BAB 14: Seseorang Bernama Halil

1.1K 222 12
                                    


Pada akhirnya, kerja kelompok itu dimulai pukul sebelas siang. Sahna sibuk dengan laptopnya karena dia kebagian untuk membuat laporan kerja kelompok. Sesekali, dia bertanya pada temannya mengenai hal-hal tertentu. Siang itu terasa hening. Udara berembus perlahan membelai rambut Sahna.

Di saat Sahna fokus pada layar laptopnya, Halil berkata, "Kita mau makan siang apa?"

Sahna mengangkat wajah, melihat ke arah Halil, begitu juga dengan anggota kelompok yang lain.

Tentu, kantin kampus ketika hari sabtu dan minggu tutup meskipun pada dua hari itu masih banyak mahasiswa yang datang ke kampus. Entah untuk mengerjakan tugas, bertemu dengan teman, atau kegiatan organisasi.

"Mau cari keluar atau go food saja?" sahut Yonas.

"Kalau keluar mau ke mana?" tanya Meyta. Gadis itu menggelung rambutnya sampai ke atas, memamerkan lehernya yang jenjang dan bersih. Meyta merenggangkan tubuhnya berkali-kali dan itu membuat Yonas mengangkat kedua alisnya. "Apa lihat-lihat?" tanyanya dengan nada tinggi.

"Geer!"

Mendengar itu, Meyta mencebik.

"Sahna mau makan di mana?" tanya Halil pada Sahna. Dilihatnya, sejak tadi Sahna sibuk dengan pekerjaannya, sampai-sampai tidak menghiraukan percakapan mereka mengenai makan siang.

"Di mana saja boleh," sahut Sahna.

"Mau go food saja, nggak? Malas keluar, nih. Biar pekerjaan cepat selesai. Gimana?" usul Dahlia.

"Itu saja," sahut Sahna.

"Baiklah," ucap Halil.

Setelah perdebatan singkat mengenai makan siang itu, sebuah pesan masuk ke ponsel Sahna.

Sahna memeriksa pesan tersebut. Pesan itu dari Saga. Suaminya itu berkata tidak bisa menjemputnya karena masih ada urusan dengan temannya.

Tanpa pikir panjang, Sahna membalas pesan tersebut. Tentu, Sahna membalas nggak apa-apa. Meskipun begitu, Sahna merasa aneh saja. Tidak biasanya Saga tidak menjemput Sahna. Bahkan, di saat kerja pun, Saga menyempatkan diri untuk menjemput Sahna.

Namun, pikiran itu segera hilang dan menganggap Saga memang ada urusan penting dengan temannya itu.

***

Pukul dua siang lebih tiga puluh menit, kerja kelompok itu selesai. Kini, mereka tinggal menyelesaikan bahan presentasi untuk hari Selasa besok. Halil memutuskan untuk menyudahi kerja kelompok dan akan memeriksa bahan presentasi besok senin.

Sahna menutup semua jendela yang terbuka di layar laptopnya, kemudian menekan menekan tombol shutdown. Lalu, dia memasukkan benda tersebut ke ransel beserta buku catatannya.

"Aku duluan, Gais," ucap Dahlia sambil meraih tas bahunya. Dia melambaikan tangan dengan ceria, kemudian berlari ke arah jalan. Di sana sudah ada seorang lelaki dengan motor sport yang menunggunya.

"Kamu pulang sama siapa, Mey?" tanya Yonas.

"Pulang sendiri. Kenapa?" tanya Meyta.

"Mau bareng?" tawar Yonas. Dia memasukkan laptopnya ke ransel.

Meyta mendesah. "Boleh?"

Yonas tersenyum, "Boleh, dong."

"Oke."

"Kita duluan, ya," pamit Yonas. Meyta mengikuti Yonas sambil melambaikan tangan ke arah Halil dan Sahna.

Setelah kepergian kedua temannya itu, Sahna ikut berdiri. "Aku juga duluan, ya, Lil."

Jodoh Untuk SahnaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang