BAB 50: Tidak Ada yang Berubah

590 97 10
                                    


Di ruang kerja, Saga menarik napas dalam-dalam lalu mengeluarkannya. Dia melepaskan beberapa kancing atas kemejanya, lalu melemparkan pantatnya ke kursi. Lelaki itu menyetel pendingin ruangan di ukuran rendah. Hari ini cuaca Semarang sedang tinggi. Nyaris setengah hari Saga berada di luar, bertemu dengan Ayana dan ibunya. Membawa mereka ke kantor polisi dan mengurus hal lainnya. Nyatanya, melakukan hal ini sangat menguras tenaga.

Sedikit lagi ...

Masalah ini akan selesai sedikit lagi ...

Saga bersyukur hal ini akan segera berakhir. Pada akhirnya, Saga menyerahkan urusan Ayana ke yayasan khusus. Namun, tetap saja Saga membantu Ayana untuk mengurusnya. Lelaki itu berharap setelah ini hidup Ayana lebih baik lagi.

Saga berdiri dari kursi, lalu berjalan ke arah sofa yang ada di sisi ruangan. Dia merebahkan tubuhnya, kemudian memejamkan mata sebentar. Hari ini dia harus keluar kantor lagi untuk menemui klien membahas mengenai desain interior yang diinginkan klien.

Namun, belum lama Saga memejamkan mata, ponselnya berdering. Tidak lama. Itu berarti sebuah pesan masuk. Saga memaksakan tubuh untuk bangun, lalu mengecek ponselnya. Pesan dari Ayana.

Pak Saga, terima kasih untuk hari ini.

Saga membaca pesan itu dengan dahi berkerut. Kepalanya masih terasa pusing karena panas matahari tadi. Lelaki itu tidak membalas pesan itu. Dia meletakkan kembali ponselnya ke atas meja dan dia kembali duduk di kursi belakang meja. Saga mencari kontak istrinya. Dia mengetik pesan di sana

Sudah makan?

Setelah mengirim pesan tersebut, Saga mengembalikan ponselnya ke atas meja. Dia melirik jam yang ada di dinding. Pukul satu siang. Dia ingat, dia belum makan siang. Saga menyeringai. Bisa-bisanya bertanya pada Sahna mengenai waktu makan perempuan itu tapi dia sendiri belum makan siang.

Sudah, Mas. Mas Saga sudah makan?

Saga menerima pesan dari Sahna. Dia mengetik balasan untuk istrinya itu. Awalnya, Saga ingin berkata dengan jujur. Tapi, dia mengurungkannya. Maka, Saga berbohong pada Sahna bahwa dia sudah makan. Pesan itu terkirim dan Saga mendapatkan balasan dari Sahna.

Apa semua baik-baik saja?

Lelaki itu tahu bahwa yang dimaksud Sahna adalah urusannya membantu Ayana. Sahna pasti paham bahwa Saga kelelahan dalam membantu bawahannya itu. Tapi, ego lelakinya terlalu kuat. Dia tidak mau Sahna tahu bahwa dia tidak baik-baik saja.

Semua berjalan dengan baik.

Semoga.

Saga pun menjelaskan pada Sahna bahwa dia tidak melakukan ini seorang diri. Ada yayasan yang membantu pelaporan Ayana. Saat itu Sahna hanya mengangguk mendengarkan penjelasan Saga. Perempuan itu tidak banyak berkomentar.

"Menurut kamu apa yang kulakukan sudah benar?" tanya Saga waktu itu. Sejenak, dia ragu mengenai keputusannya.

"Mas Saga mengambil keputusan itu nggak sendirian," Sahna menjawab setelah diam beberapa saat. "Sahna juga ikut andil. Mas Saga tahu, kan, kenapa Sahna setuju?"

"Karena kamu takut aku menyesal?"

Sahna mengangguk. "Nanti, kalau ada apa-apa dengan Ayana, Sahna takut Mas Saga menyesal. Dari dasar pemikiran itulah Sahna menyetujuinya."

Sejak awal, Saga tahu, dia tidak salah memilih. Bukan sekadar paras Sahna yang membuatnya tertarik, pun karena hati perempuan itu. Sejak awal, Sahna tidak mencintai Saga, tetapi istrinya itu berusaha keras untuk tidak menunjukkan hal itu. Kini, semua berjalan lebih mudah. Sahna sudah miliknya. Utuh.

Jodoh Untuk SahnaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang