BAB 1: Lelaki Pilihan Sahna

3.6K 454 7
                                    

Sebelum pernikahan itu terjadi, Sahna memiliki pilihannya sendiri. Seperti perempuan pada umumnya, Sahna memiliki seorang yang disukai di kampusnya. Laki-laki itu bernama Halil Pradiptani. Laki-laki itu satu kelas dengan Sahna. Mereka berdua ke mana-mana berdua, bercerita, saling bertukar pikiran, lalu keduanya jatuh cinta.

Pernikahan Sahna adalah penyebab perpisahan keduanya. Sahna terpaksa meninggalkan Halil demi menikah dengan Saga. Meskipun itu adalah keinginan kedua orang tua angkatnya, tetap saja, Sahna melukai hati Halil.

Kini, hubungan Sahna dan Halil bak dua orang yang tak pernah saling mengenal. Halil menjauhinya, tak ingin berjumpa dengannya. Bahkan, ketika hari pernikahan tiba, Halil tidak datang dan selama dua minggu tidak masuk kelas.

"Halil masih menjauhimu, Sah?" tanya Augi, teman sekelas Sahna dan Halil. Keduanya baru saja keluar dari mata kuliah Sumber Daya Manusia. Dilihatnya Halil keluar kelas tanpa menyapa siapapun, termasuk Sahna. Padahal, sebelumnya Halil laki-laki yang ramah dan sopan, hampir teman sekelasnya menyukai Halil karena hal itu.

Sahna mendesah dengan keras. Dia tak perlu menjelaskan apa-apa kepada Augi, sebab itu sudah jelas. Sahna bersalah telah menyakiti hati Halil. Tapi, dia terpaksa melakukannya, bahkan Sahna belum bisa menerima suaminya dengan sepenuh hati.

Dia belum mau disentuh.

Sekarang, Sahna sadar bahwa bukan hanya Halil yang disakitinya, tetapi juga suaminya.

"Ke kantin, yuk!" ajak Sahna. Dia tersenyum lebar, memamerkan giginya yang putih dan rapi. Senyuman Sahna manis dan matanya meneduhkan. Siapapun yang melihat Sahna, mereka akan tahu bahwa Sahna perempuan yang lemah lembut.

Augi mengangguk. Mereka berdua berjalan beriringan menuju kantin kampus.

***

Di kantin, Halil memesan satu porsi nasi pecel dengan tambahan nasi. Dia membawa nasi pesanannya dan juga teh hangat ke bangku memanjang yang ada di tengah kantin. Siang itu, kantin cukup rapat. Mahasiswa dan mahasiswi yang baru saja menyelesaikan kelas memadatinya. Halil merasa beruntung masih ada tempat tersisa.

Halil melahap makan siangnya dengan terburu-buru, setelah ini dia harus mengurus sesuatu di kantor sekretariat. Halil merupakan anggota BEM divisi komunikasi dan informasi. Halil mengurus publikasi untuk acara-acara yang diadakan BEM dan dia ketua divisi itu. Selain tugas kuliah yang menumpuk, Halil bersyukur masih menjadi anggota BEM. Itu artinya, dia teramat sibuk.

Dengan begitu, Halil bisa melupakan Sahna dengan cepat.

Ah, Sahna.

Perempuan berbibir tipis itu telah membuat Halil mabuk kepayang. Keputusannya untuk menikah dan meninggalkan Halil, membuat Halil terpuruk. Dia sakit hati dan rasanya ingin mati saja. Kalau saja dia tak memiliki seorang ibu yang membesarkannya seorang diri, mungkin Halil ingin berhenti saja berkuliah dan tak harus tersiksa melihat Sahna setiap hari.

Kepedihan yang dirasakan Halil bukan lantaran karena Sahna perempuan yang cantik, tetapi dia merasa menemukan orang yang cocok dengan dirinya. Sahna memiliki kehidupan yang memilukan. Kedua orang tuanya meninggal dan dia diasuh oleh paman dan bibinya. Sedangkan, Halil dia harus kehilangan ayahnya ketika lulus SMP. Keduanya bertemu dengan luka masing-masing, kemudian saling menyembuhkan.

Kalau saja Sagara tidak hadir dalam kehidupan keduanya, hubungan mereka akan baik-baik saja.

Terkadang, Halil mengutuk diri sendiri karena tak segera melamar Sahna. Sehingga, dia harus kehilangan gadis itu. Tapi, pekerjaannya sebagai tukang reparasi laptop bukanlah pekerjaan yang bisa dibanggakan dan dijadikan penghasilan utama untuk membiayai kehidupan Sahna.

Jodoh Untuk SahnaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang