51. RUJUK PART B

146 15 4
                                    

"Mau apa kamu ke sini, hah?" tanya Nyonya Liliana sinis.

"Liliana, aku ...." Tuan Richard berjalan mendekat, menghampiri mantan istrinya yang tadinya sedang duduk santai di ruang tamu sambil menikmati secangkir teh.

"Pergi kamu dari sini!" usir Nyonya Liliana.

"Liliana, aku ... aku cuma mau minta maaf."

"Minta maaf?" Nyonya Liliana terpental kaget. Tak ia sangka jika mantan suaminya tiba-tiba akan datang padanya hanya untuk meminta maaf.

"Apa ... apa kamu mau maafin aku?"

"Jangan harap aku bisa maafin kamu!" bentak Nyonya Liliana.

"Liliana ... tolong maafin aku!" pinta Tuan Richard. "Aku mau kita memulai dari awal lagi."

"Hah? Memulai dari awal lagi? Apa maksud kamu?"

"Aku ingin kita rujuk!"

"Jangan bercanda! Aku sudah hidup tenang bersama Renma! Jadi jangan pernah mencari kita lagi! Ngerti?"

"Renma itu juga anakku! Aku berhak hidup bersama dia!"

"Anak kamu? Kamu nggak ingat saat kamu caci maki dia, tampar dia, dan sering pukulin dia?"

"Kamu juga melakukan hal yang sama ke Renma. Itu artinya, kamu juga nggak berhak mengatakan hal itu padaku, Liliana."

"Tapi aku nggak melakukan hal-hal keji itu sesering kamu!"

"Cukup!" teriak Renma yang entah sejak kapan berdiri di ambang pintu rumah.

Tuan Richard dan Nyonya Liliana menoleh, mata mereka terbelalak ketika melihat Renma berjalan menghampiri mereka. Di satu sisi, Nyonya Liliana kaget karena biasanya Renma pulang malam setelah belajar di rumah Bu Inayah. Sementara itu di sisi lain, Tuan Richard sangat kaget melihat Renma datang dengan berseragam jas almamater salah satu sekolah terelite di Jakarta. Ya! Apalagi kalau bukan Albayan Islamic International School.

"Renma, kenapa kamu sudah pulang?" tanya Nyonya Liliana.

"Aku pulang cuma mau ngambil bukuku yang ketinggalan," jawab Renma.

"Renma, Mama mau kamu masuk ke kamar saja! Mama mau bicara sama orang ini." Nyonya Liliana menunjuk Tuan Richard dengan dagunya.

"Renma, kamu sekolah di Albayan?" tanya Tuan Richard memastikan.

"Renma, masuk ke kamar!" perintah Nyonya Liliana.

"Renma, jawab Papa! Kamu sekolah di Albayan?" Tuan Richard mengulang pertanyaannya.

"Renma, kamu nggak dengar perintah Mama? Masuk kamar!" bentak Nyonya Liliana.

"Cukup! Aku capek! Aku capek dengar Mama Papa bertengkar!" keluh Renma kesal. "Kalau kalian masih mau bertengkar, malam ini aku tidur di rumah orang tua kandungku!"

Renma membalikkan badan, lalu berjalan menuju pintu. Namun Tuan Richard bergegas meraih pergelangan tangan Renma, lalu meminta remaja itu untuk tetap tinggal dan mendengar penjelasannya. Tak tega melihat Papanya yang menurunkan ego untuk meminta maaf, hati Renma pun luluh dan membantu Papanya untuk meluluhkan hati sang Mama.

Pelukan BundaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang