Ig: jeantandungan
***
Sena mengeluarkan kunci rumahnya dari saku celana jeansnya, lalu bergerak membuka pintu dengan cekatan. Farhan berdiri di belakangnya sambil menatap sekeliling, meneliti setiap sudut tempat tinggal Sena yang gelap. Hanya lampu kamar mandi, yang menerangi bagian luarnya.
Farhan segera menyusul Sena masuk ke dalam kamarnya. Namanya juga kost, jadi langsung kamar. Farhan berhenti tepat di depan pintu. Hal pertama yang dirasakannya adalah takjub. Farhan takjub melihat kamar Sena yang sangat rapi dan bersih. Baru kali ini Farhan melihat kamar kost sebagus kamar Sena. Biasanya, kamar teman-temannya berantakan parah. Sampah dimana-mana, pakaian dimana-mana. Namun, kamar Sena jauh berbeda.
"Ini kamar lo?" Tanya Farhan sambil berjalan masuk lagi sambil mengamati seluruh sudut kamar Sena.
"Bukan kamar, tapi rumah. Rumah gue kecil, nggak kaya rumah lo, semoga lo nyaman," balas Sena sembari mengambil selimut dari dalam lemarinya. "Gue tahu lo diusir dari rumah, jadi nggak usah jelasin ke gue."
Farhan menatap punggung Sena dengan tatapan bersalah. Betapa banyak dosanya pada Sena selama ini. Sekarang apa? Ujung-ujungnya merepotkan Sena.
"Gue minta maaf. Gue salah banget sama lo, Sen. Gu---"
"Tutup dulu pintunya," potong Sena datar sembari berjalan menuju kasur dan mengambil bantal.
Farhan memutar tubuhnya lalu menutup pintu, tak lupa menguncinya. "Lo udah tahu hukuman gue?" Tanya Farhan sembari menyandarkan tubuhnya pada pintu. Kedua tangannya ia masukkan ke dalam saku celananya.
"Lo diusir, nggak boleh minta bantuan siapa-siapa kecuali gue. Itu, 'kan? Atau ada lagi?"
"Semua fasilitas gue diblokir."
Sena mengangguk paham. "Oh. Lo mau nginep disini atau di tempat lain?" Tanya Sena. Ia duduk di pinggir kasur, lalu membuka hoodie-nya. Gerah juga pakai hoodie lama-lama di dalam ruangan.
"Di tempat lain? Bokap gue blokir semua tempat yang mungkin bisa gue tinggalin. Contohnya tadi gue ke rumah temen geng motor ninja gue, katanya temen gue semuanya dapat peringatan."
"Gue bukannya cewek gampangan yang mau-mau aja rumahnya ditempatin cowok, apalagi buat nginep. Gue kasihan sama lo, jadi ngebolehin lo tinggal sementara disini. Lagian bukan selamanya. Kalo lo mikir gitu sih, terserah. Gue cuma manusia biasa yang pengen berbuat baik ke oranglain." Sena berdiri lalu mengambil bantal dan selimutnya. "Hari ini lo tidur dikasur gue. Badan lo pasti sakit kena pukul. Besok, sampai seterusnya, lo tidur di lantai."
"Biar gue aja yang dilantai. Lagian gue udah ngerepotin lo."
"Cukup hari ini aja, Farhan. Cepetan tidur, biar badan lo baikan."
Semakin Sena menunjukkan kepeduliannya, semakin Farhan merasakan rasa bersalah memenuhi hatinya. Rasanya kepalanya akan pecah jika mengingat-ingat bagaimana kesalahannya selama ini pada Sena. Ia tidak pernah membiarkan Sena hidup tenang.
Farhan tidak langsung berbaring dikasur. Ia duduk di pinggir ranjang sambil menatap sendu ke arah Sena yang berbaring beralaskan selimut di samping kasurnya.
"Sen, gue minta maaf sebesar-besarnya, sekaligus mau bilang makasih. Gue emang nggak pantes dimaafin, gue udah keterlaluan ke lo. Apalagi kemarin. Gue nyesel, Sen. Gue nggak tahu mau bilang apalagi sama lo." Farhan menunduk. Ia tidak menangis. Tentu saja anak laki-laki tidak menangis. Apalagi Farhan yang hatinya sekeras baja.
Sena diam saja sambil menutup matanya. Ia tidur menghadap ke atas, jadi Farhan bisa melihat wajahnya dengan jelas.
"Maafin lo nggak segampang yang gue kira. Udah gue coba, tapi masih susah. Gue perlu waktu buat nerima kesalahan lo. Mending sekarang lo tidur, gue juga udah ngantuk," jawab Sena tanpa membuka matanya. Ia membalikkan badannya membelakangi Farhan, dan berusaha untuk terlelap.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Am Not A Bad Girl
Teen Fiction[DILARANG PLAGIAT!] Selena Catalin Z. Nama yang pasti dipikiran banyak orang, sang pemilik nama tersebut berwajah cantik seperti namanya dan berjiwa feminim. Namun, pikiran itu silahkan ditepis jauh karena tampilannya jauh dari kata feminim. Cantik...