BAB 15: Ciuman Singkat

1.3K 264 17
                                    

Begitu sampai di rumah, Sahna mendapatkan telepon dari Saga. Suaminya itu berkata akan segera sampai rumah dan meminta Sahna untuk tak perlu masak. Saga sudah membeli makan malam untuk mereka berdua. Sahna menarik napas lega, dengan begitu, dia bisa lebih santai.

Akhirnya, Sahna memilih membersihkan diri. Dia mandi, keramas, kemudian mengeringkan rambutnya dengan hairdryer. Sahna memilih mengenakan gaun lengan panjang selutut berwarna putih. Lalu, dia membalurkan pewangi ke beberapa bagian tubuhnya. Setelah selesai, Sahna tersenyum. Dia merasa lebih bahagia dengan menghidu aroma harum tubuhnya.

Tak lama, terdengar mobil Saga berhenti di depan rumah. Sahna segera berjalan ke arah pintu, membukanya. Saga berdiri di depannya dengan mengangkat kantong plastik berwarna putih dengan senyum di wajahnya. Sahna membalas senyum Saga.

"Maaf ya, nggak bisa jemput," kata Saga sambil menyerahkan kantong plastik ke Sahna.

"Nggak apa-apa, Mas," jawab Sahna sambil menerima kantong dari Saga.

"Tadi pulang naik apa?" tanya Saga. Lalu, hidungnya mencium aroma harum dari pergerakan tubuh Sahna. Menghidu aroma itu, membuat Saga menelan ludah. Tanpa disadarinya, dia menatap Sahna lama.

"Naik ojek," jawab Sahna. Dia berjalan ke arah dapur dengan Saga di belakangnya.

Belum sampai Sahna di dapur, Saga sudah menarik lengan Sahna, sehingga perempuan itu kembali menghadap ke arahnya. "Sebentar," ucap Saga.

Sahna menaikkan kedua alisnya. Bibirnya sedikit terbuka karena terkejut.

Saga melihat wajah Sahna, kemudian dia mundur selangkah. Saga melihat dari bawah, sampai atas.

"Ada apa, Mas?" tanya Sahna. Dia jadi salah tingkah diperhatikan Saga seperti itu.

"Aku nggak pernah lihat kamu pakai dress ini," ungkap Saga.

"Oh," sahut Sahna. "Dress lama. Waktu SMA sering kupakai. Sekarang sudah jelek, jadi kupakai di rumah."

Saga mengangguk. "Berarti berat badanmu masih sama, ya," balas Saga.

Sahna mengulum senyumnya.

"Cantik," lirih Saga.

Sahna menggigit bibir bawahnya. Dia merasa malu, sampai-sampai mengalihkan pandangannya.

"Aku siapin makan malamnya dulu, ya," ucap Sahna. "Mas Saga mandi saja dulu."

"Ah, iya. Aku bau."

***

Saga membelikan Sahna dan dirinya nasi goreng babat. Makanan yang mudah untuk didapatkan dan pastinya baik dirinya dan Sahna sama-sama menyukai nasi goreng. Sahna menikmati makan malam itu dengan tenang, walaupun pikirannya ke mana-mana.

Tidak biasanya Saga meminta Sahna untuk pulang sendiri, apalagi di hari Minggu seperti sekarang. Di hari biasa saja, Saga menyempatkan diri untuk menjemput Sahna dan kembali ke kantor. Lalu, apa urusan penting Saga sampai-sampai dia meminta Sahna pulang sendiri.

"Bagaimana kerja kelompoknya?" tanya Saga.

Sahna mengalihkan pandangannya dari nasi goreng ke arah Saga. "Kelompok ini bakalan sama satu semester ini. Jadinya, setiap ada tugas kelompok, aku bakalan pergi dengan orang-orang yang sama," jelas Sahna. Dia sendiri tidak tahu alasan apa yang membuatnya bercerita sedikit panjang. "Tadi berjalan lancar dan lusa waktunya presentasi."

Saga mengangguk. "Semoga lancar."

"Terima kasih, Mas."

Sahna menelan nasi gorengnya dengan berat. Dia mengambil air putih dan meminumnya. "Tadi, Mas Saga ada urusan apa?" tanyanya. Detik berikutnya, Sahna menyesali pertanyaan itu. Namun, rasa penasarannya membuatnya terganggu.

Jodoh Untuk SahnaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang