AGAPE (28): Maldives and Memories

347 15 2
                                    

Agenda budak cinta yang Benedict lakukan sukses membuat pekerjaan seseorang bertambah dengan begitu hebatnya. Siapa lagi kalau bukan Dion. Pria itu tengah dilingkupi kesibukan demi kesibukan karena Benedict menyerahkan tugasnya pada dirinya.

Belum lagi tetek bengek pembelian perusahaan Agnello Company. Entah bagaimana dirinya bisa setuju perusahaan itu akan dibeli atas nama dirinya. Mungkin saja Dion sedang mabuk saat itu.

"Baik, terima kasih atas waktu Anda," ujar Dion lalu menutup sambungan telepon. Pria bermata abu itu kini merebahkan tubuhnya di kursi kebesaran Benedict.

Ini sungguh melelahkan.

Tapi mau tidak mau Dion harus tetap melakukannya. Itu semua semata-mata karena ia telah berjanji pada Benedict. Janji baginya untuk–

Suara pintu terbuka keras membangunkan Dion dari lamunannya. Terlihat wajah familiar yang selama ini dia hindari. Ah, pasti pria itu telah menemukan sesuatu lagi.

Dean berjalan menghampiri anaknya. Pria paruh baya itu nyaris membanting berkas yang sedari tadi ia pegang. "Jelaskan ini, Dion."

Dion menatap remeh berkas yang ayahnya berikan. Belum melihatnya saja dia sudah tahu, apa isi amplop tersebut. "Apa Dad tidak bisa membacanya? Sepertinya semua sudah tertulis sangat jelas di situ."

Pria paruh baya itu mengusap mulutnya kasar. Ia harus tahan sabar kalau sudah bicara dengan putranya itu. Selalu senang menyulut emosi orang-orang di sekitarnya. "Katakan padaku, kenapa namamu ada di berkas pembelian Agnello Company"

"Heh, ternyata berita itu sudah sampai padamu, ya," seringai Dion. "Yah, kalau seperti itu, nyaris mustahil jika Dad benar-benar tak mengetahui apapun."

Astaga, anak ini sepertinya susah sekali membuka mulutnya. Membujuk Dion untuk membuka mulut sama seperti meminta ikan berjalan. Mustahil.

"Setidaknya katakan saja pada ayahmu ini, Dionysius Lorcan Randolph. Ini bukan tindakan yang remeh kau tahu? Aku ini berusaha keras juga menutupi dari media yang berusaha menyorot. Jika seseorang membocorkannya, negara ini bisa gempar!"

"Yah, itu sih, urusan mereka, Dad," katanya santai. Pria itu kemudian berdiri dengan gestur menantang. "Lagipula, aku sudah meminta bantuan Lucas untuk menutup berita ini. Dad tidak perlu khawa–"

"Apa yang sebenarnya kalian rencanakan, Dionysius?" tanya Dean tajam. "Sejak awal aku memerhatikan gerak gerik kalian dan aku semakin tak mengerti apa yang kalian inginkan."

"Kami hanya ingin mencoba hal baru," jawab Dion sekenanya. "You know what, Dad, pada akhirnya kalian akan tahu apa yang kami perbuat sekarang. Namun, yang terpenting saat ini adalah aku menyelesaikan semua pekerjaan sialan ini sebelum yang lain datang membanjiri."

Dahi Dean berkerut heran. "Memangnya di mana Benedict?"

...

Maldives, Maldives.

Maldives, Maldives

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
AGAPETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang