BAB 17: Percakapan Di Antara Dua Mangkuk Bakso

1.2K 218 7
                                    


Selama kelas berlangsung, Sahna memikirkan mengenai permintaan Halil untuk berbicara nanti siang. Dia menerka-nerka apa yang akan dibicarakan laki-laki itu. Selama ini, setelah Sahna menikah, perbincangan keduanya hanya seputar mata kuliah. Tidak lebih.

Namun, ketika pagi tadi Halil berkata urusan pribadi, mendadak membuat dada Sahna berdebar. Dia mengutuk dirinya sendiri, kenapa harus berdebar untuk hal-hal yang berurusan dengan Halil.

Di sampingnya, Augi sibuk mencatat mata kuliah hari ini. Sahna sendiri melakukan hal yang sama, tapi pikirannya tidak fokus. Lalu, dia mengecek ponselnya. Ada sebuah pesan dari Saga.

Lagi apa?

Sahna menyunggingkan senyum. Kenapa suaminya itu harus bertanya apa yang dilakukan Sahna sekarang, padahal dia tahu Sahna sedang berada di kampus. Hubungan mereka seakan-akan berpacaran, padahal keduanya adalah suami istri.

Lagi ada kelas

Begitu Sahna membalas Saga. Lalu, pikiran Sahna beralih pada kejadian semalam. Bagaimana dia tiba-tiba berinisiatif mencium Saga. Sejak awal, Sahna berusaha menjaga jarak dengan suaminya itu. Seakan-akan dia ingin menghukum Saga kenapa harus menikahinya. Tapi, semalam perasaan Sahna berbeda. Ada sesuatu yang membuatnya merasa Saga akan menjauh darinya, maka hatinya mendorong untuk mencium Saga.

Oke. Lanjutkan.

Saga membalas pesan Sahna. Kemudian, Sahna membalas lagi dengan emotikon senyum. Baru saja Sahna memasukan ponselnya ke dalam tas, Bu Rahma mengakhiri kelasnya. Mahasiswa menjawab salam Bu Rahma, begitu pun Sahna. Mendadak, kelas menjadi riuh dengan pergerakan kursi, gesekan tas dan buku, bisikan mahasiswa dan seruan anak laki-laki. Sahna sendiri membereskan bukunya, memasukkan ke dalam tas.

Lalu, Halil muncul di depan Sahna dengan rambutnya yang berantakan, kaus berwarna putih yang dibalut kemeja kotak-kotak merah hitam, tas ransel tersampir di bahu kiri.

"Yuk," ucapnya.

Sahna terkejut. Dia tidak menyangka Halil akan muncul di hadapannya, mengajaknya secara gamblang. Sejak Sahna berpisah, Halil cenderung menghindarinya. Tapi, lihatlah sekarang.

"Eh, kalian mau ke mana?" sahut Augi, penasaran.

"Rahasia," sahut Halil. Rahasia. Sebuah kata yang sering dilontarkan Halil ketika dia masih dekat dengan Sahna dan jawaban atas pertanyaan Augi.

Dejavu.

"Yuk," ulang Halil.

"Sekarang?"

"Iya," jawab Halil. "Kenapa? Kamu pikir aku bakalan ajak bertemu secara diam-diam?"

Kedua mata Sahna membulat. "Bukan begitu," sahutnya. Dia hanya merasa tidak nyaman.

Dia merasa bersalah pada Saga.

***

Kalian ke mana?

Begitu pesan yang masuk dalam aplikasi perpesanan milik Sahna. Pesan itu dikirim oleh Augi, yang dibaca Sahna sepuluh menit kemudian, tetapi tidak dibalasnya. Dibalas sekarang pun tidak ada gunanya karena dia sendiri pun tidak tahu, apa yang akan dibicarakan Halil padanya.

Halil membawa Sahna ke kantin. Duduk di meja tengah, beberapa teman mereka melihat sekilas, kemudian tak acuh. Sahna hanya tersenyum sebentar, kemudian kembali melihat ke arah Halil.

"Mau bicara soal apa?" tanyanya.

"Pesan makan dulu, ya," ucap Halil.

"Tapi ..." kalimat Sahna terpotong karena Halil sudah bergerak ke arah salah satu stand yang ada di kantin. Dia kembali membawa buku menu.

Jodoh Untuk SahnaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang