BAB 54:
Apakah ini karma untuk Sahna?
Pertanyaan itu muncul begitu dia membuka matanya. Di sampingnya, Saga tertidur dengan kepala menempel pada sisi ranjang. Sahna mengedarkan pandangan ke sekeliling. Dia menyadari bahwa sedang di rumah sakit ketika melihat selang infus menjalar ke tangannya. Dia mengingat kembali apa yang terjadi sebelum ini. Dia melihat Saga bersama Ayana di hotel.
Sahna memejamkan matanya, air matanya turun. Lalu, apa yang akan dia lakukan sekarang? Sahna merasa lega Saga baik-baik saja, tetapi di satu sisi dia sakit hati melihat Ayana di sana.
Apakah ini karma untuknya?
Pertanyaan itu muncul kembali. Apakah semua ini karma karena Sahna memperlakukan Saga dengan buruk? Dia tidak mencintai Saga seutuhnya dan bersikap ketus ketika awal pernikahan. Dia menyakiti Saga berkali-kali dengan perasaannya pada Halil. Kini, mungkin Saga membalas itu semua dengan bertemu dengan Ayana di hotel.
Apa Saga benar-benar berselingkuh dengan Ayana?
Sahna meneteskan air matanya kembali. Dia ingin pergi dari rumah sakit dan kembali ke rumah kedua orang tuanya. Orang tua angkatnya. Dia bimbang, apakah dia diam-diam pulang tanpa memberitahu Saga? Toh, kalaupun Saga terbangun, mereka akan bertengkar.
Namun, Sahna tidak melakukan apa-apa. Dia hanya diam di atas ranjang dengan perasaan kacau, dia juga sadar bahwa dia nyaris tidak bisa menggerakkan tubuhnya. Dia yakin tidak akan bisa kabur terlalu jauh.
Mungkin Saga menyadari pergerakan yang dilakukan oleh Sahna. Lelaki itu mengangkat tubuhnya, lalu mengucek matanya perlahan. Rambut Saga berantakan, kedua matanya menyipit, dan pipinya tercetak bekas seprai. Lelaki itu segera berdiri ketika menyadari Sahna sudah siuman.
"Kamu nggak apa-apa?" tanya Saga dengan cemas. Dia membelai kepala Sahna penuh perhatian. Lalu, Saga menyentuh tangan Sahna dengan erat. "Kata dokter, kamu butuh istirahat. Kamu lupa makan?"
Sahna sama sekali tidak menjawab. Dia hanya diam. Dia sendiri tidak tahu harus berkata apa pada Saga. Lalu, Saga mencium keningnya perlahan dan cukup lama.
"Mas kaget kamu di sini," katanya. "Maafkan, Mas."
Sahna masih diam. Dia memalingkan wajahnya, air matanya menetes perlahan. Saga menyadari hal itu. Dia juga sadar apa yang membuat Sahna menangis. Dia baru saja ingin membahas mengenai kejadian beberapa jam lalu, seorang perawat datang. Dia mengecek infus milik Sahna dan berkata Sahna sudah bisa pulang. Maka, Saga belum membahas mengenai Ayana yang ada di Jakarta.
"Kita ke hotel, ya," ucap Saga, pada Sahna. Dia menuntun Sahna keluar rumah sakit.
"Bisa pulang ke Semarang saja?" Sahna membuka suara. Suaranya begitu lemah dan bergetar.
"Iya, nanti siang, ya. Nanti mas cek tiketnya dulu," ucap Saga. Lalu, Sahna diam. Dia menuruti perkataan Saga. Keduanya naik taksi menuju hotel. Begitu sampai hotel, Sahna merebahkan diri ke atas ranjang.
Pikiran Sahna berkecamuk. Apa ranjang yang ditidurinya sekarang juga ditiduri oleh Ayana? Apa yang suaminya lakukan bersama Ayana di kamar hotel ini? Air mata Sahna kembali jatuh. Dia terisak ketika Saga berada di kamar mandi.
Sahna memaksakan tubuhnya untuk bangun, dia mencari-cari ponselnya. Perempuan itu mengecek nakas, lalu membuka tas Saga. Di sana ponselnya tergeletak dalam keadaan mati. Sahna segera menghidupkannya, namun tidak bisa. Dia mencari-cari charger untuk mengisi daya ponselnya. Namun, dia tidak menemukannya. Bahkan, Sahna tidak menemukan ranselnya.
Lalu, Sahna melihat tas ranselnya itu berada di sudut ruangan, dia hendak berjalan ke sana, tetapi pintu kamar mandi terbuka.
"Belum tidur?" tanya Saga. Suaminya itu mengenakan kaus dan celana panjang, rambutnya basah dan berantakan. Saga menghampiri Sahna, menekuk lututnya, menghadap istrinya itu. "Mas sudah cek tiket. Besok kita pulang jam sembilan pagi. Kamu istirahat dulu, ya." Saga berbicara dengan lembut, dia membelai rambut Sahna perlahan.
"Mas tahu, banyak hal yang ingin kamu katakan dan ingin tahu. Tapi, kondisimu masih kurang baik. Bisa kita bicara besok saja? Hmm?"
Air mata Sahna turun dengan deras. Dia kembali terisak. Saga memeluknya dengan erat, lelaki itu kembali mencium kening Sahna, lalu turun ke bibirnya. Sahna tidak melawan. Dia tidak marah pada Saga, dia hanya .... kecewa.
Justru, perasaan kecewa itu membuat Sahna takut. Dia takut tidak akan bisa mempercayai Saga lagi.
Mungkin, selamanya Sahna tidak akan bisa percaya lagi dengan suaminya.
***
Jam dua belas siang, Sahna dan Saga sudah berada di Semarang. Keduanya dalam perjalanan menuju rumah. Sahna masih tutup mulut, Saga bertanya seperlunya. Suasana canggung sangat terasa di antara mereka.
Begitu sampai rumah, Sahna mengeluarkan pakaiannya dari dalam tas. Dia juga membuka koper Saga dan mengeluarkan pakaian kotor dari sana.
"Biar Mas saja," ucap Saga. Dia menyentuh lengan Sahna. "Kamu istirahat saja. Biar Mas yang nyuci pakaiannya," katanya. Sahna menarik tangannya dari cengkeraman Saga. Dia tidak mendengarkan permintaan Saga. Sahna membawa pakaian kotor itu dari ruang tengah ke tempat mesin cuci.
Sahna memasukkan pakaian kotor satu persatu ke dalam mesin cuci. Dadanya terasa diremas dan perutnya terasa penuh. Dia berdebar, apa yang akan ditemukannya dari pakaian Saga yang ada di tangannya ini. Dia menelan ludah.
Apa yang harus dilakukannya? Bagaimana kalau benar Saga berselingkuh dengan Ayana? Apa Sahna meminta Saga menceraikannya saja? Atau, Saga sudah berencana untuk berpisah dengannya?
Lagi-lagi, air mata Sahna turun. Dia kembali terisak. Dia sama sekali tidak menyangka akan terus menerus menangis seperti ini, bahkan Saga belum mengatakan apa-apa kepadanya.
Pikiran-pikiran buruk itu terus menghantuinya hingga membuat Sahna muak. Bagaimana bisa Ayana berada di sana? Kenapa Ayana keluar dari bilik lift bersama Saga?
Sahna menelan ludah.
Sialan, batin Sahna.
Semestinya, Sahna tidak berbaik hati pada Ayana. Seharusnya, Sahna tidak mengizinkan Saga membantu perempuan itu. Biar saja perempuan itu terkapar penuh darah di tangan kakak tirinya. Pikiran Sahna memburuk. Dia mengutuk Ayana berkali-kali, berkata dalam hati bahwa perempuan itu merusak pernikahannya.
Tidak.
Sahna kembali menyangkal. Bukan Ayana yang menyebabkan Saga berselingkuh, tetapi dirinya. Mungkin, Saga berbuat begitu karena Sahna tidak memberikan seluruh hatinya pada Saga. Dia kembali mengingat bagaimana Sahna bersikap buruk pada Saga. Semestinya, sejak awal Sahna tidak memperlakukan Saga seperti itu meskipun dia tidak mencintai Saga.
Tubuh Sahna melorot. Dia mendekap kedua lututnya dengan tangis yang hebat. Tak lama kemudian, Saga muncul dan memeluk Sahna dari belakang.
"Mas minta maaf," kata Saga. "Mas minta maaf," katanya lagi. Air mata Saga ikut turun, dia hanya berkata minta maaf berkali-kali. Hal itu justru membuat Sahna semakin sedih.
Apa yang terjadi di antara mereka? Kenapa Saga terus menerus minta maaf?
Apa memang Saga sudah tidur dengan Ayana?
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Jodoh Untuk Sahna
General FictionPernikahan itu tidak pernah diinginkan oleh Sahna. Dia masih terlalu muda untuk menikah. Sahna masih ingin kuliah dan bekerja untuk dirinya sendiri. Tapi, Sahna tidak bisa menolak keinginan kedua orang tua angkatnya. Mereka begitu baik padanya, mere...