6

9.9K 686 39
                                    

Happy reading and don't forget to vote!

***

Cuaca sedang terik-teriknya. Beberapa siswa yang sedang berolahraga di lapangan outdoor sampai tepar di tengah lapangan karena kegerahan. Minum minuman dingin sama sekali tidak berpengaruh apa-apa. Beberapa siswi yang berambut panjang tergerai kini mengikat rambut mereka tinggi-tinggi, para anak cowok berusaha menahan diri agar tidak melepas seragam mereka.

Untuk ruangan berpendingin, mungkin hal itu tidak masalah. Tapi karena banyak murid di dalam kelas, pendingin pun sepertinya tidak mempan. Entah apa yang menyebabkan cuaca begitu panas hari ini.

"Panas banget gila!" Gio membuka kancing seragam teratasnya dan merampas secara paksa kipas salah satu siswi di kelasnya.

"Apaan sih lo, Yo?! Balikin kipas gue!" Nita, yang punya kipas, tidak terima kipasnya direbut.

Gio menyembunyikan kipas elektrik itu dibelakang punggungnya seraya menjulurkan lidah. "Males banget!" Ucapnya mengejek.

Tentu saja hal itu sangat menjengkelkan. Nita menghela napas kasar. "Lo nyebelin banget, ya?! Balikun cepet! Gue juga kepanasan!" Nita rasanya ingin menangis. Gio pikir hanya dia yang kepanasan? Apalagi Nita memakai hijab. Bisa kalian rasakan bagaimana tersiksanya Nita.

"Ambil sendiri!" Gio berdiri dari bangkunya, kemudian berlari ke luar kelas.

"GIO! LO APA-APAAN SIH?!" Teriak Nita dengan suara melengking. Yang terjadi selanjutnya, Nita berdiri dari bangkunya dan mengejar Gio.

Farhan, Satria, dan teman sekelas mereka yang lainnya menggeleng melihat tingkah dua orang itu. Gio memang suka menjahili teman-teman kelasnya, terutama kaum perempuannya. Hingga dimana, suara pekikkan Nita dan suara bentakan yang begitu familiar menggema di luar kelas.

Penasaran dengan apa yang terjadi di luar, semua penghuni kelas dua belas IPA-2 berhamburan keluar kelas.

"LO BERDUA APA-APAAN SIH?!" Rayhan membentak marah. Cowok itu sedang berjongkok di depan seorang siswi yang terduduk sambil meringis kesakitan. "Lo berdua pikir, lo berdua masih bocah main kejar-kejaran? Sekarang apa? Lo berdua nyelakain orang, 'kan?!" Rayhan kemudian memegang pundak cewek di depannya.

"Lo nggak apa-apa, Sen?" Tanyanya khawatir.

Sena, siswi yang terduduk itu menggeleng. "Nggak apa-apa." Jawab Sena, meski mati-matian menahan sakit.

"Ini ada apa sih?" Farhan yang baru keluar dari kelas, kebingungan dengan apa yang terjadi.

"Gue nggak sengaja nabrak Sena, Far." Jawab Gio membela diri.

Belum sempat membuka suara, Rayhan melotot begitu melihat darah mengalir dari kaki kiri Sena yang diperban.

"Sen, kaki lo berdarah!" Kata Rayhan panik, begitu Sena semakin kesakitan.

"Bawa ke UKS, woi!" Seru seseorang yang entah siapa.

Tanpa aba-aba, Rayhan mengangkat tubuh Sena dan membawanya menyusuri koridor menuju ke ruang UKS. Jarak kelas dua belas menuju ruang UKS cukup jauh. Beberapa siswi yang kebetulan melihat adegan itu menjerit tertahan. Bagaimana tidak? Rayhan, salah satu most wanted sekolah mereka sedang menggendong Sena, yang notabene-nya adalah pembuat onar yang pantas dijuluki bad girl.

Rayhan berkali-kali menatap wajah Sena yang benar-benar kesakitan. Meski khawatir, Rayhan juga marah karena yang membuat Sena berdarah adalah sahabat Rayhan sendiri. Tentu saja ia makin merasa bersalah kepada Sena.

Sampai di UKS, Rayhan tanpa melepaskan sepatunya langsung masuk dan mendudukkan Sena di atas ranjang. Mata cewek itu memejam, menahan sakit yang teramat pada telapak kakinya. Perban yang tadinya berwarna putih, kini berwarna merah karena darah.

I Am Not A Bad GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang