14. SOAL OLIMPIADE?

1.6K 171 6
                                    

Tok tok tok

Suara ketukan pintu membuat Renma terbangun dari tidur siangnya. Seorang anak kecil bertubuh tambun membuka sedikit pintu kamarnya, mengintip malu-malu sambil membawa buku pelajaran dan alat tulis. Di belakangnya ada seorang gadis kecil memeluk boneka panda.

"Bocil? Masuk aja!" Renma beranjak dari tempat tidurnya, lalu membuka lebih lebar pintu kamarnya. "Ada apa, Cil?"

"Bang Rengma, apa Abang bisa ngajarin Bang Ibrah Matematika?" tanya Layala dengan suara imutnya.

"Hmm ... Ibrah kan masih kelas tiga SD. Pasti pelajarannya cuma bab pembagian atau pecahan. Kalau itu mah gue juga bisa," batin Renma.

"Bang Rengma bisa nggak, Bang?" tuntut Layala.

"Bisa." Renma mengangguk penuh percaya diri. "Tentu aja Bang Renma bisa."

Renma mempersilakan adik-adiknya untuk masuk ke kamarnya. Kemudian Ibrah langsung membuka buku modul latihan KMNR, Kompetisi Matematika Nalariah Realistik tingkat SD. Melihat angka-angka itu, seketika mulut Renma menganga lebar, tak percaya dengan apa yang ia baca.

"Soal yang ini, Bang." Ibrah menunjuk soal nomor 5 di buku modulnya. "Bang Renma bisa ajarin, kan?"

"Bisa. Bisa dong." Renma tertawa kaku, takut dianggap bodoh oleh adik-adiknya yang masih kecil. "Tapi ... kenapa kamu nggak minta Bang Hasan atau Mbak Ana yang ngajarin, Cil?"

"Bang Hasan sama Mbak Ana sibuk belajar buat ikut olimpiade bulan depan."

"Terus, kenapa nggak nanya ke Ayah atau Bunda?" Renma masih mencari-cari alasan agar adik-adiknya bertanya pada orang lain saja.

"Ayah sama Bunda kan lagi ke Surabaya," jawab Layala yang ikut dalam percakapan.

"Oooh." Renma mengangguk paham, lalu ia mencoba mempelajari soal yang ada di modul Ibrah.

Renma membaca cepat contoh soal yang mirip dengan soal yang tidak bisa Ibrah jawab. Sekitar 10 menit mengotak-atik angka-angka, akhirnya ia menemukan jawaban. Kemudian ia mengajarkan jawaban yang ia dapat pada Ibrah. Sementara Layala terlihat asyik berguling-guling di atas kasur Renma.

"Kalau soal yang ini?" Ibrah menunjuk soal nomor 11. "Gimana caranya, Bang?"

Lagi, Renma berusaha keras mempelajari contoh soal yang mirip dengan soal nomor 11 yang ditunjuk adiknya. Sekitar 12 menit mengotak-atik angka-angka, dia kembali menemukan jawaban yang tepat, lalu mengajarkannya pada Ibrah. Merasa senang diajari Renma karena mudah paham, Ibrah terus menambah pertanyaan.

"Kalau yang ini?" Ibrah menunjuk soal 18. "Ayo, Bang! Ajari aku!"

Renma lagi-lagi mencari contoh soal yang mirip dengan soal nomor 18. Namun sayangnya, contoh soal yang mirip dengan soal tersebut tidak ada! Membuat Renma meneguk ludah, bingung harus mengajari apa.

"Aduuuh kalau sampai gue nggak bisa, hancur sudah reputasi gue di depan bocil-bocil ini." Renma menggaruk rambutnya yang tak terasa gatal. "Andai saja gue punya HP. Pasti gue bisa nanya ke Google. Hmm ... gue harus nyari cara buat kabur dari bocil-bocil ini."

"Aduuuh." Renma mendadak mengerang kesakitan sambil memegang perutnya.

"Bang Rengma kenapa?" tanya Layala heran.

Pelukan BundaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang