"Peka itu penting."***
Farhan sudah berada di samping Sena, membawa gadis yang sekarang terlihat rapuh itu ke dalam pelukannya. Sena menceritakan semuanya dengan penuh penghayatan, sampai air matanya banyak menetes. Tangan Farhan bergerak pelan---mengusap lembut puncak kepala Sena yang baru pertama kalinya ia sentuh.
"Sen, gue nggak tahu kalo kehidupan lo yang sebenarnya kaya gini. Berat banget, ya?" Farhan mengangkat suara.
Sena bangkit, melepaskan diri dari pelukan Farhan, kemudian tersenyum. Senyuman kosong yang tak memiliki arti.
"Memang berat, tapi itu udah berlalu kok. Sekarang, gue udah hidup dijalan baru, dijalan gue sendiri. Itu cuma masa lalu yang cukup dikubur jauh. Hidup selalu maju, nggak pernah kembali mundur. Mengingat masa lalu nggak akan bisa membuat hidup kita berjalan maju dan mengubah masa lalu yang pahit menjadi manis, sebaliknya, jika kita fokus ke masa depan, dimana kaki kita akan berpijak, yakin, kita bakalan bisa hidup bahagia dengan jalan kita sendiri karena kita sudah menyiapkannya."
Farhan tertegun, memproses kata demi kata yang Sena keluarkan. Gadis ini berbeda. Terlalu sulit diungkapkan dengan kalimat. Sena terlalu baik, padahal tak pernah diperlakukan baik---kecuali oleh teman dekatnya. Farhan menatap Sena yang kini berbicara dengan Toro. Mata tajam tapi neneduhkan itu selalu menyorot ke depan, membuat siapa saja pasti takut pada Sena. Alis tebal yang tertata rapi itu lebih sering mengerut. Tubuh kurus yang tetap seimbang kini dibungkus hoodie hitam andalan gadis itu.
Cantik.
Farhan memuji dalam diam. Kenapa ia baru sadar kalau ternyata Sena sangat cantik? Alasannya karena rasa benci dan dendam yang menutup kedua matanya. Hingga ketika rasa benci dan dendam itu hilang, matanya pun terbuka dan akhirnya bisa melihat pesona Sena.
Kriuk ...
Lamunan Farhan terpecah ketika suara perut disusul dengan tawa keras memenuhi kamar Sena. Gadis ikut tertawa sampai deretan gigi-gigi rapinya terlihat.
"Bima-Bima ... Masih aja lo suka kaya gitu," sindir Vino ketika tawanya mereda. Meski Bima tidak berbadan besar, tetapi ia mudah lapar. Mungkin energinya habis karena bacotan.
"Lo pada pengen makan apa? Biar gue traktir."
Sontak, Bima dan Eza berteriak kegirangan. Makan gratis, siapa yang mau menolak? Apalagi Sena yang traktir, mereka bisa makan sepuasnya.
Ketika Bima tiba-tiba terdiam dan mematung, semua langsung menatap cowok itu bingung, termasuk Sena.
Lantas, Bima berucap, "lo pada lupa? Sena anak sultan, anjir! Kudu sungkem ini mah."
***
Sena percaya, takdir yang telah membawanya ke hidupnya yang sekarang. Hidup bebas diluar sana, namun tetap menaati aturan yang ada. Meskipun, terkadang, Sena membuat kerugian dengan merusak fasilitas sekolah. Namun, itu semua punya alasan dibaliknya. Pernah, Sena mendapat hukuman skors karena kedapatan merusak loker sekolah. Membuat namanya selalu saja dibahas oleh guru-guru. Kenyataannya, Sena bukan sebenarnya bukan merusak, tapi mencoba membobol salah satu loker teman kelasnya karena kuncinya hilang, dan temannya itu harus mengambil bukunya disana.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Am Not A Bad Girl
Teen Fiction[DILARANG PLAGIAT!] Selena Catalin Z. Nama yang pasti dipikiran banyak orang, sang pemilik nama tersebut berwajah cantik seperti namanya dan berjiwa feminim. Namun, pikiran itu silahkan ditepis jauh karena tampilannya jauh dari kata feminim. Cantik...