Chapter 12

3.7K 477 124
                                    

[Jangan lupa vote ya 😊 😊]

Trigger Warning : emotional blackmail, coercion, attempt of suicide, mention of suicide

<<Feel Something>>

Bayangan dirinya samar-samar memantul di kaca jendela di ruang kerjanya. Langit di luar terlihat hitam kelam. Ran duduk di kursi putar dan memandang ke luar jendela tanpa benar-benar memandang sesuatu. Ia sudah duduk termenung disana selama setengah jam dengan kening yang berkerut samar. Tepatnya ia termenung karena kalimat wanita itu yang terus berngiang dan memenuhi kepalanya.

"Aku berharap tidak pernah mengenalmu, Ran."

Ran merasa hatinya akan terjatuh saat itu juga. Meskipun sebagian hal yang di lakukan Ran tidak pernah menggunakan hati atau perasaan nya. Tidak sampai ia bertemu wanita itu. Ran merasa begitu emosional. Hal yang tidak pernah dirasakan pria itu sebelumnya. Dan ia tak menyukai itu. Ran tidak nyaman dengan perasaan emosional ini.

Ran menarik napas dalam-dalam, mengalihkan pandangannya ke ponsel yang ia letakkan di mejanya. Lalu ia menempelkan ponsel itu di telinganya untuk menghubungi seseorang.

"Mari membahas dokumen pekerjaan di rumah ku." ucap Ran kepada seseorang di ujung sana. "Sekalian bawa beberapa jalang juga."

Ran langsung memutuskan panggilannya. Singkat dan padat. Lalu, ia kembali termenung memandang keluar jendela.

Seolah ia telah mereset hatinya dan membuangnya di suatu tempat, Ran kembali memasang raut wajahnya seperti biasa. Datar dan dingin.

"Aku ingin melupakan semuanya."

****

"Biarkan aku pergi."

Pagi-pagi sekali. (Name) dengan tatapannya yang dingin saat ini berusaha mendesak Ran untuk melepaskannya. Berdiri memprotes di hadapan Ran yang duduk di sofa ruang tamu bersama tiga orang pria dewasa yang tak dikenalnya. Ia berdiri dan bersedekap dengan pakaian lusuh casual nya yang tidak ia ganti sejak ia bertemu dengan Ran dua hari yang lalu.

Oh, jangan bilang (Name) tidak mencoba kabur tanpa sepengetahuan Ran. Ia telah mencobanya dan nihil. Ran menempatkan bodyguard dimana-mana bahkan di depan kamar (Name) sekalipun. Penjagaan sangat ketat membuat (Name) tidak bisa kabur begitu saja. Meskipun Ran memberikan fasilitas untuk (Name) bisa pergi kemana saja, Ran bukanlah pria bodoh. Pria itu akan membebaskan (Name) pergi kemana saja sampai ia cukup percaya pada wanita itu.

Ran mendongak kan kepalanya ke (Name) sesaat. Tidak lama ia mengalihkan pandangannya ke bawah. Tepatnya ke dokumen yang berserakan di meja ruang tamu sembari tangannya ia biarkan berkutat pada kertas-kertas itu.

"Tidak sekarang, (Name)."

Sedetik kemudian, mata (Name) mau tidak mau teralihkan pada tiga pria dewasa yang ada di dekat Ran.

Tepatnya pada pria berambut mullet tipe wolf cut warna violet, pria berambut mullet warna merah muda yang mempunyai bekas luka di sudut-sudut bibirnya dan pria berambut panjang sebahu warna putih. Mereka yang tadinya sedang mengurusi beberapa dokumen saat ini juga ikut menoleh ke arah (Name).

Kecuali Ran, tatapan intimidasi terlihat jelas di wajah ketiga pria itu. Seolah (Name) adalah gangguan di tengah-tengah pekerjaan penting mereka. Seolah (Name) akan terbunuh hanya dengan tatapan mereka yang mengerikan itu. Tetapi (Name) tidak peduli sedikit pun. Yang (Name) pedulikan saat ini bagaimana caranya agar ia bisa lolos dari kurungan dan kekangan seorang pria posesif Ran Haitani.

My Sweet Criminal  X Haitani RanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang