34. ULANG TAHUN BUNDA

1K 126 50
                                    

"Hasan gue mau pinjam-" Kalimat Renma terhenti ketika ia melihat Hasan dan Ana sedang sibuk membungkus kado di dalam kamar.

"Eh Renma. Kamu mau pinjam apa?" tanya Hasan.

"Gue mau pinjam buku soal tes seleksi SMA Albayan," jawab Renma saat memasuki kamar. Sesekali ia melirik Ana yang sibuk menggunting menulis ucapan selamat ulang tahun.

Hasan berdiri dari lantai, mengambil sebuah buku dari atas meja, lalu memberikannya pada Renma.

"Kalian lagi ngapain? Siapa yang ulang tahun?" tanya Renma keheranan. Ia kemudian ikut duduk di lantai bersama Ana.

"Bunda," jawab Ana yang masih fokus menulis.

"Ha?" Renma terpental kaget. "Kenapa kalian nggak bilang-bilang ke gue?"

"Tenang aja. Ulang tahun Bunda masih minggu depan kok," timpal Ana santai.

"Kita cuma bungkusin kado sekarang soalnya takut nanti lupa. Bentar lagi ujian kenaikan kelas soalnya," terang Hasan yang ikut duduk di lantai bersama Ana dan Renma.

Renma tercenung, memikirkan kado apa yang akan ia berikan pada Sang Bunda. Selain tak tahu apa yang akan ia berikan pada Sang Bunda, ia juga tak mempunyai uang karena sudah ia belanjakan bensin dan makanan di sekolahnya. Sisa uang yang ia miliki kadang-kadang ia gunakan untuk menraktir Ibrah dan Layala ice cream di minimarket yang tak jauh dari rumahnya. Bahkan ia tak mempunyai uang untuk merokok.

"Kalian kasih Bunda kado apa?" Renma mengambil kotak kado milik Ana, mengocoknya ke atas dan ke bawah, mencoba menebak apa yang Ana masukkan ke dalam sana.

"Eh jangan dikocok! Nanti isi di dalamnya jadi nggak rapi!" tegur Ana sambil memukul bahu Renma. Ia merebut kembali kotak kado miliknya.

"Ya isinya apa dong? Gue penasaran nih!" tuntut Renma.

"Isinya gamis rancanganku sendiri. Aku ingin Bunda kelihatan cantik," timpal Ana yang kembali fokus menulis ucapan selamat ulang tahun.

"Kalau punya lo isinya apa, San?" Renma menunjuk sebuah kotak dengan bungkus hijau toska.

"Punyaku isinya sandal," kata Hasan merendah.

"Sandal Swallow?" Renma terkaget-kaget.

"Nggak mungkinlah Bang Hasan ngasih Bunda sandal Swallow doang!" ujar Ana heboh. "Bang Hasan pasti ngasih hadiah yang mahal. Paling-paling sandal yang Bang Hasan berikan harganya lebih dari satu juta."

Beberapa hari lalu, Hasan sempat mengantar Bundanya pergi ke mall untuk mencari baju yang untuk digunakan foto keluarga nantinya. Bu Inayah berpikir sudah waktunya foto keluarga yang terpanjang di ruang tamu harus diganti dengan yang baru. Oleh karena itu, ia belanja ke mall untuk baju seragam sekeluarga dengan Renma sebagai anggota baru. Namun saat tengah mencari baju, langkah kaki Bu Inayah sempat terhenti di toko sepatu. Dia melihat sebuah sandal cantik berwarna biru muda. Ia pun masuk ke toko itu, melihat banderol sandal tersebut, lalu meletakkannya kembali. Seketika Hasan tahu bahwa Sang Bunda menyukai sandal seharga 3 juta rupiah itu.

"Tunggu! Kalian dapat duit dari mana? Uang saku kalian kan cuma lima puluh ribu per hari. Bagaimana mungkin kalian bisa punya duit segitu banyak? Apa jangan-jangan kalian nggak jajan sebulan?" tanya Renma keheranan, bagaimana cara kedua saudara kembarnya mengatur uang sehingga bisa mengumpulkan sebanyak itu.

"Aku sama Bang Hasan punya channel youtube," jelas Ana.

"Apa channel youtube kalian?" Renma mengeluarkan ponsel dari saku celananya, bersiap melihat konten seperti apa yang dibuat kedua saudara kembarnya.

"Channelku namanya Gemar Mengaji, kalau channel Bang Hasan namanya Mencintai Al-Qur'an. Kita nggak pernah upload muka kita ke youtube. Kita cuma merekam ayat-ayat suci Al-Qur'an, ngedit teks bacaan dan terjemahannya, lalu upload. Nggak hanya itu, kita juga bikin konten mengajar mengaji dari jilid satu," papar Ana.

Kedua alis Renma terangkat ketika ia menyadari bahwa entah sejak kapan sudah mensubscribe channel kedua saudara kembarnya. "Lah? Kok gue udah subscribe? Aaah gue ingat! Awal belajar mengaji sama Bunda, gue juga diam-diam belajar ngaji dari youtube. Nggak gue sangka kalau orang yang buat channel youtube ini adalah saudara kembar gue sendiri."

"Uang yang kita dapatkan dari youtube lumayan banyak lho. Ibarat sekali dayung dua tiga pulau terlampaui. Selain bisa menyebarkan kebaikan dan dapat pahala, kita juga dapat duit," imbuh Ana.

"Waaah nggak gue sangka kalau mereka pekerja keras juga ya. Udah rajin murojaah hafalan Al-Qur'an, rajin belajar, bisa nyari duit sendiri pula!" batin Renma.

"Pasti tabungan kalian banyak banget!" tebak Renma iseng.

"Lumayanlah. Soalnya uang dari youtube selalu kita tabung. Uang dari menang olimpiade juga kita tabung," jelas Ana.

"Oooh jadi uang yang mereka dapatkan dari memenangkan olimpiade ditabung semua? Dan mereka cuma bertahan hidup dengan uang saku yang sedikit itu?" Renma tak habis pikir, mengapa kedua saudara kembarnya sangat gemar menabung.

Kalau diingat lagi, uang yang Renma dapatkan dari memenangkan olimpiade Matematika sudah ia pergunakan untuk menraktir seluruh teman sekelasnya di kantin. Uang itu seketika habis tak bersisa. Renma kini menyesal. Kalau tahu Bundanya akan ulang tahun, ia pasti tidak akan menraktir teman-teman di kelasnya.

Renma keluar dari kamar Hasan, lalu menuju garasi. Ia berniat mencari pekerjaan paruh waktu untuk mendapatkan sejumlah uang. Setelah mengelilingi kota Jakarta selama hampir satu jam, ia tak sengaja melihat sebuah restoran nasi padang yang menawarkan pekerjaan part time. Tanpa pikir panjang, Renma langsung melamar pekerjaan di restoran tersebut. Karena pemilik restoran itu sedang sangat butuh karyawan untuk mencuci piring, akhirnya Renma langsung diterima dengan gaji harian 50 ribu per hari.

Hari itu juga, Renma langsung di antar ke tempat cuci piring dan langsung bekerja karena restoran sedang sangat ramai pengunjung dan semua karyawan terlihat sangat kuwalahan. Belum lima menit Renma berdiri di depan wastafel, piring-piring kotor berdatangan, membuat mulut remaja itu menganga tak percaya.

"Gila! Gue harus nyuci semua piring-piring ini?Dan gajinya cuma 50 ribu sehari?" Mata Renma terbelalak lebar.

Awalnya Renma mulai ragu untuk menyentuh piring-piring kotor itu, melihat sebagian besar masih ada sisa nasi yang menggumpal. Kalau boleh jujur, ia merasa jijik, membandingkan piring-piring kotor di rumahnya yang nyaris tak pernah ada sebutir pun nasi yang tersisa di wastafel cucian. Ya! Kadang-kadang Renma juga membantu Sang Bunda mencuci piring saat Bik Tina sedang sakit dan tidak bisa bekerja.

"Tapi ... gue lagi butuh duit buat beli kado ulang tahun Bunda. Hm ... pokoknya gue harus semangat." Renma mulai meraih piring-piring kotor itu, membuang sisa-sisa nasi ke tempat sampah, lalu mulai mencuci semuanya.

Piring-piringkotor mulai berdatangan lagi saat Renma nyaris selesai mengelap. Ia masih takpercaya bagaimana mungkin mencari uang 50 ribu bisa sesulit ini. Namun mautidak mau, ia harus menguatkan diri untuk mencuci semua piring-piring itu demibisa mendapatkan uang.

😊😊😊😊😊

KOMEN 45++ BESOK UPDATE

Ig = zaimatul.hurriyyah

Jangan lupa love, comment, subscribe, dan follow akun zaimnovelis agar penulis semakin semangat mengetik.

Pelukan BundaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang