PRANG.
Matthew membanting vas bunga yang ada di mejanya. "Apa-apaan anak itu?!" teriak Matthew keras. Kepalanya mendadak berdenyut.
Pagi tadi Dean memberitahukan kabar yang begitu mengejutkan baginya. Berita mengenai Benedict yang menyerahkan diri karena mengaku telah membunuh Victoria. Matthew benar-benar pusing saat menerima kabar tersebut. Sudah pasti ini akan langsung menghancurkan keluarga mereka.
Dan benar saja. Tak butuh waktu lama sampai kabar itu tersiar ke seluruh negeri. Semua orang menghubungi Matthew, meminta kejelasan pasti. Kejelasan atas pembunuhan yang dilakukan oleh Benedict terhadap Victoria.
Matthew tidak menggubris panggilan itu. Yang ada di pikirannya sekarang adalah kenyataan bahwa Benedict mengakui kejahatan yang justru dia lakukan. Anak itu ... apa ini yang dia rencanakan?
"Sir, Tuan Muda baru akan diperiksa. Masih ada waktu untuk kita memperbaiki ini semua," ujar Dean menenangkan bos besarnya itu.
"Lakukan, Dean," perintah Matthew tegas. "Lakukan apa pun yang harus kau lakukan untuk menghentikan anak itu."
"Saya sudah memeriksa beberapa hal. Jaksa yang akan mengambil kasus ini adalah kenalan kita. Mungkin saja kita bisa membuatnya menutup mulut."
Matthew tak menjawab. Pikiran pria itu amat kalut dengan kenyataan yang ada di hadapannya. Tentang alasan Benedict melakukan tindakan konyol ini semua.
Mulai dari merekrut pegawai yang tidak jelas, membeli sebuah perusahaan tiba-tiba, dan ... tunggu! Ini semua ada kaitannya dengan wanita itu, kan? Apa jangan-jangan ini juga rencana wanita itu untuk menghancurkan De Alger Airlines?
Sial! Itu pasti ulahnya! Wanita itu yang menghasut Benedict untuk melakukan hal konyol seperti ini.
"Dean, kita ke tempat Benedict sekarang juga."
...
"Benedict Alger, CEO De Alger Airlines, menyerahkan diri semalam atas pembunuhan yang ia lakukan terhadap ibu kandungnya sendiri, Victoria Rachel Alger, enam belas tahun yang lalu. Belum diketahui motif Benedict melakukan tindakan itu. Namun yang diduga, pria itu memiliki masalah dengan kepribadiannya.
Polisi masih menginterogasinya atas apa yang telah ia lakukan. Berdasarkan keterangan sementara, Benedict melakukan ini atas kesadarannya sendiri dan bahkan pria itu juga tak memberikan perlawanan sama sekali.
Saat ini saya berada di depan kantor Chicago Police Department ....
Eva menatap layar televisi dengan amat fokus. Gadis itu benar-benar gelisah saat mengetahui berita tentang Benedict. Berkali-kali ia berusaha menghubungi pria itu, namun tak ada balasan.
Mansion itu juga ikutan sepi saat hari Benedict ditangkap. Semua pelayan tidak terlihat sejak Eva bangun tidur. Entah kenapa mereka seakan tahu berita ini akan muncul dan memutuskan untuk meninggalkan mansion lebih dulu.
"Anda seharusnya tidak menonton berita itu, Nona." Dion muncul di depan pintu. Pria itu kemudian berjalan dan mematikan televisi di sana. "Sebaiknya Anda tidak menonton berita sampai kasus ini selesai."
"Dion, apa yang sebenarnya terjadi?" tanya Eva. Gadis itu berdiri, berjalan menghampiri Dion. "Katakan padaku apa maksud ini semua. Benedict yang membunuh ibunya?"
Dion menghela napasnya pelan. Ia sendiri juga tidak tahu bagaimana caranya mengatakan ini semua pada Eva. Rencana balas dendam Benedict memang terdengar tak masuk akal. Meski begitu, ini mungkin cara terbaik yang bisa mereka upayakan.
"Dionysius," panggil Eva lagi. "Katakan padaku, apa–"
"DI MANA WANITA JALANG ITU?!" Suara menggema dari bawah membuat Eva dan Dion terlonjak karena terkejut. Dua orang itu langsung turun ke arah sumber suara. Terlihatlah dua wajah yang begitu familiar bagi mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
AGAPE
General FictionALGERS #1 18+ 𝘼𝙜𝙖𝙥𝙚, 𝙩𝙚𝙣𝙩𝙖𝙣𝙜 𝙘𝙞𝙣𝙩𝙖 𝙮𝙖𝙣𝙜 𝙩𝙖𝙠 𝙢𝙚𝙢𝙚𝙙𝙪𝙡𝙞𝙠𝙖𝙣 𝙙𝙞𝙧𝙞 𝙨𝙚𝙣𝙙𝙞𝙧𝙞. 𝘾𝙞𝙣𝙩𝙖 𝙮𝙖𝙣𝙜 𝙥𝙚𝙣𝙪𝙝 𝙥𝙚𝙣𝙜𝙤𝙧𝙗𝙖𝙣𝙖𝙣 𝙙𝙖𝙣 𝙖𝙠𝙨𝙞 𝙣𝙮𝙖𝙩𝙖. Benedict Ezekiel Alger, tumbuh besar dengan dendam...