AGAPE (29): Her Father

296 13 0
                                    

Benedict terdiam menatap gadis itu. Otaknya masih berusaha mencerna apa kata Eva. Terutama di bagian ayahnya yang tidak jahat.

"Apa maksudmu, Eva?"

Eva tak langsung menjawab. Gadis itu berusaha menegarkan hatinya sebelum ia mulai bercerita. Kisah lama yang tak seorang pun tahu.

"Benedict, hari ini aku akan menceritakan segalanya ...."

...

Seorang wanita yang usianya sudah di akhir dua puluh-an itu menengok mencari seseorang. Ia punya janji dengan mantan kekasihnya untuk membicarakan sesuatu.

"Hannah!" Pria yang tengah duduk bersama seseorang melambai ke arahnya. Hannah buru-buru menghampiri pria itu.

"Ah, maafkan aku karena aku terlambat, Felix," ujar Hannah sedikit menyesal "Lucy juga akan segera menyusul. Dia masih mencari parkir."

Felix terkekeh pelan. "Tidak masalah, Hannah. Pertemuan kita kali ini juga santai. Ah, sebelumnya aku kenalkan dulu dengan kekasihku."

"Isabelle," ucap seorang wanita cantik sembari mengulurkan tangannya.

Hannah menyambul uluran tangan tersebut. "Aku Hannah. Aku, suamiku, dan Felix berteman sangat dekat sejak kami kecil."

"Aku tahu itu. Felix sering sekali bercerita soal kalian," kata Isabelle berbasa-basi. Mereka bertiga kemudian berbincang bersama sembari menunggu Lucius.

"Hei, hei! Lama tak berjumpa, Felix." Lucius, suami Hannah datang menghampiri mereka. Pria itu beradu tinju dengan Felix. Tatapannya kemudian beralih pada wanita di sebelah Felix. "Ah, senang bertemu dengan Anda, Nona ...."

"Isabelle. Anda bisa memanggil saya Isabelle."

Lucius manggut-manggut seraya tersenyum ramah. "Isabelle. What a beautiful name, Ma'am. I'm Lucius Elrod."

"Thanks, Mr. Elrod. A pleasure to meet you."

Pria berambut pirang itu kemudian memanggil salah seorang pelayan untuk memesan minum baginya dan sang istri. Setelah memesan dua buah minuman, barulah ia kembali menatap Felix dan Isabelle bergantian.

"Ada apa kau tiba-tiba menghubungiku, Felix?"

Felix berdeham pelan. Ia berusaha membersihkan tenggorokannya agar lebih leluasa berbicara. "Maaf aku sudah mengganggu kalian. Namun, aku punya pembicaraan penting yang hanya bisa kukatakan pada kalian."

"Dan itu tentang ...?" Lucius sengaja menggantungkan kalimatnya.

Felix dan wanitanya saling bertatapan. Ketika Isabelle mengangguk, Felix akhirnya mengutarakan isi pikirannya. "Kami berencana untuk menikah."

Baik Lucius maupun Hannah amat terkejut mendengar pernyataan Felix saat itu. Menikah? Sudah berapa lama mereka bertemu sampai-sampai mereka yakin untuk melaju ke jenjang pernikahan?

Namun, Lucius ini seorang pastor. Ia tidak bisa mengedepankan perasaan pribadinya di saat seperti ini.

"Apa yang membuat kalian yakin untuk menikah?" tanya Lucius akhirnya.

"Kami yakin karena Felix dan aku telah berbagi banyak hal selama beberapa bulan ini," jawab Isabelle. Tangannya masih terus menggenggam Felix seakan tak ingin lepas sedetik pun. "Sejak awal aku bertemu Felix, dia yang mengajarkanku banyak hal. Aku semakin yakin untuk menikah dengannya karena aku yakin, Tuhan memang ingin kami membangun rumah tangga bersama."

Hannah masih terdiam mencerna semua kalimat itu. Ia masih tak menyangka jika Felix benar-benar akan menikah dengan seorang wanita yang baru ia temui. Hannah sebenarnya merasa senang, namun ....

AGAPETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang