AGAPE (14): Make You Calm

439 15 1
                                    

Pantry itu mendadak hening. Baik Eva maupun Dion sama-sama terdiam dalam pikiran mereka.

"Apa maksudmu?" tanya Dion memecah keheningan tempat itu.

"A-aku tidak sengaja meninggalkan tabletku di sini. Dan sekarang ... hilang," jawab Eva lirih. Gadis itu cukup panik dengan hilangnya tablet miliknya. Apalagi tablet itu penuh dengan data-data pekerjaannya.

Dion mengusap mulutnya kasar. "Itu bisa dipikirkan nanti. Lebih baik sekarang kita lapor ke Tuan Benedict."

Gadis itu mengangguk lemah. Sekarang Eva merasa dirinya sangat bodoh. Bagaimana mungkin ia meninggalkan tablet itu begitu saja? Seluruh pekerjaannya ada di sana dan banyak data penting De Alger Airlines yang sangat penting baginya.

Astaga, Tuhan, saat ini ia ingin tablet itu bisa kembali padanya. Dan ia harap Benedict tidak marah padanya.

Eva dan Dion masuk ke ruangan CEO itu. Melihat raut wajah panik dari Eva membuat Benedict mengangkat satu alisnya heran.

"Kenapa kalian kusut seperti itu?" tanyanya pada dua asistennya.

Eva berusaha menjelaskannya, tapi semua kata-kata seakan tersangkut di pangkal tenggorokannya.

"Evangeline, Dionysius, katakan padaku apa yang terjadi?" Benedict mulai merendahkan suaranya. Intonasi yang biasa ia keluarkan saat rapat.

Melihat Eva yang masih saja terdiam membuat Dion sedikit gemas. Pada akhirnya, pria bermata abu itu yang berbicara menggantikan Eva. "Nona Evangeline tidak sengaja menghilangkan tablet yang berisi pekerjaannya."

"Apa?" Benedict cukup terkejut dengan fakta itu. Ia kini berganti menatap Eva. "Kau menghilangkan tablet itu?"

"A-aku tidak sengaja. Aku menaruh tablet itu di pantry dan meninggalkannya. Namun, saat aku kembali, itu sudah menghilang." Eva menundukan kepalanya menyesal. Rasa takut mendadak melingkupi hatinya. Ia tak mau memancing emosi pria itu sekali lagi.

Benedict menarik napas dalam sebelum menghembuskannya. "Kenapa kau bisa meninggalkannya di sana, Evangeline? Apa kau tidak berpikir jauh ke depan?"

"Maafkan aku .... Aku sudah sangat ceroboh."

Benedict tidak tahu lagi apa yang harus ia katakan. Sebenarnya mudah saja ia membeli semua tablet itu lagi. Namun, sepertinya ia lebih kecewa dengan tingkah ceroboh Eva. Apalagi dalam tablet itu banyak sekali data penting. Jika data itu jatuh ke orang yang salah, mereka bisa saja memanfaatkannya untuk hal buruk.

Dia tidak bisa membuat hal itu terjadi.

"Kita cek ruangan CCTV sekarang," katanya kemudian berdiri dari kursinya. Benedict dan dua orang lainnya segera pergi untuk mengecek CCTV bagian pantry. Namun, ketika mereka bertanya ....

"Apa? CCTV pantry rusak?" tanya Benedict dengan raut wajah tak percaya.

Para penjaga itu menundukan kepalanya dalam. "M-maaf, Sir. CCTV bagian pantry dan beberapa tempat lainnya sudah lama rusak. Kami sempat mengajukan dana untuk penggantian CCTV itu tapi sampai saat ini kami tidak pernah mendapat dana pengganti."

"Dionysius, kenapa aku tidak pernah mendengar hal ini?" Benedict kini gantian menatap tajam asistennya itu.

"Sir, tolong tenang sejenak. Saya sudah mengatasi ini beberapa bulan yang lalu. Saya juga sudah memberikan dananya untuk mereka," jelas pria itu.

Benedict memijat keningnya pelan. Apa maksudnya itu? Jadi di kantornya ini ada praktik korupsi? Sialan! Bagaimana mungkin dia tidak menyadari itu?!

"Dion, batalkan semua pertemuan hari ini. Aku punya hal yang lebih penting untuk di urus," perintahnya sebelum keluar dari tempat itu.

AGAPETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang