13. SAHABAT KOPLAK PART B

1.6K 179 8
                                    

Di dalam kantin, Renma memesan semangkok soto, sepiring nasi putih, dan segelas es teh. Sementara Vino dan Rion memesan semangkok bakso dan segelas es jeruk. Ketiganya duduk dalam satu meja.

"Lo kemana aja, Ren? Gue samperin ke rumah lo, tapi nggak ada," keluh Vino.

"Ceritanya panjang, Vin. Gue diusir dari rumah gara-gara tawuran," jelas Renma, lalu menyedot sedikit es tehnya.

"Ha? Diusir?" Vino dan Rion serempak terpental kaget.

"Iya. Gue sempat kelaparan dua hari. Gila, nggak?"

Vino tergelak puas. "Renma kelaparan?"

"Terus, kenapa Bos nggak bisa dihubungi?" tanya Rion penasaran.

"HP gue rusak kemasukan air. Dompet gue dicopet. Jadi lengkap sudah penderitaan gue," jawab Renma, lalu meniup kuah sotonya yang masih panas.

"Terus, lo sekarang tinggal di mana? Udah balik di rumah lo?" tanya Vino setelah berhasil menghentikan tawanya.

"Gue sekarang tinggal di rumah orang tua kandung gue," jawab Renma santai.

"Orang tua kandung? Maksudnya? Pak Richard sama Bu Liliana?" Dahi Vino berkerut keheranan.

"Bukan mereka." Renma menggeleng. "Kalau mereka mah cuma orang tua angkat."

Renma pun menjelaskan kronologi yang terjadi padanya dengan cukup detail. Tentu saja penjelasan Renma membuat kedua sahabatnya melongo tak percaya. Mereka menilai cerita hidup Renma benar-benar tak masuk akal.

"Lo nggak bercanda, kan?" tanya Vino memastikan.

"Ngapain gue bercanda?" Renma kembali menyedot es tehnya.

"Terus, sekarang di mana kembaran Bos?" tanya Rion antusias.

Rion terlihat begitu tertarik mendengarkan cerita kehidupan Renma. Barang kali bisa diam-diam ia jadikan novel untuk diupload di aplikasi berbayar seperti KBM. Lumayan! Uang yang ia dapatkan dari menulis novel bisa ia gunakan untuk membeli kuota internet dan beberapa keperluan lainnya.

"Lo tahu anak SMA Albayan yang mirip banget sama gue? Ya! Dia itu ternyata kembaran gue," jawab Renma, lalu mulai memakan sotonya.

"Ha?" Lagi, Vino dan Rion terpental kaget.

"Nggak usah kaget kayak gitu!" Renma mendorong kepala Vino, beralih mendorong kepala Rion. "Lebay!"

Vino dan Rion kemudian saling melirik satu sama lain, melontarkan kode mata yang mengisyaratkan bahwa mereka mempunyai rencana untuk berkunjung ke tempat tinggal baru Renma. Tapi mereka tahu jika Renma sudah jelas tidak akan mengizinkan mereka untuk berkunjung, mengingat Renma sendiri baru saja pindah ke rumah tersebut dan masih canggung.

Sepulang sekolah, Vino dan Rion mengendap-endap mengikuti Renma dari kejauhan. Tak jauh dari sekolah mereka, Renma memarkir motornya di sebuah rumah mewah bergaya modern minimalis bercat putih, tak kalah mewah bila dibandingkan rumah Renma sebelumnya. Membuat Vino dan Rion hanya bisa geleng-geleng kepala.

"Anjir! Rumah baru Renma gede banget!" ujar Vino seraya berdecak kagum.

"Waaah Bos Renma beruntung banget. Orang tua angkatnya tajir melintir. Orang tua kandungnya pun juga tajir melintir. Sepertinya Bos Renma benar-benar anak sultan sejati. Orang Korea bilang, Bos Renma terlahir dengan sendok emas di mulut. Pasti di kehidupan sebelumnya, Bos Renma pernah menyelamatkan Negara." Rion beropini. Sepertinya remaja itu terlalu sering menonton drama Korea bersama Mamanya.

Pelukan BundaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang