Happy reading guys❤️
***
Jam sekolah sudah berakhir, ditutup dengan suara bel panjang yang membuat seluruh siswa SMA Pancasila bersorak gembira. Akhirnya saat-saat yang ditunggu tiba juga. Rasanya tidak sabar untuk sampai di rumah. Makan, mandi, lalu rebahan. Surga dunia.
“Sen, lo mau langsung balik apa gimana? Gue sih mau langsung ke tempat kerja,” kata Iva. Ia dan Sena sedang berjalan menyusuri koridor sekolah yang akan membawa mereka menuju lobby sekolah.
“Mau ke basecamp. Ada rapat.”
“Kaya organisasi aja pake rapat segala.”
Sena melirik Iva dengan sinis. “Ada pembicaraan penting,” Kata Sena meralat ucapannya.
“Formal amat bahasa lo.”
“Bacot lo!”
Iva tertawa nyaring begitu berhasil memancing sisi ngegas-nya Sena. “Sen, sekarang lo kerja dimana? 'kan lo resign dari kantor Bokapnya Farhan." Iva sudah lama ingin menanyakan hal ini kepada Sena, tapi baru sempat dan selalu terlupa.
Sena menghela napas panjang. Sudut bibirnya masih terasa sakit karena dipukul kemarin, dan sebenarnya agak tidak mood berbicara panjang lebar. Namun, pertanyaan Iva sepertinya harus dijawab.
“Gue kerja dipabrik sama Bima. Tapi kayanya gue bakal berhenti kerja mulai sekarang,” jelas Sena dengan mata tertuju lurus ke depan.
Dahi Iva berkerut. “Terus, lo mau makan apa kalo nggak kerja?”
“Gue mau perbaikin hidup gue mulai sekarang.”
“Maksud lo? Nggak jelas deh.” Iva berdecak dengan wajah kesal.
“Gue kayanya bakalan sibuk banget beberapa hari ini. Jadi jangan cariin gue.” Sena mengalihkan pembicaraan.
“Sibuk ngapain? Lo mau kemana?”
Sena hanya diam, tidak mau menanggapi lagi. Pikirannya kini berpusat pada sesuatu yang selama dua tahun ini mengganjal pikiran, dan menjadi batu sandungan jalan kehidupannya. Ada banyak hal yang menyimpang dari kehidupan normalnya selama ini. Kehidupan Sena yang sekarang, bukanlah kehidupan Sena yang sebenarnya. Kehidupan yang sebenarnya jauh berbeda sebelum Sena memilih menentukan jalan kehidupannya sendiri.
Sekarang, ia akan mencoba memperbaiki semuanya, demi orang-orang terdekatnya, meskipun itu menyakitkan baginya.
***
Sena melempar tas sekolahnya di atas meja belajar, lalu menuju lemari dan mencari pakaiannya. Gadis itu tampak terburu-buru karena sekarang, teman-temannya sudah menunggu di basecamp untuk membahas sesuatu. Pilihannya jatuh pada kaos hitam polos serta celana jeans biru yang agak longgar. Pakaiannya seperti biasa. Setelah itu, Sena berencana untuk ke rumah sakit, menengok keadaan Ridho yang kata teman-temannya, sudah lumayan baikan.
Setelah mengganti pakaian, Sena menuju cermin dan mengecek keadaan wajahnya. Wajah lelahnya tercetak jelas. Bekas luka yang mengering disudut bibirnya masih terlihat, dan pastinya akan dipertanyakan oleh teman-temannya di basecamp nanti. Apalagi Toro yang mungkin panik. Membayangkan hal itu membuat Sena tanpa sadar tersenyum.
Saat Sena berbalik badan dan berniat menuju pintu, ia melihat sesuatu yang aneh di atas kasurnya. Kakinya melangkah menuju kasurnya, dan menemukan sebuah sebuah jam tangan laki-laki dan powerbank. Ia sudah tahu itu milik siapa. Sudah pasti Farhan.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Am Not A Bad Girl
Teen Fiction[DILARANG PLAGIAT!] Selena Catalin Z. Nama yang pasti dipikiran banyak orang, sang pemilik nama tersebut berwajah cantik seperti namanya dan berjiwa feminim. Namun, pikiran itu silahkan ditepis jauh karena tampilannya jauh dari kata feminim. Cantik...