BAB 53: Lesap

585 71 8
                                    


Pagi itu, Sahna belum melihat Augi.

Sejak kejadian semalam, Sahna mencoba mengirim pesan kepada Augi, tetapi sahabatnya itu tidak membalas. Bahkan, pesan Sahna belum dibaca olehnya. Awalnya, Sahna ingin menghubungi Augi, tetapi dia mengurungkannya. Ada perasaan yang mengganggu hatinya. Perasaan itu muncul karena kalimat Augi menancap dalam benaknya.

Benarkah dia masih menaruh perasaan pada Halil?

Kelas pagi pun dimulai, lima menit sebelum dosen masuk, Augi muncul di kelas. Sahna mengangkat satu tangannya, berniat memanggil Augi dan memintanya duduk di kursi yang sudah disediakan olehnya. Namun, Augi sama sekali tidak melihat ke arah Sahna dan langsung duduk di meja lain, jauh darinya.

Sahna mendesah. Dia bertanya-tanya, apa salahnya hingga Augi harus bersikap seperti itu. Bukan hanya itu, Sahna merasa kecewa dengan sikap sahabatnya itu.

Di sisi lain, Halil melihat ke arah Sahna dan Augi secara bergantian, lelaki itu merasakan ada sesuatu di antara mereka berdua.

Begitu kelas selesai, Sahna membereskan barang-barangnya. Lalu, dia beranjak dari kursi dengan tergesa, sebab dia melihat Augi pun cepat-cepat keluar kelas. Sahna pun mengejar Augi dan menyamai langkah kaki perempuan itu.

"Au!" panggil Sahna. "Bisa bicara?" tanya Sahna, begitu dia berada di sisi Augi.

"Aku masih ada urusan," kata Augi. Dia hendak berjalan, tetapi Sahna mencegahnya.

"Urusan apa?"

"Nanti kita bicara," sahut Augi.

"Kapan?"

"Nanti, Sah, kalau aku sudah lebih baik."

Sahna melepaskan tangannya, lalu dia berkata, "Janji, ya."

Augi mengangguk, lalu pergi meninggalkan Sahna.

Setelah kepergian Augi, Halil muncul di sebelahnya. "Kalian kenapa? Ada masalah?"

Sahna menggeleng. "Nggak ada."

"Masa?"

"Ya," sahut Sahna. "Aku duluan, ya."

Belum lama Sahna berjalan, Halil sudah berdiri lagi di sebelahnya. Menyamai langkah kaki Sahna. Laki-laki itu tidak banyak bicara, dia hanya memperhatikan raut wajah Sahna yang murung.

"Kamu boleh cerita, loh," kata Halil, setelah diam beberapa saat. "Kalian ada masalah apa?"

"Lil," ucap Sahna. Dia menghentikan langkah kakinya, lalu menghadap Halil. "Bisa nggak, aku selesein sendiri masalah kami?" katanya. "Tolong."

Halil mengangkat kedua tangannya. Itu tandanya, dia tidak akan ikut campur lagi. "Sah," panggil Halil. "Kamu tahu, kan, aku selalu ada untuk kalian?"

"Ya," sahut Sahna. "Untuk kali ini, biarkan kami urus masalah kami sendiri. Oke?"

Halil mengangguk. Lalu, dia meninggalkan Sahna.

***

Pikiran Sahna penuh dengan pertengkarannya dengan Augi. Sampai-sampai, dia tidak menyadari bahwa suaminya belum memberinya kabar sama sekali.

Semalam, Saga tidak menghubunginya seperti yang dijanjikan lelaki itu. Pagi tadi, Sahna mengirim pesan dan pesan itu hanya terbaca, tanpa berbalas. Sahna hanya membiarkan hal itu terjadi. Dia berpikir, mungkin Saga sedang sibuk, sehingga tidak sempat membalas pesannya. Apalagi saat ini dia sedang ada pekerjaan di luar kota.

Sepulang dari kampus, Sahna menghubungi Saga lagi. Namun, kali ini nomor ponsel suaminya itu tidak aktif. Dada Sahna dilanda kecemasan. Dia segera mengirim pesan pada Saga, berharap lelaki itu segera menghubunginya. Dia berpikir mungkin baterai ponsel Saga habis.

Jodoh Untuk SahnaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang