Chapter 73

913 116 10
                                    

[Jangan lupa vote ya 😊😊]


<<Right Person Wrong Time>>


(Name) mengendurkan genggaman pisau. Perlahan lepaskan benda tajam itu. Pikirannya memilih urung untuk mencelakai diri.

Seluruh bahasa tubuhnya berkata pasrah, memilih sembunyikan kepalanya untuk terbenam di lutut yang menekuk. Dan seluruh kegelapan pun memenuhi pandangannya.

Perlahan-lahan ia mulai mengantuk. Hanyut dalam lelap. Serta tenggelam dalam mimpi. Mimpinya yang terasa nyata.

(Name) dan Ran hidup bahagia di mimpinya itu. Terasa nyata sampai meninggalkan bekas di bangun tidurnya.

Lalu yang ia lakukan hanyalah duduk terdiam di dekat jendela. Membiarkan sinar mentari peralihan musim dingin sedikit menghangatkan kulitnya yang membeku. Sementara angin menari-nari di helaian rambutnya, tunjukkan wajah yang terus merenung. Kepala ikut andil, memasukkan sebagian bayang-bayang imajinasi dan membuatnya berbatin dalam diri.

Jika saja (Name) tidak dalam kondisi mental yang kacau, dan Ran tidak di kondisi dimana ia selalu hidup dalam bahaya, mungkinkah semuanya akan berbeda? Jika iya, mungkin Ran dan (Name) sudah lebih awal mendapatkan kebahagiannya.

(Name) masih merenung dengan tatapan kosong. Wajahnya datar dan pucat. Tetapi setitik sendu muncul di mata kelamya. Bibirnya bungkam seribu bahasa. Tetapi kepalanya berkecamuk dan mengeluarkan segala badai yang ada.

Tetapi kita benar-benar bertemu di waktu yang buruk.


****


-2 minggu kemudian, awal bulan Desember-


Rindo memilihkan desa terpencil di dekat wilayah perairan. Rumah sederhana yang terletak pas ditengah-tengah pantai. Tidak hanya jauh dari hiruk pikuk ibu kota, tetapi ternyata desa itu juga tidak tertulis di peta sehingga sulit untuk siapapun melacak (Name).

Pria berambut mullet itu mengunjungi (Name) seminggu sekali. Untuk sediakan bahan sandang dan pangan. Karena supermarket benar-benar jauh dari kediaman rumah itu dimana harus menempuh waktu satu jam dulu untuk bisa mencapai kota.

Di ruang tamu, dua insan duduk berhadap-hadapan di sofa. Jendela yang gordennya dibiarkan terbuka tertiup angin. Sesekali biarkan suara debur ombak ikut menyertai dari luar.

"Bagaimana keadaanmu?" tanya Rindo menatap tenang (Name).

(Name) tak menjawab. Hanya tatapi Rindo tak suka. Bagaimanapun ia adalah adiknya Ran. Dan kemarahannya hendak membuncah menyangkut segala hal tentang pria itu.

Rindo sadar, tapi masih tatap (Name) tenang. "Aku berharap untuk kau tidak menatapi ku seperti itu," katanya. "Walaupun aku adiknya aniki jangan perlakukan aku seperti orang asing. Bagaimanapun juga hubungan kita baru saja membaik."

Tak ingin basa-basi (Name) pun berkata, "Apa yang ingin kau bicarakan?"

Rindo terdiam menatap (Name) sejenak. Setelah berkutat dengan pikirannya, mendadak pria itu menaruh sebuah ponsel di meja. Lalu berkata, "Aku ingin memintamu untuk menyiarkan video klarifikasi ke publik. Katakan semuanya baik-baik saja dan orang-orang tidak perlu panik. Soalnya semuanya panik melihat publik figur tersayangnya dikabarkan menghilang. Maaf terlihat seperti mendesakmu disituasimu yang kacau ini, tapi aku tidak boleh membiarkan citra ku dan aniki kotor lagi."

My Sweet Criminal  X Haitani RanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang