31. OLIMPIADE MATEMATIKA PART B

1.3K 159 103
                                    

Renma Shanon, pelajar yang selalu menang dalam tawuran. Tapi tak pernah sekalipun menang dalam perlobaan adu otak. Bahkan ia tak peduli sama sekali dengan pelajaran apa pun. Namun setelah bertemu Sang Bunda, perlahan remaja itu berubah sedikit demi sedikit dengan tujuan untuk membuat Sang Bunda bahagia.

"Yes! Pokoknya gue harus belajar lebih giat lagi!" Renma mengepal tangannya, teramat bertekad untuk memenangkan juara olimpiade Matematika itu.

Sepulang dari olimpiade, Renma langsung pulang untuk beristirahat. Kepalanya mendadak pusing bukan main setelah mengerjakan soal-soal yang begitu rumit. Ia berniat untuk belajar mati-matian setelah rasa pusing di kepalanya mereda.

Suara adzan Ashar berkumandang, dua jam setelah Renma tertidur. Bu Inayah dengan lembut mengelus rambut Renma untuk membangunkannya sholat Ashar berjamaah. Remaja itu perlahan membuka matanya, lalu tersenyum saat melihat wanita yang amat ia sayangi berada di hadapannya.

"Bunda?" Renma mengucek mata.

"Ayo sholat Ashar, Nak!" ajak Bu Inayah.

Bukannya bangun, Renma malah meletakkan kepalanya di pangkuan Sang Bunda. "Sebentar, Bunda. Kepalaku masih agak pusing gara-gara mikir soal olimpiade."

Bu Inayah kemudian memijat kepala putranya. "Gimana olimpiadenya?"

"Aku cuma masuk sepuluh besar, Bun."

"Sepuluh besar?" Bu Inayah cukup terkejut, mengingat Renma baru belajar Matematika dua bulan lalu. Masuk sepuluh besar di antara ratusan siswa, tentu sudah menjadi prestasi yang mengejutkan.

Renma mendongak, melihat wajah Bundanya yang tampak masih kaget. "Bunda kecewa ya?" tebaknya.

"Enggak." Bu Inayah menggeleng. "Bunda malah bangga sama kamu. Itu berarti kamu punya bakat besar di pelajaran Matematika."

"Tapi kan aku nggak masuk tiga besar, Bun," keluh Renma mengerucutkan bibirnya sambil memainkan ujung jilbab Bundanya.

"Tapi kamu kan cuma belajar selama dua bulan, Nak. Bayangkan kalau kamu belajar tiga bulan! Kamu pasti sudah masuk tiga besar. Iya, kan?"

"Oh ya?"

"Iya." Bu Inayah mengangguk semangat. Kedua tangannya masih sibuk memijat kepala putranya.

"Minggu depan ... aku bakalan ikut babak selanjutnya, Bun. Apa aku bisa mengejar ketinggalan?"

"InsyaAllah bisa kalau kamu rajin belajar dan berdoa. Sholat juga harus tepat waktu!" Bu Inayah menarik tangan Renma agar remaja itu mau beranjak dari kasur.

"Aku sayang, Bunda." Renma duduk di sebelah Bundanya, lalu memeluknya erat-erat. Merasakan rasa yang begitu nyaman.

"Iya." Bu Inayah mengelus bahu Renma. "Bunda juga sayang sama kamu. Sekarang, ayo sholat!"

Setelah sholat, Renma kembali ke kamarnya untuk belajar. Tak hanya belajar dari buku-buku yang diberikan Bu Indah, Renma juga belajar dari youtube yang membahas soal-soal Matematika. Dari soal Ujian Nasional, SBMPTN, OSN, KSN, sampai KSM. Ya! Setelah Renma menjual Ipone 12 pro max untuk pergi dari rumah beberapa minggu lalu, ia membeli HP baru yang lebih murah untuk berkomunikasi dan belajar.

000

Dada Renma berdegup tak karuan, terlalu gugup untuk mengikuti babak kali ini. Kabarnya, nilai yang ia peroleh minggu lalu akan diakumulasikan dengan nilai yang akan ia peroleh hari ini. Dari 10 peserta yang lolos, bisa dibilang Renma adalah peserta yang paling tidak kompeten dalam ujian minggu lalu.

Pelukan BundaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang