BAB 51: Perasaan Ambigu

573 97 4
                                    

Sahna mengenakan pakaiannya. Dia melihat Saga sudah tertidur dengan pulas di sebelahnya. Lelaki itu masih setengah telanjang setelah melakukan hubungan dengannya. Sahna menurunkan kedua kakinya, keluar kamar dan membersihkan diri di kamar mandi.

Akhir-akhir ini perasaan Sahna sedikit lega karena masalah Ayana sudah selesai. Dia bisa beristirahat sejenak untuk tidak cemas mengenai Saga. Akan tetapi, dia sedikit menyesali keputusannya ketika Saga meminta pendapatnya mengenai status kerja Ayana di kantor Saga.

Dipikir berkali-kali pun, Sahna tidak memiliki hak untuk menentukan nasib Ayana di kantor Saga. Saga satu-satunya orang yang bisa memutuskan itu. Sayangnya, Saga seperti lelaki pada umumnya, dia tidak mengerti dengan keinginan Sahna apabila perempuan itu tidak memintanya.

Sahna mendesah. Dia mengeringkan tubuhnya dengan handuk, berganti pakaian, dan keluar.

Begitu selesai, Sahna membuat teh hangat dan membawanya ke meja makan. Dia menangkupkan kedua tangannya ke cangkir dan kehangatan meresap ke seluruh tubuh. Sahna memikirkan hal lain, perasaannya kacau dan tidak jelas.

Dia menyadari bahwa sahabatnya itu memiliki perasaan pada Halil. Lucunya, Sahna merasa terganggu dengan hal itu.

Perasaan Sahna campur aduk. Dia tidak bisa membedakan mana perasaan yang sebenarnya dan mana yang tidak. Kenyataannya, dia tidak menyukai Ayana yang menyukai Saga. Dia pun tidak menyukai kenyataan bahwa Augi memiliki perasaan pada Halil.

Sahna mengangkat cangkirnya, menyesap air keruh itu secara perlahan. Lalu, ketika dia memenangkan diri itu, Saga keluar dari kamar dengan celana pendek dan kaus lecek.

"Kenapa nggak tidur lagi, Sah?" tanya Saga.

"Mas Saga, kok, bangun?" balas Sahna. Saga berjalan ke arahnya, lalu menarik kursi di sisi Sahna.

"Mau Sahna buatkan teh?"

"Nggak perlu," kata Saga. "Ini saja." Dia mengambil teh milik Sahna dan meminumnya. Lelaki itu tersenyum lebar, "Kamu habis mandi?"

Sahna mengangguk.

"Buru-buru banget?" Saga tersenyum jahil. Rambut lelaki itu kusut masai, kedua matanya menyipit dan pipinya ada bekas lipatan. "Kalau mas ingin lagi bagaimana?"

Kedua pipi Sahna memerah. Dia tersenyum kecil.

Saga tersenyum, dia mendekatkan wajahnya ke arah Sahna dan mengecup bibir istrinya itu. "Lagi mikirin apa?" tanyanya, setelah ciuman singkat itu.

Sahna menggeleng. "Nggak ada, Mas."

"Yakin?"

Sahna mengangguk.

***

Setelah memarkirkan motornya, Augi berjalan keluar dari tempat parkir.

Saat ini pukul enam pagi, tidak banyak mahasiswa yang datang sepagi ini, kecuali memang ada kelas. Perempuan itu berjalan perlahan sambil mengecek ponselnya. Lalu, di sebelahnya ada seseorang.

"Lagi baca apa, sih?" tanya Halil. Augi menghentikan langkah dan menatap ke arah Halil.

"Bikin kaget, tahu!"

Halil cengengesan.

"Sahna belum datang, ya?" tanya Halil.

Augi mendesah. Lalu, dia berjalan cepat. Tiba-tiba saja, perasaannya menjadi kesal. Di belakang, Halil berlari kecil untuk menyamai langkah kaki Augi.

"Kenapa, sih, Au?" tanya Halil. Lalu, Augi berhenti.

"Kamu masih belum bisa melupakan Sahna? Sesusah itu, ya?" tanya Augi. Dia merasa kesal karena setiap kali mereka bertemu, Halil akan menanyakan mengenai Sahna. Augi merasa kasihan pada Halil. "Dia mencintai suaminya, Lil. Kamu tahu itu."

Jodoh Untuk SahnaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang