BAB 2: Perasaan Yang Tak Biasa

1.9K 377 15
                                    

Saga memiliki sebuah biro desain interior. Dia sudah menekuni biro tersebut sejak lulus kuliah, merintisnya dari nol. Saga begitu tekun menggapai keinginannya, sehingga dia tak memikirkan mengenai pernikahan. Barulah ketika kedua orang tuanya menyinggung mengenai pernikahan, Saga mulai memikirkannya.

"Mengenai calon, Saga nurut sama bapak dan ibu. Siapa saja. Yang terbaik menurut bapak dan ibu." Begitu yang dikatakan Saga. Karena terlalu sibuk dengan biro desain yang dibuatnya, Saga tak memiliki pandangan apa pun mengenai calon istri. Maka, dia menyerahkan sepenuhnya pada kedua orang tuanya.

Namun, siapa sangka ternyata yang dijodohkan orang tuanya kepada Saga adalah Sahna.

Saga pernah bertemu dengan Sahna ketika dia berusia lima belas tahun. Saat itu, Sahna baru berusia tujuh tahun. Mereka sempat bermain seharian, kemudian Saga pergi. Setelah itu, mereka belum pernah bertemu lagi. Dan, kedatangan kedua Saga adalah mengenai perjodohan mereka.

Terus terang, Saga tak menyangka, Sahna yang dulu dikatainya bocah ingusan dan dekil berubah secantik itu. Dia terpesona dengan penampilan Sahna yang ayu dan senyumnya yang santun. Tentu saja, ketika Saga ditanya mengenai Sahna sepulang dari pertemuan itu, Saga mengatakan dia menyukai Sahna dan mau dijodohkan dengannya.

Maka, setelah kedua belah pihak setuju, pernikahan itu terjadi. Sayangnya, Saga tak menyangka, ternyata Sahna tak menyukainya. Bahkan, perempuan itu belum mau disentuhnya. Awalnya, Sahna beralasan dia ingin menyelesaikan kuliahnya terlebih dahulu, dia tak ingin hamil. Tapi, lama kelamaan Saga sadar. Sahna belum menerimanya.

Jelas, Saga kecewa dengan kenyataan itu. Bahkan, dia sempat ingin mengajukan gugatan cerai kepada Sahna seminggu setelah pernikahan mereka. Tapi, ketika mereka tidur satu ranjang, Saga melihat wajah Sahna. Wajah itu begitu tenang dan membuat Saga merasa nyaman. Dia juga ingat mengenai latar belakang kehidupan Sahna. Kemudian dia mengerti, kalau pernikahan yang dilakukan Sahna karena dia tak bisa menolak.

Saga memilih untuk bersabar dan menunggu.

Tapi, ketika dia menjemput Sahna sore itu, Saga mengerti kenapa Sahna tak bisa menerimanya. Perempuan itu memiliki tambatan hati lain.

***

Saga selalu menyempatkan untuk mengantar dan menjemput Sahna, sesibuk apa pun dia.

Seperti biasa, Sahna mengirim pesan kepada Saga. Istrinya itu berkata sudah selesai dari mata kuliah terakhir. Saga segera mengatur laptopnya menjadi sleep, mengambil kunci mobil, kemudian meluncur ke kampus Sahna.

Saga bersiul pelan sembari mengendarai mobil. Sesampainya di kampus Sahna, dia segera mencari istrinya itu. Lalu, Saga menghentikan mobilnya di tepi jalan, dia melihat istrinya berdiri di tepi jalan. Tidak. Sahna tak hanya berdiri. Dia berbincang dengan laki-laki yang sedang berjongkok di sisi motornya.

Saga terus memperhatikan mereka berdua. Bagaimana Sahna berinteraksi, lalu ketika lelaki itu pergi. Sahna tak mengalihkan pandangannya sama sekali, sampai lelaki itu menghilang dari pandangannya. Saga merasa ada hubungan khusus antara mereka berdua.

Saga kembali menyalakan mobilnya, menjalankannya dengan pelan, kemudian menghampiri istrinya. Sahna segera membuka pintu mobil dan duduk di kursi penumpang sebelah Saga.

"Sudah lama nunggu?" tanya Saga.

"Enggak, kok, Mas. Aku baru saja berdiri di sini."

"Oh."

Saga menjalankan mobilnya perlahan. Lalu, ketika sudah meninggalkan kawasan kampus, Saga kembali berbicara. "Itu tadi temanmu?" dia bertanya dengan tenang, tanpa melihat ke arah Sahna. Pandangannya fokus ke arah jalan raya.

Jodoh Untuk SahnaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang