BAB 37: Ayana dan Sagara

1K 141 24
                                    


Tak ada yang tahu bagaimana Ayana mulai mencintai Sagara. Dia karyawan yang Saga recruit ketika biro desain Saga berjalan satu tahun. Saga adalah orang pertama yang memperkenalkan diri pada Ayana. Di saat Ayana begitu lelah. Di saat Ayana butuh bantuan. Di saat Ayana sangat kesepian.

Ayana baru saja lulus SMA. Dia tidak bisa kuliah dan memilih untuk melamar pekerjaan. Dia berpikir, mungkin setelah bekerja dia bisa kuliah seperti teman yang lainnya. Ayana mengirim lamaran pekerjaan ke berbagai perusahaan yang sesuai dengan pendidikan dan kemampuan yang dimilikinya. Ayana seorang perempuan muda yang cukup menarik. Tubuhnya langsing, tinggi, memiliki wajah kecil, tirus dan kedua mata yang bulat sempurna. Kulitnya pun bersih dan berwarna sawo matang.

Nilai-nilai yang didapatkan Ayana di sekolah tempatnya belajar cukup memuaskan. Namun, semua yang dimilikinya itu tidak membantu Ayana mendapatkan pekerjaan. Setiap kali mengikuti tes, Ayana selalu gugur. Dia tidak tahu kenapa dan mengapa dia mengalami itu. Mungkin memang faktor keberuntungan Ayana yang buruk atau memang karena lulusan SMA tidak memberikannya keberuntungan.

Perempuan muda itu frustrasi. Dia menganggur hampir setahun setelah lulus SMA.

Hari itu adalah hari kesekian Ayana melamar kerja dan ditolak. Hari itu, kebetulan Saga sedang makan bakso di warung kaki lima. Kebetulan, hari itu warung bakso ramai, tidak seperti biasanya. Kursi-kursi penuh oleh pengunjung dan Saga duduk di depan Ayana.

Ketika Saga baru menerima baksonya, Ayana meneteskan air mata. Perempuan itu tidak segan-segan menangis di tempat umum dan di depan Saga. Lelaki itu memperhatikan Ayana dengan rasa penasaran.

"Kamu nggak apa-apa?" tanya Saga. Dia lelaki asing yang bertanya pada perempuan muda asing. Perasaan iba itu muncul begitu saja. Sangat Saga. Dan memang, begitulah Saga.

Ayana menengadah. Dia seperti baru menyadari keberadaan Saga di depannya. Lalu, Ayana buru-buru menghapus air matanya. Dia tersenyum canggung. Seakan-akan, itu adalah permintaan maaf karena membuat Saga terganggu dengan tangisan tanpa suara yang dilakukannya.

"Ada yang bisa aku bantu?" tanya Saga.

Ayana terlihat bingung. Dia berpikir, memangnya apa yang bisa dibantu oleh seseorang yang baru ditemui oleh Ayana? Maka, Ayana menggeleng.

Saga mengangguk. Dia memasukkan sambal, saus, dan kecap ke mangkok baksonya. Lalu, dia berkata, "Kali saja butuh pekerjaan, saya punya informasi lowongan pekerjaan," kata Saga.

Ayana melihat ke arah Saga. Dia berpikir, kenapa Saga bisa tahu mengenai apa yang Ayana inginkan?

"Kenapa kamu ..."

Saga tersenyum. Dia menaikkan alisnya dan mengarahkan dagunya ke atas meja. Di depan Ayana ada amplop cokelat dengan tulisan lamaran pekerjaan. Memang, saat itu Ayana mengenakan pakaian yang rapi, terlihat polos, sehingga terlihat jelas perempuan muda itu mencari pekerjaan.

Saga menghentikan kegiatan makan baksonya. Dia merogoh tas ranselnya, mengambil dompet, lalu mengeluarkan kartu nama. Dia mengangsurkan kartu nama ke arah Ayana.

"Datanglah besok jam sepuluh pagi," kata Saga. "Kalau berminat bekerja di tempat saya."

Ayana mengambil kartu nama Saga. Dia membaca nama lelaki itu ada di sana dengan penjelasan posisinya di biro desain itu. Ayana menarik sudut-sudut bibirnya. Dia meneteskan air mata lagi.

"Terima kasih, Pak Saga."

"Kamu belum saya terima, kok, sudah terima kasih?" goda Saga.

Ayana tersenyum. "Ini saja sudah cukup."

Hari itu, bagi Ayana, bertemu seseorang seperti Saga saja sudah cukup baginya. Bukan mengenai pekerjaan yang didapatkannya yang membuat Ayana bersyukur, melainkan pertemuannya dengan Sagara.

Esoknya, Ayana ke tempat Saga dan dia bekerja di sana. Cinta itu tumbuh perlahan, seperti air mengalir melalui tenggorokan.

***

Saga baik pada semua karyawannya. Terutama pada Ayana. Meskipun di kantornya ada beberapa karyawan perempuan dan seringkali bekerja sama dengan desain interior perempuan dari luar kantor, Ayana orang yang diperhatikan oleh Saga.

Terkadang, Saga mengajak Ayana keluar, berkata ada urusan pekerjaan. Namun, nyatanya dia hanya mengajak perempuan itu makan siang. Di lain waktu, Saga membelikan Ayana setelan baju untuk ke kantor tanpa alasan. Hal-hal itu, membuat Ayana semakin menyukai Saga dan berpikir Saga memiliki perasaan kepadanya.

Ayana selalu tersenyum ketika melihat Saga, begitu juga sebaliknya. Saga pun selalu membantu Ayana ketika Ayana butuh sesuatu. Namun, tiba-tiba saja, Ayana mendengar Saga akan menikah.

Saat itu, Saga tidak hadir ke kantor. Mereka bilang, Saga memiliki urusan pribadi. Salah satu rekan kerja Ayana bercerita bahwa Saga sedang melamar seorang perempuan. Mendengar itu, Ayana terkejut. Bagaimana mungkin Saga melamar perempuan lain, padahal dia begitu baik padanya? Maka, ketika Saga masuk kantor, Ayana menemuinya.

"Pak Saga akan menikah?" tanya Ayana, ketika Saga duduk di balik meja kerjanya.

Sejenak, Saga tidak mengerti. Lalu, dia tersenyum, "Tersebar begitu cepat, ya." Pipinya bersemu merah. Dia tidak menyangka rekan kerjanya sudah tahu. "Ya, seperti yang kamu dengar." Saga berkata dengan mata berbinar. Lelaki itu tidak menyadari luka yang ada di mata Ayana.

Bibir Ayana bergetar. Dia tidak mengerti dengan kebaikan Saga selama ini. Jadi, dia salah mengartikan itu semua?

Ayana menutup matanya, lalu membukanya lagi. "Kenapa tiba-tiba, Pak?" tanya Ayana. Dia berusaha menenangkan dirinya. Ayana mengatur napasnya.

"Baru lamaran, kok. Nikahnya paling dua tiga bulan lagi," jawab Saga tenang. "Kenapa?"

Ayana menggeleng. Dia menggigit bibir bawahnya. Dalam benak Ayana, banyak hal yang ingin ditanyakannya. Diperjelasnya. Namun, dia memilih bungkam. Dia berjanji untuk memendam perasaannya itu, selamanya. Sebab, Saga akan menikah. Dia tidak akan punya kesempatan lagi.

Hari itu, Ayana izin pulang cepat. Dia pergi jalan-jalan ke mal, menghabiskan gajinya tanpa peduli apa pun. Dia menghibur dirinya sendiri. Lalu, ketika pulang dia menangis sejadi-jadinya.

Ayana berpikir memang dia tidak pantas untuk Saga. Namun, ketika dia bertemu dengan Sahna. Dia menyadari sesuatu. Perempuan itu tidak mencintai Saga. Dari bagaimana dia menatap Saga, senyum yang dipaksakan. Ayana tahu, Sahna tidak mencintai Saga.

Dari raut wajah Saga pun terlihat jelas bahwa pernikahannya tidak bahagia, maka Ayana merasa dia masih memiliki kesempatan untuk mendapatkan Saga kembali. Dia merasa pantas berdiri di sisi Saga daripada Sahna, sebab dia yang mencintai Saga dan rela melakukan apa saja untuk bisa bersama Saga.

Semenjak Saga menikah, Ayana sudah tidak pernah meminta bantuan laki-laki itu. Tapi, ketika tahu pernikahan Saga tidak baik-baik saja, Ayana mulai mengganggu kehidupan Saga lagi. Dia mencoba menjerat laki-laki itu. Bagi Ayana, Saga adalah laki-laki biasa. Dia pasti tergoda dengan Ayana, cukup membuat Saga kerepotan dengan keberadaan Ayana, maka pelan-pelan lelaki itu akan bisa dipeluknya.

Maka, Ayana memanfaatkan kesedihan yang dialaminya di saat pernikahan Saga tidak baik-baik saja.

***

Jodoh Untuk SahnaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang