Chapter 56

1.3K 138 37
                                    

[Jangan lupa vote yaa 😊😊]


<<Two Face>>


DOR!

Cipratan darah muncrat membasahi wajahnya. Pria didepannya tergeletak tak berdaya dan mati begitu saja. (Name) membeku dengan matanya yang melebar.

"Jangan khawatir."

Suara maskulin seorang pria membuat (Name) otomatis menoleh. Ia masih tersungkur jadi hanya bisa melihat pakaian bawahnya saja. Pria itu mengenakan jeans dengan blazer putih selutut.

"Aku tak akan melukaimu."

(Name) pun semakin menolehkan kepalanya ke atas. Yang pasti pria itu bukan Ran. Tak sempat tahu karena pandangannya keburu mengabur.


****


(Name) membuka matanya yang berat. Mengerjap pelan. Termenung begitu lama saat menatapi atap kamar bercat putih yang tak asing. Ternyata ia sudah berada di penthouse Ran yang familiar baginya.

"Aku selamat?" gumam (Name) lemah.

"(Name), kau sudah sadar."

Suara yang tak asing dipendengaran (Name) mengalihkan pikirannya. Dengan pelan ia pun menoleh kesamping. "Ran?"

Ran menatap (Name) dengan wajah khawatir. Mata violetnya yang indah hampir menangis. Jemarinya terus-terusan menggenggam erat jemari wanita itu. "Syukurlah."

(Name) memaksakan diri untuk bangun dan Ran membantunya mendudukan pelan-pelan. Begitu duduk tangannya langsung terangkat ke kepala. Lantas mengernyit. Kepalanya sakit bukan main saat ini. Begitu berat. Seakan ada bongkahan batu yang menghantamnya. Sambil merintih, jemarinya itu meraba-raba. Ia baru sadar jika ada perban di sekitar kepalanya.

"Sensei!"

Suara Ran yang tiba-tiba menggelegar di ruangan membuat pria berjubah putih otomatis masuk ke kamar. Sepertinya dokter. (Name) melirik pria itu dan tak begitu mengenali wajahnya.

"Dia sudah sadar. Tolong periksakan keadaannya." pinta Ran cepat, saat pria itu langsung saja meriksa (Name) dengan stetoskopnya.

"Aku akan meresepkannya obat penenang dan pereda sakit kepala. Perban diganti dalam lima hari kedepan. Juga jangan lupa untuk mengingatkannya minum antibiotik."  nasehat dokter pria itu pada Ran setelah memeriksakan keadaan (Name).

Ran mengangguk, lalu membuka mulut hendak merespon ucapan dokter itu. Sampai dering ponsel menghentikannya. Ran pun meminta izin untuk pergi keluar dari kamar dan menghilang sebentar.

(Name) masih memerhatikan pria itu. Rambut pria itu hitam dan memakai kacamata. Pria itu pun tersenyum saat menyadari (Name) memerhatikannya. "Apa kau mengingatku?"

(Name) mengernyit mendadak mendengarnya. "Eh?"

"Aku yang menyelamatkanmu," ungkap pria itu. "Kebetulan aku ada di lokasimu."

(Name) mengerjap-ngerjapkan matanya. Lalu memerhatikan penampilan pria itu. Betul juga. Penampilannya sangat tidak asing.  Blazer putih dan celana jeans. Ternyata pria itu seorang dokter. "Ah, ya..."

"Oh, kalau dipikir aku menyelamatkanmu dua kali." celetuk pria itu lagi.

(Name) tambah bingung. Ia semakin mengerjapkan cepat matanya. "Eh?"

"Waktu kau hampir henti jantung karena morfin akulah yang menanganimu," kata pria itu sambil tersenyum. "Aku dokter yang khusus menangani Bonten jika terluka."

My Sweet Criminal  X Haitani RanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang