"Matamu yang dalam dan gelap itu menyeret ku hingga ke depan hadapanmu. Awalnya aku hanya penasaran dengan mata yang tidak ada kehidupan itu. Namun mengapa aku menjadi tenggelam dan tersesat di dalamnya? Dan tanpa sadar, aku telah jatuh begitu dalam...
Ran menghela napas sembari memandang (Name) dari jauh. Wanita itu sedang duduk di sofa, menatapi langit sore di balik jendela dengan tatapannya yang merenung.
Sudah satu minggu Ran memperhatikan bahwa (Name) sering melamun. Jika di tanyakan apakah wanita itu baik-baik saja, ia akan mengatakan semuanya baik-baik saja seolah ia sedang menahan sesuatu. Dan setelah ditanyakan seperti itu, ia akan melamun lagi, seolah tubuh dan jiwanya tidak berada di tempat yang sama.
Ran tidak tahan lagi. Sebelum semuanya semakin memburuk ia akan melakukan sesuatu.
Ia berderap cepat ke kamarnya dan mengambil dua jaket tebal. Setelah itu ia cepat kembali ke ruang tamu dan menghampiri (Name).
"Ayo ikut aku."
(Name) mengerjap dan mendongak, menatap Ran yang tiba-tiba sudah berdiri di hadapannya. "Mau kemana?"
"Sudah ikut saja." Ran menarik tangan (Name) untuk bangkit dari duduknya dan mulai memakaikannya jaket.
"Mau kemana dulu?" Desak (Name), yang pasrah saja ketika tubuh mungilnya dipakaikan jaket tiba-tiba.
"Pakai jaketnya." Ran tidak menggubris pertanyaan (Name), sudah memakaikan jaket pada wanita itu terlebih dahulu, lalu menutup ritsleting jaket yang dikenakannya sampai ke atas dagu. "Jangan sampai kedinginan."
"Tung—" (Name) terkesiap saat tanpa aba-aba Ran menarik tangannya dan berjalan lebih jauh hendak keluar penthouse.
"Aku ingin menunjukan sesuatu padamu." Kata Ran sebelum akhirnya mereka berdua pergi dari penthousenya.
****
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ran memberhentikan mobil di jalan raya pegunungan dan menepikannya di bahu jalan. Langit sore pun tak terasa telah berubah menjadi langit malam dalam 3 jam lamanya perjalanan mereka.
(Name) keluar dan menutup pintu mobil. Matanya berbinar-binar saat memandangi langit malam yang terbentang di atasnya. "Woaaah."
Saat ini hampir jam 9 malam, dan langit malam sangat indah. Gradien hitam bercampur biru tua adalah latar belakang bulan purnama. Langit malam begitu cerah sehingga (Name) hampir bisa melihat setiap pegunungan yang mengililingi jalanan raya itu. Bulan putih kekuning-kuningan bersinar, dikelilingi oleh jutaan bintang berkelip-kelip yang bertaburan di belakangnya. (Name) jarang melihat yang seperti ini dan ini adalah pemandangan yang asing dari kehidupan kotanya.