BAB 44:

651 96 6
                                    


Pesan itu dibaca oleh Sahna. Malam itu, Sahna terbangun karena ingin ke kamar kecil. Dia melihat ponsel Saga yang berada di atas nakas menyala. Perempuan itu menyentuh ponsel itu dan membukanya.

Pesan itu datang dari Ayana.

Pak Saga, tolong saya.

Sahna melupakan tujuan utamanya untuk ke kamar kecil. Perempuan itu duduk di tepi ranjang dengan punggung sedikit membungkuk. Cahaya dari layar ponsel Saga berpendar ke wajahnya. Perempuan itu menyipitkan mata karena cahaya itu, tetapi hatinya terasa gelap.

Dia menurunkan tangannya ke atas paha. Sahna berpikir sejenak. Kenapa Ayana mengirim pesan pada Saga seperti itu? Seakan-akan, suaminya itu akan mengerti hanya dengan baris-baris kata itu. Di sana tidak ada penjelasan apa pun. Sahna mengangkat kembali ponsel Saga. Dia melihat percakapan Ayana di ponsel Saga. Banyak pesan yang tidak terbalas dan beberapa berisi mengenai pekerjaan. Tidak ada satu pun pesan yang menjelaskan mengenai pesan terakhir yang dikirim oleh Ayana pada Saga.

Setelah diam beberapa saat, Sahna menekan sedikit lama baris pesan terakhir dari Ayana. Lalu, muncul beberapa menu pilihan. Sahna menekan ikon tong sampah. Dia pikir, dengan begitu tidak akan terjadi apa-apa antara Sahna dan Saga. Saga pun tidak akan pernah tahu bahwa Ayana mengirim pesan. Dan Ayana tahu bahwa Saga tidak membalas pesannya.

Sahna meletakan kembali ponsel Saga ke atas nakas, kemudian dia keluar kamar dan ke kamar kecil. Dada Sahna bergemuruh. Dia menyalakan keran air, kemudian berdiam diri. Dia berharap keputusannya itu tepat. Sahna tidak perlu bertanya apa-apa mengenai pesan itu pada Saga karena pesan itu tidak pernah ada.

Di sisa malam itu, Sahna tidak bisa tidur. Maka, dia bangun lebih pagi daripada biasanya. Perempuan itu mengerjakan pekerjaan rumah. Dia mencuci baju, menyapu serta mengepel rumah, barulah dia berjalan kaki ke tukang sayur terdekat untuk berbelanja.

Selama melakukan pekerjaan itu, pikiran Sahna ke mana-mana. Dia penasaran dengan isi pesan yang dikirim oleh Ayana mengenai permintaan perempuan itu. Apa yang dialami oleh Ayana? Kenapa dia meminta pertolongan pada Saga?

Sahna menelan ludah. Bagaimana kalau memang Ayana memerlukan bantuan?

Saat ini, Sahna masih berjalan pulang dari belanja sayur. Dia mempercepat langkah kakinya ke arah rumah. Begitu sampai rumah, dia membuka pintu, lalu meletakkan sayur dan lauk mentah ke atas meja di dapur. Dia segera ke kamar, kemudian menggerakkan tubuh Saga perlahan.

"Mas Saga, sudah pagi," ucap Ayana. Namun, bukan itu tujuan Sahan membangunkan Saga. Ada hal lain yang harus dikatakan Sahna pada suaminya itu. "Mas Saga ..."

Saga menggerakkan tubuhnya. Perlahan, kelopak matanya terbuka, lalu dia tersenyum melihat Sahna di depannya.

"Sudah pagi ..." ulang Sahna.

Saga mengangkat tubuhnya, kemudian duduk dan bersandar. Dia mengulurkan tangan kanannya, kemudian menyentuh telinga kiri Sahna.

"Mas aku minta maaf," kata Sahna.

Saga mengerutkan keningnya. Dia tidak mengerti dengan kalimat yang diucapkan Sahna padanya. Selain karena dia baru saja bangun tidur, pun karena kalimat itu tidak dimengerti oleh Saga.

"Ada apa? Kenapa pagi-pagi sudah minta maaf?"

Perempuan itu terlihat gelisah. Lalu, Sahna mendesah dan berkata dengan pelan, "Aku membaca pesan dan ponsel Mas Saga, lalu menghapusnya."

Kini, kerutan di dahi Saga semakin dalam. Dia belum mengerti benar. Selama ini, Sahna tidak pernah memeriksa ponselnya, apalagi sampai membaca pesan di sana dan menghapusnya. Tapi, kenapa?

Jodoh Untuk SahnaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang