AGAPE (19): His Mother

337 13 1
                                    

Seorang wanita baru saja turun dari mobil merah temannya. "Terima kasih untuk hari ini, Teman-teman! Aku senang kita bisa menghabiskan waktu bersama."

"Dengan senang hati, Vicky. Mungkin besok kita bisa melakukannya lagi?" tanya Shawn, satu-satunya laki-laki yang ada di sana.

Victoria tertawa pelan. "Sayangnya tidak bisa, Shawn. Aku ingin menghabiskan waktu dengan suami dan anakku. Ben pasti merajuk kalau aku pergi lagi."

"Hah, kau itu memang terlalu mencintai keluargamu!" celetuk salah seorang dari mereka. Serempak Victoria dan teman-temannya kembali tertawa. Masih beberapa waktu mereka mengobrol sebelum akhirnya mobil merah itu meninggalkan kediaman Alger.

Victoria masuk ke dalam rumahnya. Ia sedikit terburu-buru karena takut Benedict belum tidur juga. Victoria kerap kali berbincang bersama Benedict sebelum tidur. Anaknya itu sudah menginjak usia remaja dan masih saja suka bercerita soal kesehariannya.

Wanita berambut cokelat terang itu kemudian bebersih diri sebelum memakai piyamanya. Baru kakinya akan keluar dari walk in closet, seorang pria telah menginterupsinya terlebih dulu.

"Kau baru kembali sekarang, Vicky?" Pria itu bertanya sambil melirik pada arloji yang melingkar di tangannya. "Kau sadar ini sudah larut, kan?"

Victoria memutar matanya dalam hati. "Aku tahu itu, Matthew. Aku sudah bilang padamu kalau akan pulang sedikit terlambat, kan? Kita sudah menyepakati hal ini."

"Tidak selarut ini, Victoria. Kau tahu berapa kali aku mencoba menghubungimu? Kau ini selalu saja–"

"Ponselku mati dan aku lupa membawa power bank milikku," potong Victoria cepat. "Matthew, ini sudah sangat larut dan aku ingin bertemu dengan Ben. Kita bahas ini besok saja."

"Tidak. Kita bahas ini sekarang," titah Matthew tak ingin dibantah. Pria itu mulai menampakan gestur otoriter yang biasa ia lakukan ketika rapat. "Jelaskan padaku, apa yang membuatmu pulang selarut ini."

Tidak ada lagi yang bisa Victoria lakukan selain menuruti apa kata suaminya itu. "Aku ... pergi bersama teman-temanku mengunjungi teater. Itu pertunjukan yang sudah lama ingin kami lihat bersama. Setelah dari sana, kami pun mampir sebentar untuk makan malam sebelum pulang. Itu saja, Matthew."

"Jangan berbohong padaku, Vicky," geram Matthew. "Aku tahu bahwa pria itu datang bersamamu. Kalian pasti melakukan sesuatu, kan?"

Wanita itu tertawa satir. "Aku? Melakukan sesuatu? Apa maksudmu, Matthew? Aku selingkuh dengan Shawn?"

"Bukan aku yang bilang," jawabnya enteng.

Victoria sudah tidak sanggup berkata-kata. Ia benar-benar marah saat Matthew menuduhnya berselingkuh. Hei, dia ini masih sangat mencintai pernikahan ini!

"Jawab aku, Victoria."

"KAU BENAR-BENAR GILA, MATTHEW!"

Sementara itu di sebuah kamar, seorang anak laki-laki tengah duduk di kasurnya sembari membaca buku.

"Kenapa mom belum pulang?" gumamnya pelan. Sudah lama ia menunggu untuk bercerita kepada sang ibu. Hari ini menjadi hari yang cukup menyenangkan bagi Benedict. Ia ingin mengatakan itu semua pada Victoria.

Benedict memang selalu begitu. Ia menceritakan semua yang dia alami hari itu sejak ia masih kecil. Ibunya merupakan teman mengobrol yang sangat asyik. Victoria mau mendengar ocehannya itu hingga berjam-jam tanpa merasa bosan.

Namun, batang hidungnya belum saja terlihat. Padahal, Benedict yakin sekali bahwa mobil teman ibunya sudah pergi dari tadi. Ia juga sempat melihat Victoria yang sudah masuk ke dalam rumahnya.

AGAPETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang