43. FOTO KELUARGA

486 43 100
                                    

200++ KOMENTAR LANGSUNG UPDATE

🥰🥰🥰🥰

Dresscode batik dengan motif dan warna yang seragam kini selesai dijahit sesuai ukuran. Setelah selesai dicuci dan diseterika, keesokan harinya Bu Inayah mengagendakan seluruh anggota keluarganya untuk ikut dengannya ke studio pemotretan.

"Bun, kemeja ini kayaknya nggak cocok kalau aku pakai deh," keluh Renma saat menuruni tangga.

Bu Inayah menoleh, matanya melebar takjub ketika melihat Renma tampak sangat tampan saat memakai kemeja batik yang ia pesan. Namun sayangnya, rambut remaja itu masih terlihat berantakan. Ya! Renma hampir tidak pernah menyisir rambut! Remaja itu lebih suka rambut acak-acakan yang membiarkannya terkesan brutal.

"Kok rambut kamu begitu?" protes Bu Inayah.

"Kan memang setiap hari rambutku kayak begini."

Bu Inayah mengambil sisir dan pomade, lalu kembali. "Sini! Bunda sisir dulu rambut kamu!"

Renma tersenyum senang, lalu menundukkan kepalanya agar Sang Bunda bisa dengan leluasa menyisir rambutnya. Bu Inayah mulai mencolek pomade, lalu mengoleskannya ke rambut Renma. Dilanjutkan dengan sentuhan sisir yang cukup susah mengurai rambut kusut Renma.

"Aduuuh! Rambut kamu kusut banget! Emangnya kamu nggak sisiran berapa hari?" tanya Bu Inayah yang masih sibuk mengurai rambut Renma.

"Em ...." Renma mencoba mengingat-ingat kapan terakhir kali ia menyisir rambut kusutnya. "Mungkin sekitar tiga bulan."

"Astaghfirullahal Adzim!" Bu Inayah terkekeh sembari mencubit gemas pipi putranya.

"Pipiku kena pomade, Bunda," rengek Renma manja.

"Ish!" Bu Inayah kembali mencubit gemas pipi Renma.

Bu Inayah kembali berusaha merapikan rambut Renma, menyisirnya ke belakang karena tahu Renma pasti tidak suka jika gaya rambutnya disamakan dengan gaya rambut Hasan. Ya! Hasan sedari tadi sudah siap dengan rambut rapi yang disisir ke samping.

"Bun, menurut Bunda ... aku sama Hasan, gantengan siapa?" tanya Renma manja.

"Sama-sama ganteng!" Bu Inayah kembali terkekeh. "Kalian kan anak kembar identik."

Melihat Renma dan Sang Bunda sejak tadi terus bercanda, entah mengapa ada sekelebat perasaan iri di dalam benak Hasan. Meskipun ia juga sangat dekat dengan Sang Bunda, tapi ia jarang bisa membuat Sang Bunda tertawa, tidak seperti Renma yang selalu melontarkan candaan-candaan. Ya! Berbeda dengan Renma yang cukup humoris, Hasan bisa dibilang adalah pribadi yang pendiam dan selalu serius.

"Sayang, ayo berangkat!" ajak Pak Rahman.

"Iya." Bu Inayah segera menyudahi menyisir rambut Renma.

Renma bersama kedua orang tua dan keempat saudaranya segera pergi ke studio foto. Di sana, mereka bertujuh langsung meminta sang fotografer untuk memotret dengan berbagai posisi. Setelah selesai pemotretan, Renma bersama seluruh anggota keluarganya pergi ke restoran untuk makan siang.

"Eh ayo selfie yuk!" ajak Ana, menyiapkan kamera ponselnya setelah makanan datang.

Mereka pun mengabadikan momen makan bersama di restoran dengan formasi anggota keluarga yang sangat lengkap. Setelah puas berfoto, mereka segera berdoa sebelum menyantap makanan yang sudah tersaji di atas meja. Namun belum sempat Renma menyendok makanan, ia terhenti ketika melihat Karin sedang makan bersama seorang remaja laki-laki di salah satu meja yang tak jauh dari tempat Renma dan keluarganya berada.

Pelukan BundaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang