39

5.9K 505 46
                                    

Vote dan komen dulu heuheu


***

Sudah empat jam berlalu dan mereka masih sama seperti tadi. Mencari petunjuk melalui rekaman CCTV kantor polisi pusat.

“Mobil satu mengarah ke Selatan, mobil dua ke sebelah Timur, menuju ke arah perbatasan, dan mobil tiga menuju ke bandara,” seorang polisi menjelaskan jalan yang disusuri oleh ketiga mobil pelaku.

“Bandara? Jangan sampai pelaku mau bawa Sena ke negara atau kota lain?” Farhan ikut menyuarakan pemikirannya. Semua yang ada disana, kecuali Fathur, mengangguk kecil, seolah setuju dengan pendapat Farhan.

“Harus diselidiki dulu,” ucap polisi itu. "Cctv kita cuma sampai di gerbang masuk bandara. Selebihnya adalah wewenang pihak bandara."

“Sepertinya beberapa anggota perlu diutus ke bandara untuk mengecek rekaman CCTV dan minta keterangan petugas disana," kata Om Raldo.

Semua mengangguk menyetujui, sebelum suara Fathur akhirnya kembali terdengar---mengeluarkan pendapatnya lagi.

"Cara yang lebih sederhana saja, Om. Selain itu nggak buang-buang waktu dan tenaga juga. Lebih baik periksa jadwal penerbangan kemarin, ada atau tidak jadwal dijam itu. Juga, suruh petugas bandara mengirim file rekaman CCTV kemarin dan hari ini."

Om Raldo tersenyum penuh bangga, lalu menepuk pucuk kepala Fathur pelan. "Bagus. Terima kasih, Fathur." Om Raldo lantas menoleh kepada polisi lainnya. "Tolong periksa jadwal penerbangan pukul lima sampai hari ini, dan minta kirim file CCTV kemarin dan juga hari ini." Om Raldo memerintah bawahanannya.

"Baik, Pak."

"Mobilnya keluar dari bandara dua puluh menit setelahnya, lalu menuju ke arah selatan, dimana mobil satu lebih dulu kesana. Di Selatan CCTV tidak ada. Mungkin itu alasan mereka menuju kesana," kata polisi bernama Rahmani itu.

"Di selatan itu tempat yang padat penduduk, dimana orang-orangnya kebanyakan berpendapatan rendah, bukan?" Tanya Om Raldo.

"Betul, Pak. Disana ada polsek, mungkin kita bisa menghubungi mereka." Pak Rahmani meraih gagang telepon, lalu menelepon seseorang. Mereka semua kembali fokus pada layar.

"Kemungkinan besar, mobil yang membawa Sena ada dimobil dua yang menuju ke arah timur. Di timur itu rata-rata bangunan besar, seperti perkantoran, pusat perbelanjaan dan perumahan elite. Kecepatan mobil dua juga lebih besar daripada mobil satu dan tiga," jelas Fathur dengan mata terfokus pada layar.

Semua yang disana mengangguk kecil. Pak Rahmani telah selesai menelepon, dan kembali pada pekerjaannya semula.

"Pak ..." nada bicara Pak Rahmani tiba-tiba berubah. “Semua CCTV di jalan Timur mendadak rusak, Pak!” Pak Rahmani berusaha memperbaiki. Jari-jarinya bergerak lincah mengetik sesuatu dikeyboard, namun hasilnya nihil. Layar monitor yang menunjukkan rekaman CCTV di jalan bagian Timur hanya menampilkan bintik-bintik abu.

Om Raldo, selaku pimpinan langsung bertindak. “Kita harus segera meminta bantuan polsek sekitar.” Om Raldo keluar dari ruangan, bermaksud menghubungi langsung petinggi yang ada ditugaskan dipolsek-polsek.

Farhan membuang napas berat, tidak menyangka mereka akan mendapat kesulitan seperti ini. begitu juga dengan Eza, Bima dan Fadli yang hanya bisa pasrah dengan keadaan. Fathur masih menatap layar yang menunjukkan bintik-bintik itu, seolah sedang mencoba mencari penerangan.

“Penculiknya punya pengaruh besar dikota ini. buktinya mereka bisa merusak fasilitas tanpa ketahuan ‘kan? Kayanya mereka emang orang berduit dan dari awal sudah ngerencanain nyulik Sena. Semua udah disusun rapi,” kata Fadli.

I Am Not A Bad GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang