi.

Jaemin pun mencuci piring dengan bersenandung riang, suaranya begitu menggelegar di dapur besar itu.

" Ba! "

Jaemin terjengat kaget ketika ada yang menepuk pundaknya itu, ia pun menoleh kebelakang dan ada anaknya yang tersenyum tanpa dosa itu.

" Anak nakal, gimana kalau tadi mama jantungan terus mati ha?! "

" Aku kasih jantungku kalau gitu. "

" Gamau. " ujar Jaemin.

Jeno memperhatikan Jaemin dari belakang. Bisa bisanya ibunya itu berpakaian seperti ini saat ini, kain tipis berwarna putih itu memperlihatkan bagaimana rampingnya pinggang itu. Celana pendek yang tercetak jelas ada bongkahan pantat sintal itu. Jeno menelan ludahnya kasar, ia pun pergi dari sana dan duduk di meja untuk menemani sang pujaan hatinya.

Sebelum itu ia meminum air dingin di kulkas agar ia berpikiran jernih sekarang. Sial beribu sial ia harus memiliki ibu seperti dewi.

" Makan langsung aja, itu makanannya juga udah hangat, Jen. " ujar Jaemin.

" Oke. "

Jeno langsung mengambil mangkok dan mengambil makanan yang berada ditempat berlogo restoran itu. Jeno pun memakan itu dengan tenang dengan pemandangan ibunya yang sedang menata piring itu. Jaemin membereskan dulu semuanya sebelum bergabung ke anaknya untuk makan.

" Besok aku pulang terlambat, ada tugas kelompok. " ujar Jeno.

Jaemin mengangguk. " Iyaa. "

Tengah malam pun tiba. Jaemin yang sedang berada dikamarnya itu belum bisa tidur, biasanya jika ia tak bisa tidur ada sang suami yang membantunya untuk tidur kini ia tak tau harus bagaimana jika tak bisa tidur. Jaemin pun bangkit dari kasur dan mengambil handphonenya, mungkin saja dengan menonton film porno bisa mengantuk.

Sudah beberapa menit ia menonton kini tangannya sudah pergi untuk menggerayai badannya.

" Nghh. " lenguhnya saat tangannya ia bawa untuk memilin putingnya.

Jaemin perlahan membuka celana serta dalaman yang ia pakai, ia pun memegang penisnya dan mengocok pelan. Apakah ini yang bisa dikatakan jika menonton porno bisa menyebabkan ngantuk?

" Ahhh fuckh. " kocokan pada penisnya semakin kencang.

Disisi lain Jeno yang baru saja menyelesaikan tugasnya itu melepas earphone yang bertengger di telinganya itu. Ia merenggangkan badannya sebentar, ia melihat gelas yang ia bawa tadi sudah kosong. Jeno merasa haus pun langsung keluar perlahan agar tak menganggu sang ibu. Ia pun turun kearah dapur dan mengambil air dingin lalu meneguknya.

Jeno pun naik kembali, tetapi sebelum itu ia seperti mendengar desahan dari kamar ibunya. Ia pun dengan perlahan berjalan kearah kamar Jaemin, ia pun perlahan membuka agar tak menimbulkan suara. Nafasnya tercekat melihat pemandangan ini.

Diatas kasur itu ada Jaemin yang sedang mengangkang dengan lebar dan tangannya sedang maju mundur di lubangnya. Desahan Jaemin sungguh membuatnya kehilangan akal.

" Ahhh fasthh. " erang Jaemin memaju mundurkan bolpen kecil itu di lubangnya. Tanpa sadar ia dilihat oleh sang anak kandung.

Jeno pun mendekat ke ranjang Jaemin, ia bisa lihat dengan jelas bagaimana berantakannya Jaemin.

" Hahaha, ternyata ada kelinci manis yang sedang memuaskan sendiri huh? "

Pergerakan Jaemin seketika berhenti mendengar suara berat itu. Jaemin pun merapatkan kakinya dan menaikan selimut untuk menutupi badannya.

" J . . eno? " cicit Jaemin.

Jeno menyeringai, ia menaiki kasur mamanya itu dan Jaemin mundur sampai mentok ke headboard kasurnya, Jeno pun masih maju sampai kini sudah bisa melihat wajah ibunya dengan jelas.

" Kenapa berhenti? muasin diri sendiri lagi. Padahal Jeno bisa bantu mama. "

Jaemin menahan tubuh Jeno saat Jeno akan mencumbuinya. " Jeno, menjauh nak. "

" Yakin? " remeh Jeno.

Jeno membuka selimut yang menghalangi tubuh ibunya itu. Ia pun dengan cepat melebarkan kaki Jaemin lagi dan ia tenggelam diantara selangkangan Jaemin.

Jaemin masih saja menahan badan Jeno agar tak terlalu menekan dirinya. Jujur saja tadi Jaemin hampir sampai jika Jeno tak menggagalkan aktivitasnya itu. Jeno menarik kaki Jaemin agar mereka lebih dekat lagi, ia pun menindih ibunya itu.

" Pakai bolpen emang ga kekecilan? padahal punya Jeno lebih gede. "

Tangan Jeno membelai paha Jaemin dengan sensual, kemeja berwarna putih itu masih ada disana tetapi celananya entah sudah berada dimana.

" Mau dibantu ga? " tawar Jeno.

" Engga Jen . . " cicit Jaemin, dirinya kini sudah sedikit lemas tetapi juga nyeri karena ia belum keluar.

" Engga? really? kenapa penis mama masih berdiri, huh? "

Jeno mulai memegang penis milik Jaemin itu dan mengocoknya pelan. Tangan Jaemin mencoba menahan tangan Jeno yang bermain di privasinya itu.

" No . . Jenohhh ngh . . stop . . "

Jeno tersenyum remeh mendengar erangan sang ibu. Meminta berhenti tetapi badannya merespon berbeda, seperti menginginkan lebih dari itu.

                                  —

Saya udah kasih CW di deskripsi ya, dan bisa baca ini setelah buka nanti. Gantung dulu aja, update kalau udah ga writer block haha.

Mother - Nomin | END. [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang