Semoga masih ingat.
***
Lagi-lagi Sena harus menerima kenyataan jika orangtuanya masih saja terus memberikan hal yang kurang mengenakkan bagi Sena. Sena memejamkan mata, mencoba nengontrol diri agar bisa lebih tenang untuk mencari solusi dari masalahnya yang baru lagi.
Sena geram tentu saja. Baru saja ia ingin melanjutkan hidup dengan tenang seperti sediakala setelah melewati banyak sekali drama kehidupan beberapa waktu belakangan, kini masalah baru tumbuh lagi. Dan lagi, berhubungan dengan orangtuanya.
Semuak dan semarah apapun Sena, ia masih berusaha menangkan diri agat tidak berpikiran terlalu jauh hingga membuatnya menjadi anak durhaka. Bagaimanapun, ia adalah seorang anak.
Meskipun kepala sekolah tidak menjawab pertanyaannya, Sena yakin sekali orangtuanya ada dibalik semua ini.
"Kenapa gue lahir dengan hidup kek gini sih?" Sena mengacak rambut hitamnya. Raut wajah lelahnya tercetak jelas.
Ia sekarang berada di belakang kelas, duduk sendirian dengan sebotol air mineral di tangannya.
Wajahnya pucat. Sena memang tidak memakai riasan apapun diwajahnya, meski begitu ia tetap terlihat cantik sekali.
Sebenarnya, jauh di dalam lubuk hatinya, Sena merasa lega dan akhirnya bisa bernapas lega setelah masalah demi masalah yang menimpa ia dan teman-temannya akhirnya bisa mendapat penyelesaian. Rayhan yang kedoknya telah ketahuan, pelaku penikaman yang sudah terungkap, dan semua drama termasuk kebakaran basecamp juga sudah terungkap siapa dibaliknya.
Seharusnya, Sena bisa kembali menjalani hidupnya seperti biasa. Kenyataannya, masalah baru kini datang menyerangnya. Ia bersyukur, teman-temannya tidak ada ikut terbawa kali ini.
"Cape gue lama-lama." Lagi, Sena mengeluh. Sedikit lagi ia akan tamat SMA, namun ia dikeluarkan dari sekolah.
Ting!
Ting!
Ponselnya berbunyi dua kali, menandakan dua pesan whatsapp masuk. Ia tetap melamun, tidak mempedulikan.
Ting!
Drrt...
Sena terpaksa merogoh ponsel dari saku seragamnya karena panggilan masuk. Mungkin saja ada sesuatu yang penting.
Farhan meneleponnya.
"Hm, halo?" Sena menjawab malas.
"Lo dimana, Sen? Gue udah cape muterin sekolah nyariin lo woi!"
Sena menghela napas panjang. "Yakin muterin sekolah? Kalo muterin beneran pasti lo nemuin gue." Jawab Sena lalu tanpa sadar tersenyum kecil. Benar, ia tidak sadar.
"Gue serius, Sen. Cape nih gue jalan. Lo dimana sih?"
"Ada urusan apa emang?"
"Gue... gue pengen lihat muka lo. Rindu."
Sena terdiam. Alisnya tiba-tiba mengerut. Ada sesuatu terasa di dalam dadanya. Entah rasa apa, Sena tidak mengerti. Bukan rasa sakit, apalagi sesak. Seperti ada kupu-kupu? Tidak juga. Samar.
"Sen? Lo dimana sih?"
Fokus Sena akhirnya kembali ke telepon.
"Gu--gue..."
Sial, Sena terbata. Ia reflek memegang bibirnya. Kenapa ia terbata? Sena tidak tahu.
"Gue di belakang kelas dua belas empat!" Ucap Sena cepat lalu mematikan sambungan telepon.
Ia memegang dadanya. "Gue kenapa sih?" Sena mengacak rambut hitamnya. "Gila kali gue!"
TBC
Tes tes. Masih ada yang nungguinkah?
KAMU SEDANG MEMBACA
I Am Not A Bad Girl
Teen Fiction[DILARANG PLAGIAT!] Selena Catalin Z. Nama yang pasti dipikiran banyak orang, sang pemilik nama tersebut berwajah cantik seperti namanya dan berjiwa feminim. Namun, pikiran itu silahkan ditepis jauh karena tampilannya jauh dari kata feminim. Cantik...