32

7.6K 636 83
                                    

Gatel pen update, padahal tugas masih numpuk wkwkwk.
Makasih ya, komentar kalian bikin semangat update!

***


Iva nyaris berteriak ketika mendengar Sena menceritakan semua yang terjadi beberapa hari ini, setelah Farhan tinggal di rumahnya, sampai tentang Ridho yang ditikam oleh musuh mereka. Tidak satupun Sena lewatkan, kecuali tentang ia yang dipukul kemarin, di gang dekat rumahnya. Untung saja, Iva tidak dengan sadar dengan luka dibibirnya yang sebenarnya sudah sembuh itu.

"Terus gimana sekarang? Farhan udah tahu semua tentang lo dong?" Tanya Iva, mulai menginterogasi.

Sena mengangguk. Cewek itu menyendok kuah bakso dan memasukkan ke mulutnya perlahan. Sekarang sebenarnya sedang jam pelajaran, tapi, kebetulan kelas mereka sedang free, jadi mereka memutuskan untuk mengisi perut di kantin. Makanya juga, mereka bisa bebas mengobrol karena kantin sedang sepi.

"Nggak semuanya sih dia tahu. Paling soal gue yang suka keluar malem. Dia juga udah kenal temen-temen main gue."

Iva mengangguk mengerti, namun masih banyak pertanyaan yang ingin ia tanyakan. "Terus, sekarang Farhan udah nggak tinggal sama lo lagi dong?" Iva meraih gelas es tehnya, lalu menyeruputnya dengan santai.

"Iyalah. 'Kan udah beres hukumannya."

"Selama Farhan bareng lo, lo nggak ngerasain apa gitu?"

Sena cepat-cepat menoleh, menatap Iva dengan alis tertaut dan dahi yang berkerut samar. "Maksud lo?"

"Lo nggak baper gitu? 'kan lo serumah dan tiap menit ngeliat mukanya? Lo nggak ngerasain benih-benih cinta muncul gitu?"

Merasa pembahasan mulai kemana-mana dan mengarah ke hal yang sangat tidak masuk diakal Sena, cewek itu lantas menyikut lengan Iva. "Ngaco lo!" Ucapnya tajam.

"Lah? Gue nggak ngaco kok. Ini kenyataan ya! Kalo gue sendiri mah, pastinya baper ya. Secara lo berdua tinggal berdua, tidurnya juga sama-sama, baru bangun udah lihat muka Farhan, makan bareng, mana Farhan cakep lagi. Pasti baper."

Sena mengusap kupingnya kasar, tanda ia muak dengan segala bacotan Iva yang sangat tidak penting.

"Diem deh lo, gue nggak mungkin baper. Emang ada sejarahnya gue suka sama orang? Nggak 'kan? Berhenti ngomongin soal baper-baperan deh," ucap Sena setengah kesal. Ia mengibaskan telapak tangannya sebagai isyarat kalau Iva berhenti membahas itu.

Iva tertawa geli. Lucu juga menggoda Sena seperti ini. "atau jangan-jangan, Farhan yang baper ke lo, Sen?" Iva mengangkat-angkat alisnya.

"Gue bilang udah, Va. Gue marah ya, kalo lo masih lanjut bahas itu."

Iva memanyunkan bibirnya. Jika Sena sudah mengancam akan marah, sepertinya ia memang harus berhenti. Karena jika ia nekat melanjutkan, bisa-bisa Sena ngambek selama berminggu-minggu, hingga berbulan-bulan. Sena sangat tahan jika harus tidak bertemu ataupun berbicara dengan Iva. Namun Iva, ia tidak sanggup jika Sena menjauhinya.

"Iya deh. Sebenarnya gue nggak suka juga kalo lo sama Farhan. Dia 'kan jahat banget. Nggak akan cocok, dan gue nggak bakalan ngerestuin." Iva akhirnya memilih fokus melanjutkan makannya, tidak sadar jika ucapannya membuat Sena tertegun sesaat.

Sena mengangguk kecil. "Bener, kita emang nggak cocok."

***

Farhan merenggangkan ototnya yang keram karena kelamaan duduk mengikuti pelajaran yang sangat membosankan. Untung, gurunya keluar lebih awal karena harus menghadiri kondangan tetangganya. Gio langsung memutar tubuhnya menghadap Farhan, dan Satria langsung mengambil tempat di atas meja Farhan. 

I Am Not A Bad GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang