29. CEMBURU

1.3K 136 101
                                    

Hari Minggu ini, Renma menghabiskan waktunya untuk mempelajari soal-soal olimpiade bersama Sang Bunda dan kedua saudara kembarnya. Namun saat mereka asyik belajar, tiba-tiba bel pintu rumah mereka berdering.

"Renma, tolong bukakan pintu, Nak!" perintah Bu Inayah.

"Siap, Bunda." Renma langsung beranjak untuk membukakan pintu.

Kedua alis Renma terangkat ketika melihat siapa yang datang. Ada Vino, Rion, Karin yang sudah berdiri di depan pintu rumahnya dengan memasang senyuman lebar-lebar.

"Kalian mau apa ke sini?" tanya Renma ketus, tak mau jam belajarnya diganggu oleh ketiga temannya yang selalu usil.

"Mau ngajak lo main," jawab Vino santai. "Soalnya kita udah lama nggak main bareng. Udah dua Minggu. Masa' belajar mulu sih."

"Iya, Bos. Ayo kita main!" ajak Rion.

Belum sempat Renma menyahuti ajakan teman-temannya, tampak mobil Dinda datang, membuat dahi Renma berkernyit heran, bertanya-tanya ada apakah gerangan yang membuat gadis judes itu datang ke rumahnya di hari Minggu?

"Dinda, ngapain lo ke sini hari Minggu?" tanya Renma setelah Dinda berjalan menuju pintu rumahnya.

"Gue mau ngasih Tante Inayah oleh-oleh melon." Dinda menenteng sebuah melon Jepang dalam box yang harganya mencapai jutaan rupiah.

"Ya elah. Oleh-oleh kok cuma melon, Neng. Paling-paling tiga puluh ribuan," celetuk Rion seenak jidatnya.

Renma dan Karin yang mengerti harga melon tersebut, hanya bisa tergelak.

"Ini bukan melon biasa. Melon ini bernama Shizuoka Crown Musk Melon yang ditanam secara khusus karena hanya ada satu melon yang dipanen pada tiap tanaman. Dan melon jenis ini biasa disajikan ke keluarga Kaisar Jepang," jelas Dinda kesal.

Mata Vino menyipit, menyadari bahwa melon yang Dinda bawa pernah dimakan Sisca Kohl, keponakan salah satu orang terkaya se-Asia. Kalau tidak salah, harga melon tersebut mencapai 5 juta rupiah per buah.

"Eh itu bukannya melon yang dimakan Sisca Kohl ya?" tebak Vino.

"Ha? Berarti mahal dong?" Rion terperanjat kaget.

Dinda memutar malas kedua bola matanya, menyesal karena telah mengeluarkan tenaga untuk menjelaskan identitas melon yang ia bawa. Apa boleh buat? Renma pun mempersilakan semua teman-temannya masuk ke ruang tamu.

"Eh Dinda, Karin, Vino, Rion. Tumben hari Minggu kayak gini main ke sini," sapa Bu Inayah saat memasuki ruang tamu.

Dinda, Karin, Vino, dan Rion bergantian mencium punggung tangan Bu Inayah. Kemudian Dinda memberikan melon yang ia bawa untuk Bu Inayah, mengatakan bahwa melon itu adalah oleh-oleh dari Jepang saat kedua orang tuanya berlibur ke sana.

"Tante, kedatangan kita ke sini mau ngajak Renma main," kata Rion.

"Oh ya?" Kedua alis Bu Inayah terangkat. "Kalau gitu, ajak Hasan dan Ana juga buat main sama kalian. Biar mereka nggak belajar terus."

Renma, Hasan, Ana, Dinda, Vino, Rion, dan Karin pun berjalan bersama-sama menuju lapangan basket yang tak jauh dari rumah. Mereka kemudian membagi tim menjadi dua. Tim pertama beranggotakan Renma, Vino, dan Karin. Sementara tim kedua beranggotakan Hasan, Ana, dan Rion. Karena Dinda tidak bisa bermain basket, dia hanya menjadi penonton di tepi lapangan.

Pelukan BundaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang