Side Story 2

2.7K 293 15
                                    


<<Aftercare>>

 

(Name) menggulir ke bawah layar ponselnya sambil menunggu Ran membersihkan dan merapihkan kantor kerjanya yang barusan sedikit berantakan akibat kegiatan 'panas' mereka tadi.

Beberapa menit kemudian, Kini Ran memakai blazernya sambil melirik (Name) sekilas. "Ayo pulang."

(Name) mengangkat wajah, melirik ponsel sekilas saat angka 17.57 terpampang yang menandakan hari semakin sore. Ia pun hanya mengangguk sambil memasukkan ponsel di tasnya.

(Name) pun bangkit dari posisinya, hendak berjalan ketika kakinya mendadak lemas. Ia hampir saja tumbang tetapi Ran lebih dulu menahan bahunya. "Kau baik-baik saja?"

(Name) mengerjap beberapa kali, lalu akhirnya mendengus, saat senyum kecil masih tersungging di bibirnya. "Sebenarnya apa yang kau lakukan padaku?"

"Membuatmu tidak bisa jalan." Jawab Ran enteng sambil terkekeh kecil, kini mendudukan (Name) lagi di sofa.

"Perlukah aku gendong?" Tanya Ran, menatap (Name) lembut.

"Malu dilihat banyak orang." Kata (Name) seraya menggeleng pelan dan menambahkan, "Aku akan istirahat sebentar."

Akhrinya Ran juga ikut duduk di sampingnya, mengambil ponsel di saku celana dan berkata, "Ayo sekalian pesan makanan."

Setelah memesan makanan online, Ran menatapi (Name) yang duduk di sampingnya sejenak dan dengan ragu berkata, "Tidak sakit duduk seperti itu?"

(Name) mengerjap sambil menoleh menatap Ran. "Sakit tentu saja."

Ran terdiam sejenak, mencerna sebentar. Lalu ia membibing tubuh (Name) untuk berbaring dan menyuruhnya untuk berbalik badan. "Tidur tengkurap." Katanya. "Aku akan membangunkanmu jika makanannya sudah datang."



****


Setelah beberapa jam kemudian, (Name) keluar dari kantor Ran dan disusul Ran dari belakang mengikutinya. Namun ia tidak sengaja berpapasan dengan Rindo, Sanzu dan Koko dari arah berlawanan yang sedang menatapi mereka berdua dengan tatapan bingung. Akhirnya mereka semua pun terpaksa menghentikan langkahnya.

"Kalian habis apa?" Tanya Sanzu, secara bergantian menatapi (Name) dan Ran curiga.

(Name) yang ditanya sedikit gelagapan, menahan napas dan memasang senyum paksa. "Makan... dessert"

Tidak pakai lama, (Name) langsung cepat melenggang pergi dari tempat itu. Sementara Ran sambil melirik (Name) sekilas yang sudah lari menahan malu, ia juga tersenyum paksa. "Ya... dessert."

Namun baru berlari beberapa langkah, (Name) sudah menghentikan langkah dengan paksa dan berakhir memegangi pantatnya yang kesakitan, bersamaan dengan Sanzu yang mau menengok ke belakang ingin melihat kenapa (Name) lari tiba-tiba.

Tapi Ran mendadak menangkupkan wajah Sanzu dengan kedua tangannya karena (Name) sedang memegangi pantatnya yang kesakitan. Ia tidak mau membuat kekasih sendiri malu.

"Apa-apaan?" Sanzu mengernyit, menatap Ran bingung di campur kesal.

Ran tersenyum polos. "Tidak, hanya ingin memegang wajahmu saja."


****


Setengah jam kemudian, mereka sudah sampai lobi parkir penthouse. Ran melepaskan sabuk pengamannya saat matanya juga melirik (Name) sekilas. (Name) yang disampingnya kini sedang tidur pulas. Akhirnya ia pun memutuskan untuk menggendongnya dan tidak lama Ran sudah berada di dalam penthousenya.

Ran membaringkan (Name) di ranjangnya, melepas sepatunya dan duduk di tepi ranjang. Detik berikutnya, ia mengusap pelan wajahnya dan menatap wajah tidur (Name) lekat. "Dia pasti lelah."

Setelah beberapa lama terdiam di posisi itu, Ran berpikir sejenak. "Ah, aku lupa sesuatu."

Pria itu beranjak dari posisi duduknya dan pergi melenggang ke luar kamar (Name) sebentar, lalu kembali lagi dengan wadah kecil berbentuk bundar dengan isi salep di dalamnya.

Ran melepaskan rok (Name) dan membalikkan tubuh wanita itu menjadi menyamping. Ia menurunkan celana dalam (Name) sampai setengah paha dan mulai mengolesi salep di pantatnya yang kini di penuhi memar kemerahan.

Sambil ia mengolesi salep, ia termenung dan terlalu larut dalam pikirannya.

Ah, tadi aku terlalu berlebihan tadi. Sekarang pantatnya jadi penuh memar begini. Tapi habis (Name) sangat menggemaskan. Rasanya mau terkam dan mengacaukan dia saja sangking gemasnya membuatku bablas.

Akhirnya Ran hanya menghela napas. Setelah itu ia menaikkan celana dalamnya lagi, membuka pengait bra (Name) dengan pikiran agar wanita itu bisa tidur nyaman dan menarik selimutnya sampai ke atas bahunya.

Sebelum ia mematikan lampu dikamarnya, ia mengecup kening (Name) dan berkata, "Tidur yang nyenyak, ratuku."

My Sweet Criminal  X Haitani RanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang