Selamat memasuki inti cerita ini hehehe.Chapter panjang dan sorry kalau typo. Happy reading❤
***
Suara keributan dari kost sebelah membuat Sena terbangun dari tidurnya. Saking lelahnya berjalan kaki dari sskolah ke rumahnya, ia sampai ketiduran dengan masih berpakaian sekolah. Ini bukan pertama kalinya Sena ketiduran dengan pakaian sekolahnya. Sudah sering. Bagaimana tidak, Sena kadang tidak tidur semalaman. Bukan kadang, tapi hampir setiap hari. Ia hanya tidur selama lima jam, dari jam tujuh malam sampai jam sebelas malam, dan bangun jam dua belas, lalu tidak tidur lagi. Kadang juga hanya tiga jam selama sehari.
Sena melirik arloji hitam yang masih melingkar manis dipergelangan tangannya. Jam sudah menunjukkan pukul sepuluh malam, dan ia terbangun karena suara pertengkaran dari kamar di sebelahnya. Sena mengacak rambutnya frustasi, lalu beranjak turun dari kasur.
Ia mengambil handuk dan berniat mandi. Meskipun jam belum menunjukkan pukul dua belas malam, tapi Sena akan keluar lebih awal. Selain mau mengisi perut, ia sudah ada janji dengan teman-temannya untuk bermain monopoli di basecamp.
***
Sena menopang dagunya sambil tengkurap di lantai basecamp. Belum gilirannya bermain, jadi ia hanya menunggu sambil menonton. Ia tidak sendirian. Ada seorang temannya juga yang menunggu giliran. Bermain monopoli adalah kegiatan mereka beberapa hari terakhir. Berbekal mencuri dari adiknya, Vino datang membawa permainan itu ke basecamp. Katanya supaya tidak bosan dan tidak selalu bermain game diponsel.
"Gue kaya, broh. Mau duit nggak, Sen? Nih pake beli kuota." Bima menyodorkan selembar uang monopoli seratus ribu pada Sena.
"Kuota mulu diotak lo. Sampe ngerampok segala cuma mau beli kuota," cibir Sena.
Bima menyengir. "Jangan diingetin 'lah, Sen. Gue khilaf waktu itu," ucap Bima pura-pura menyesal.
Vino, Eza, Toro, dan Fadli yang mendengarnya hanya tertawa. Apa yang keluar dari mulut Bima hampir semuanya adalah bullshit.
"Gue laper deh. Lo semua udah makan?" Tanya Sena sembari bangkit dari posisi tengkurapnya menjadi duduk.
"Udah. Lo aja yang belom kayanya," jawab Vino dengan mata fokus pada permainan.
"Yah, padahal gue pengen traktir. Gue baru aja gajian."
Mata Bima langsung berbinar memdengarnya, sedangkan yang lain biasa saja. "Traktir gue dong, Sena! Ya ya ya? Masih laper nih," keluh Bima sembari mengusap perutnya. Apa yang terjadi selanjutnya, Eza menggeplak kepala temannya itu.
"Dasar," cibir Eza.
Sena tertawa. "Gue beliin snack aja gimana? Daripada nggak makan apa-apa, 'kan?" Tawar Sena.
"Boleh juga. Terserah lo deh, Sen," jawab Toro, diangguki ketiga orang lainnya. Termasuk Bima.
"Oke deh. Bim, lo ikut gue. Fadli, lo gantiin Si Bima main. Biar berguna juga Si Bima," kata Sena, lalu memakai tudung hoodie-nya dan keluar dari basecamp. Bima dengan senang hati menurut. Dari semua teman-teman tongkrongan Sena, tak satupun diantara mereka yang pernah menolak permintaannya. Sudah menjadi tradisi turun-temurun. Bagaimana tidak? Sena adalah satu-satunya perempuan diantara mereka. Tak hanya itu, Sena juga berperan banyak. Sena bisa dibilang menjadi ibu kedua mereka. Sena selalu meluruskan masalah yang menimpa mereka, membantu jika mereka sedang kesusahan, hingga meluruskan mereka kembali ke jalan yang benar. Seperti Bima waktu itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Am Not A Bad Girl
Teen Fiction[DILARANG PLAGIAT!] Selena Catalin Z. Nama yang pasti dipikiran banyak orang, sang pemilik nama tersebut berwajah cantik seperti namanya dan berjiwa feminim. Namun, pikiran itu silahkan ditepis jauh karena tampilannya jauh dari kata feminim. Cantik...