Chapter 7

4.6K 522 47
                                    

[Jangan lupa vote ya:):)]


Content Warning : 17+, Intense kiss


<<First Kiss>>


"B-bagaimana... bagaimana kau bisa tahu alamatku?" tanya (Name) menatap Ran, suaranya gugup dan alisnya berkerut.

Sedetik kemudian, wajah Ran terlihat semakin panik dan tubuhnya mendadak menegang.

"Kenapa kau bisa ada disini?" (Name) bertanya sekali lagi.

Namun ia tidak sempat membahas hal itu lebih jauh ketika ia merasa dirinya akan pingsan saat itu juga. Kepalanya berputar-putar dan pandangannya mulai mengabur. (Name) mencengkram erat kenop pintu begitu ia tahu tubuhnya hendak tumbang dan tidak bisa menjaga keseimbangan.

(Name) merasa tubuhnya akan ambruk saat itu juga dan nyaris terjatuh jika saja punggung wanita itu tidak ditahan oleh tangan Ran.

"Kau tidak apa-apa? Wajahmu pucat."

(Name) menelan ludah dan menggeleng. Ia masih memaksakan seulas senyum. Sedetik kemudian pandangan (Name) mengabur dan ia tidak sadarkan diri.

"(Name)!" Panggil Ran nadanya meninggi dan suaranya terlihat cemas.

Merasa tidak ada respon dari wanita itu, Ran meraih pinggang (Name) mendekapnya erat, menggendong (Name) dengan cara bridal style. Pria itu melangkahkan kakinya membaringkan tubuh (Name) di tempat tidurnya.

"Ya tuhan. Kau demam." Ucap Ran menyentuh kening (Name).

"Tunggu sebentar. Aku akan membelikan mu bubur dan obat." Kata Ran sebelum ia keluar dari kamar (Name).

Mata (Name) sangat berat untuk terbuka jadi ia hanya mendengar pintu depan terbuka dan tertutup menandakan bahwa Ran sudah pergi.

Sekitar lima belas menit berlalu, Ran kembali ke kamar (Name) dengan beberapa barang yang dibawanya. Ran duduk di ujung Kasur memerhatikan wajah (Name). Wajah (Name) terlihat pucat dan keringat dingin mengucur di pelipisnya. Ekspresinya semakin memburuk ketika dahinya berkerut menahan sakit.

"39 derajat. Badanmu sangat panas." Kata Ran melihat thermometer di tangannya. "Aku akan merawatmu."

"(Name), Kau harus makan dulu." Ran menyuapi (Name) bubur ke bibir (Name) yang masih berbaring.

Ran membawa obat dan sebuah baskom berisikan air hangat. Ia membantu (Name) mendudukan tubuhnya untuk meminum obat demam. Tangan kirinya menahan bahu (Name) agar tetap tegak sementara tangan kanannya mengambil obat penurun demam dan menyuapi (Name) obat penurun panas itu.

"Telan obatnya." Suruh Ran memberikan (Name) air putih sebelum ia membaringkan (Name) untuk tidur lagi.

Lalu ia mencelupkan kain di dalam baskon berisi air hangat tadi dan mengompres leher dan dahi (Name) dengan hati-hati. Ran terus mengompres dahi dan lehernya hampir lebih dari sejam sampai ia memastikan wanita itu untuk mengeluarkan cukup banyak keringat agar suhu tubuhnya turun.

Setelah beberapa saat, (Name) merasa sakit nya sedikit berkurang membuat dirinya dapat tidur nyenyak. Matanya mulai berat dan selanjutnya yang (Name) tahu, malam itu ia telah terlelap dari tidurnya.


****


(Name) membuka mata nya yang berat dan duduk di ranjangnya perlahan. Ia melirik beker di sampingnya. Jam 10.20. Matanya memandang lurus bingung pada satu titik. Ia seperti melupakan sesuatu, beberapa saat kemudian matanya melebar begitu tersadar kalau Ran kemarin datang ke apartemennya. Ia berdiri dan berjalan keluar kamar dengan cepat bermaksud melihat Ran, namun begitu membuka pintu, aroma masakan yang harum menahannya. (Name) menemukan Ran di dapur sedang memasak.

My Sweet Criminal  X Haitani RanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang