27. BELAJAR KERAS PART B

1.2K 133 151
                                    

Langkah kaki Hasan dan Ana tercekat ketika memasuki pintu rumah. Ada banyak orang yang menjawab salam mereka. Sudah bisa mereka ketahui siapakah tiga remaja yang kini terlihat ikut belajar bersama Renma.

"Ukhti Ana. Baru pulang sekolah?" tanya Rion dengan senyum sumringah.

Ana tersenyum kaku, lalu mengangguk. "Iya," jawabnya.

Renma mengambil buku modulnya, lalu memukul pelan kepala Rion agar berhenti menatap saudari kembarnya dengan penuh keinginan. Setelah itu, ia beralih memukul kepala Vino saat mengetahui kalau sahabatnya itu juga menatap Ana dengan penuh keinginan untuk memiliki.

"Renma! Kok kamu gitu?" tegur Bu Inayah.

"Mata mereka lagi travelling, Bun," timpal Renma kesal. Tak mau jika kedua temannya sampai menaruh hati pada saudari kembarnya.

Hasan dan Ana kemudian pamit untuk mandi membersihkan diri. Sementara Renma dan teman-temannya kembali mempelajari soal-soal yang ada di buku modul sampai suara murrotal Al-Qur'an dari masjid terdengar, pertanda suara adzan Maghrib akan segera berkumandang.

"Sudah mau Maghrib nih. Kalian mau ikut sholat berjamaah?" tanya Bu Inayah menawarkan.

"Tiga makhluk ini nggak bisa sholat, Bun." Renma menunjuk satu per satu teman-temannya.

"Bisa kok, Tante. Saya bisa," ujar Karin membela diri, tak mau dinilai buruk oleh wanita yang ia targetkan menjadi mertuanya kelak.

"Waaah sebenarnya gue masih mau di sini karena ingin terus berada di dekat Ukhti Ana. Tapi takutnya entar Ukhti Ana tahu kalau gue nggak bisa sholat, bisa-bisa dia jadi jijik ke gue. Ikut nggak ya? Apa mendingan gue ikut aja sholat berjamaah biar bisa lihat Ukhti Ana lebih lama? Entar kalau lupa gerakan sholat, gue bisa lirik-lirik sedikit. Ya kan?" pikir Rion yang ingin mendapatkan perhatian

"Tentu saja saya bisa, Tante. Saya kan remaja muslim yang taat kepada Tuhan Yang Maha Esa. Tante jangan lihat dari penampilan saya saja," kata Rion yang mencoba menutupi aibnya.

Banyak remaja Jakarta yang sudah lupa dengan kewajiban mereka sebagai seorang muslim. Sejak kecil, orang tua mereka selalu sibuk bekerja, bekerja, dan bekerja. Menyerahkan segala tanggung jawab pendidikan hanya kepada guru. Padahal ada istilah yang mengatakan bahwa Al Ummu Madrasatil Ula yang artinya, ibu adalah madrasah pertama bagi anak-anaknya.

Ya! Harunya orang tua adalah orang yang paling penting dalam mendidik anak-anak mereka sendiri. Tapi kebanyakan orang tua jaman sekarang lebih mementingkan bekerja siang dan malam, membiarkan anak-anaknya bermain ponsel agar tidak mengganggu aktivitas mereka. Alhasil, tercetaklah generasi yang jauh dari ajaran Islam, seolah agama yang mereka anut hanyalah formalitas untuk kartu KTP nantinya.

Bu Inayah mengajak Renma dan yang lainnya menuju tempat wudlu, lalu menunjukkan musholla. Ana dengan sigap meminjamkan mukena pada Karin. Setelah semua siap, Hasan mulai mengumandangkan iqomah, lalu Pak Rahman memulai takbir.

Vino dan Rion diam-diam melirik gerakan Hasan. Sementara Karin juga diam-diam melirik gerakan sholat Ana. Walaupun dengan susah payah, akhirnya mereka bertiga bisa melaksanakan sholat Maghrib dengan sempurna. Tak berhenti sampai di situ, mereka juga diajak ikut berdzikir dan membaca Al-Qur'an. Karena mereka sama sekali tidak bisa membaca satu huruf pun, mereka dibujuk Bu Inayah untuk belajar bersama Renma. Karena mereka bertiga berminat menjadi menantu Bu Inayah, mereka hanya bisa mengangguk patuh.

Pelukan BundaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang